PWMU.CO – Jangan salah paham dulu. Ini bukan soal sopir. Driver menurut Rhenald Kasali adalah seseorang yang mempunyai kemampuan berfikir melampaui zamannya. Ia mampu memengaruhi orang lain dan berkemampuan menjelmakan ide idenya dalam tindakan nyata. Driver selalu siap menghadapi tantangan dan mengelolanya menjadi kekuatan.
Bagaimana Muhammadiyah?
Kita akan berdecak kagum menyaksikan sidang-sidang dalam Permusyawaratan Muhammadiyah, seperti Muktamar, Muyswil, atau Musyda. Para peserta akan bampak sangat antusias dan idealis. Namun, ketika usai Musyawarah, keadaan kembali sunyi. Ke mana mereka yang lantang saat di podium? Di mana mereka yang pandai mengkritik pimpinan sidang?
(Baca: Keunikan Demokrasi ala Muhammadiyah)
Program kerja yang hebat, yang diterjemahkan dari Musyawarah menjadi tumpukan arsip belaka. Interupsi yang bergema selama sidang menjadi rekaman peristiwa saja. Banyak pendengar yang muncul jadi pengamat dadakan. Kritikus gerakan menggema. Mereka tidak menyadari puluhan halaman program kerja hanyalah “benda mati”. Tulisan itu tidak akan berubah kalau tidak diterjemahkan dan diaplikasikan.
Mengapa program-program mandek, tidak jalan? Mengapa lebih banyak passanger (penumpang), yang sekedar menunggu instruksi?
Di tingkat cabang dan Ranting ini sangat terasa. Ada cabang yang vakum, Ranting yang mati.
Mengapa bisa begitu?
Faktornya adalah tidak ada driver. Dalam bahasa perfilman, tidak muncul skenario dan sutradara. Driver melebihi tugas tim think tank. Tidak bermain di balik meja. Tidak duduk manis. Driver mengetahui dan memahami hal-hal yang dianggap kecil bagi yang lain.
Sebenarnya pada level pimpinan tidak mesti banyak membutuhkan driver. Cukup di setiap Cabang ada satu driver yang mampu menerjemahkan dan membuat peta “jalan” sehingga mudah ditangkap pimpinan yang lain.
Driver tidak selalu dalam posisi ketua. Walaupun idealnya ketua seharusnya driver.
Semakin banyak driver maka akan mempercepat laju organisasi. Apalagi di setiap majelis dan lembaga ada driver, wah! Betapa hebatnya gerakan kita ini. Driver inilah yang bisa menentukan dinamis tidaknya program.
Driver adalah arsitektur. Dia yang tahu ke mana layar akan dikembangkan dan bisa menembus batas logika orang normal. Lihatlah Cabang dan Ranting yang dinamis! Pasti di sana ada driver yang hebat.
Belum tentu juga, Daerah, Cabang, dan Ranting yang agresif gerakannya driver-nya ada di tempat itu. Bisa saja driver-nya ada di kota A atau kota B. Sekali lagi, driver tidak mesti menduduki posisi atas, karena dia tahu apa yang harus dilakukan. Karena, baginya, berbuat untuk kemaslahatan umat dan Islam tidak dibatasi jabatan.
Bagaimana caranya driver bisa di tempat lain. Ia bisa berwujud inspirasi, sharing, diskusi, dan merasa untuk ber-fastabiqul khairat.
Catatan Mohamad Su’ud, Sekretaris Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan. Pengasuh Group WAL ASHR (WA) Kajian Islam.