PWMU.CO– Raja Habasyah Afrika menerima utusan Nabi Muhammad yang bernama Amir bin Umayyah adh-Dhamri di istananya. Utusan itu menyampaikan surat Nabi kepada Najasyi Ashama bin Abjar. Habasyah atau Abesinia berada di Afrika timur. Peristiwa ini sekitar tahun 627 M.
Hubungan dengan Habasyah sangat baik karena raja negeri ini sudah menerima sebanyak ratusan muhajirin yang mengungsi ke negerinya sejak periode Mekkah.
Surat Nabi kepada Najasyi berbunyi seperti ini
Bismillahirahmanirahim,
Dari Muhammad Rasulullah kepada Najasyi pemimpin Habasyah. Kesejahteraan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk, amma ba’d.
Aku memuji bagi tuan kepada Allah yang tiada ilah selainNya. Dialah penguasa yang Maha Suci, yang memberi kesejahteraan memberi perlindungan dan yang berkuasa.
Aku bersaksi bahwa Isa bin Maryam adalah roh Allah dan kalimatNya yang disampaikan kepada Maryam yang perawan, baik, dan menjaga kehormatan diri lalu dia mengandung Isa dari rohNya dan tiupanNya sebagaimana Dia menciptakan Adam dengan tangan-Nya.
Aku menyeru kepada Allah semata, yang tiada sekutu bagiNya dan senantiasa menaatiNya, dan hendaklah tuan mengikuti aku, beriman kepada apa yang diberikan kepadaku. Sesungguhnya aku adalah utusan Allah dan aku menyeru tuan dan pasukan tuan kepada Allah Azza wa Jalla. Aku sudah mengajak dan memberi nasihat maka terimalah nasihatku. Kesejahteraan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk.
Selain mengantarkan surat, Amir bin Umayyah adh-Dhamri juga menyampaikan dua pesan Nabi. Pertama, diminta mewakili Nabi melamarkan janda Ummu Habibah dan menikahkan untuk menjadi istri Nabi. Kedua, membicarakan pemulangan muhajirin ke Madinah.
Najasyi Condong ke Islam
Najasyi sudah condong kepada Islam sejak menerima para muhajirin kaum muslim ke negerinya. Karena itu seruan dakwah Nabi Muhammad itu bisa diterimanya meskipun secara diam-diam mengingat dia raja dari negeri berpenduduk Kristen.
Saat pertama kali menerima muhajirin, di depan para pendeta Kristen, pembesar istana, dan para muhajirin, dia mengatakan ajaran Islam dan Kristen perbedaannya hanya sebatas garis tipis. Dia juga memercayai nubuwah kedatangan nabi baru seperti disebutkan kitab Injil.
Dalam kitab Sirah Nabawi Ibnu Hisyam diceritakan, seusai Perang Khandaq, Amru bin Ash dan teman-temannya pergi ke Habasyah menghadap Najasyi bersamaan kedatangan utusan Amir bin Umayyah adh-Dhamri.
Melihat Amir bin Umayyah ada di istana ini, Amru bin Ash meminta kepada Najasyi agar utusan Nabi itu diserahkan kepadanya untuk dibunuh sebagai balas dendam. Mendengar permintaan itu, Najasyi marah dan memukul wajah Amru hingga hidungnya berdarah.
Najasyi berkata,”Pantaskah kamu memintaku menyerahkan utusan orang yang didatangi malaikat Jibril seperti pernah datang kepada Musa untuk kamu bunuh?”
”Betulkah itu?” tanya Amru bin Ash.
”Celakalah kau. Hai Amr, turuti perkataanku ikutlah Muhammad. Demi Allah, dia berada di atas kebenaran dan pasti Allah memenangkannya atas siapa saja yang menentangnya seperti Allah memenangkan Musa atas Fir’aun dan tentaranya,” jawab Najasyi.
Dari dialog itu akhirnya Amru bin Ash menerima Islam secara diam-diam dan merahasiakan keislamannya kepada teman-temannya. Baru setelah pulang, dia mendatangi Nabi ke Madinah untuk bersyahadat menjelang futuh Mekkah.
Membalas Surat Nabi
Najasyi membalas surat Rasulullah menyetujui bahwa Nabi Isa memang benar seorang utusan Allah yang lahir dari Maryam yang suci. Dia juga menyatakan memercayai Islam dan kenabian Muhammad.
Najasyi memenuhi permintaan Nabi untuk melamarkan Ummu Habibah dan menikahkannya dengan Nabi dari jarak jauh. Dia juga menyanggupi pemulangan muhajirin dengan menyediakan dua perahu.
Keislaman Najasyi dan mengistimewakan muhajirin akhirnya ketahuan musuh politiknya. Sekelompok oposisi mengadakan demonstrasi dan penentangan kepadanya. Hingga terjadi perang dengan pemberontak yang menuntut Najasyi turun tahta karena menjadi Islam. Najasyi bisa menyingkirkan para pemberontak dan memerintah tanpa musuh.
Beberapa tahun kemudian Najasyi wafat pada bulan Rajab tahun 630 M. Dia dimakamkan di Desa An-Najasyi Kota Makalele, ibu kota Provinsi Tigray di sebelah utara Ethiopia. Rasulullah bersedih atas kematiannya. Nabi bersama umat Islam di Madinah mengadakan shalat ghaib.
Kepada Najasyi penggantinya, Rasulullah juga mengirimi surat dakwah. Tetapi tidak ada kabar dan catatan sejarah kelanjutan hubungan bilateral Habasyah dan Madinah. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto