PWMU.CO – Lima Karakteristik Dunia Global Menurut Imam Shamsi Ali. Hal itu diungkapkan oleh Imam of Jamaica Muslim Center, New York, Amerika Serikat dalam Upgrading Pimpinan Muhammadiyah Majelis Pendidikan Kader (MPK) PWM Jatim.
Kegiatan bertema “Tantangan Dakwah Global dalam Gerak Islam yang Berkemajuan dige”lar secara virtual, Rabu (25/11/2020).
Bagi Dr H Muhammad Shamsi Ali Lc MA—nama lengkap Shamsi Ali—menjadi pemateri upgrading ini bukan merasa diundang melainkan perintah.
“Saya tidak mengatakan ini diundang tapi diperintahkan oleh Pimpinan Muhammadiyah dan pasti saya akan hadir. Karena saya merasa Muhammadiyah adalah rumah saya. Sebagai kader dan tentunya tamatan Pesantren Muhammadiyah saya juga adalah salah seorang pengurus dan penasehat Pimpinan Cabang istimewa Muhammadiyah.(PCIM) Amerika,” ungkapnya.
Imajinasi Peranan Islam
Tema upgrading kali ini, lanjutnya, membuat berimajinasi kembali tentang peranan Islam berkemajuan dalam konteks dunia global sekarang.
“Kita tidak bisa pungkiri bahwa dunia kita saat ini sangat berbeda. Bahkan berbeda dengan 10 tahun yang lalu. Saat UN Millenium Summit 2000, Sekjen PBB Kofi Annan menyampaikan kita mulai menginjakkan kaki di abad ke-21 dan memasuki dunia global,” ujarnya.
“Dalam dunia global ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama akan menghadirkan kemudahan-kemudahan dalam segala hal. Sekaligus Kofi Annan mengingatkan hadirnya tantangan kesulitan dan berbagai musibah yang menimpa dunia kita,” tambahnya.
Sekarang, sambungnya, banyak kemudahan-kemudahan yang kita dapatkan. “Saya berbicara dari New York tapi sudah bisa dilihat dan didengarkan di seluruh Indonesia. Dengan kemajuan teknologi dan kecepatan informasi,” sergahnya.
“Tantangan hidup yang dihadapi saat ini dalam dunia global adalah menyebarnya Virus Corona. Terkadang umat Islam hanya mengurut dada karena tidak punya kemampuan untuk membuktikan teori konspirasi,” imbuhnya.
Lima Katakterisik Dunia Global
Dunia global, menurutnya, memiliki lima karakteristik dasar. Pertama dunia global kita itu berkarakter internasional. Hal-hal yang baik dan buruk mempunyai dampak secara internasional. Salah satunya ekstrimisme dalam segala aspek kehidupan manusia. Baik ekonomi, sosial, dan agama.
“Sayangnya kalau orang mengatakan ekstrimisme agama tuduhannya kepada Islam. Padahal kami yang di Amerika justru ekstrimisme agama itu terjadi pada orang lain. Saya berani berargumentasi dengan siapa saja karena kita rasakan,” jelasnya.
Juga ekstrimisme dalam bidang politik. Politisi-politisi yang disebut dengan politisi kelompok kanan itulah salah satu produknya Donald Trump. Terpilih sebagai bagian dari politik right wing atau kelompok kanan yang didorong oleh semangat white supremacy atau rasisme yang tinggi dan mereka bangga
“Kemudian berakibat kepada kekerasan-kekerasan kepada non-white di berbagai belahan dunia, khususnya kepada umat Islam. Termasuk apa yang terjadi di Selandia Baru. Pembantaian saudara kita di Selandia Baru itu tidak terlepas dari pada radikalisme agama, ras, dan politik sekaligus. Itu kolaborasi semuanya,” terangnya.
Mengapa Islam Dibenci
Kenapa orang Islam begitu dibenci? Pertama karena Islam dipersepsikan sebagai agama non white, bukan agamanya orang putih. Kedua karena memang Islam dicurigai sebagai ideologi yang sangat berbahaya maka perlu dihalangi. Nah ini salah satu akibat dari dunia global kita sekarang bahwa apa yang terjadi di Amerika, naiknya seorang Donald Trump justru bisa berakibat di ujung dunia.
“Sebenarnya situasi dunia yang menginternasional ini bukan sesuatu yang baru dalam Islam. Karena agama Islam semuanya berkarakter internasional. Agama kita itu dari konsep ketuhanan rabbal alamin. Tidak ada Tuhannya orang Arab atau Tuhannya orang Indonesia,” paparnya.
Islam adalah agama yang paling universal maka dakwah Islam memang dakwah internasional. Bayangkan Rasulullah dalam sekejap saja beliau telah meninggal dunia sahabat sudah bisa menguasai dunia. Ada kuburan sahabat di China dan Turki yang menunjukkan bahwa memang Islam ditujukan untuk dunia internasional.
“Islam memang bercirikan internasional maka wawasan, pemahaman, dan pandangan kita harus mengglobal. Walaupun mungkin kita berbuat di lokasi kita masing-masing. Kita melakukan sesuatu di Surabaya tapi bangunlah wawasan bahwa saat melakukan sesuatu di Surabaya akan ada dampaknya di New York,” ajaknya.
Pergerakan Superspeed
Kedua bahwa dunia global kita sekarang ini memiliki pergerakan yang superspeed atau pergerakan dengan kecepatan yang luar biasa dahsyat. Dan itu ditandai oleh kemajuan sains dan teknologi. Khususnya di bidang transportasi, komunikasi, dan informasi.
“Ini mengingatkan kita zaman Nabi Sulaiman. Ketika Sulaiman ingin menaklukkan Balqis atau mengambil alih kerajaan Balqis lalu kemudian berlomba-lombalah para pembantunya para tentaranya ketika itu untuk ingin mengangkat istana Balqis yang di antaranya jin dan sebagainya,” kisahnya.
Tetapi ada orang yang berilmu menyatakan sebelum matamu berkedip saya pindahkan istananya ke sini. Itu artinya kekuatan ilmu pengetahuan. Dan itu sudah disebutkan dalam Al-Quran.
‘Sekarang bapak dan ibu sebelum berkedip sudah melihat muka saya dari New York. Bayangkan kalau terbang itu perlu waktu 24 jam. Tetapi itulah kekuatan ilmu pengetahuan sekarang,” urainya.
Maka, ujarnya, Islam tidak boleh lagi kita tempatkan sebagai agama yang pasif, terlambat, tidak proaktif dan yang selalu menunggu. Kalau kita melihat dalam al-Quran semuanya ada perintah untuk percepat. Bergegaslah kepada ampunan tuhanmu dan surga. Tentang surga di akhirat nanti.
“Tapi orang Islam membangun surganya di akhirat dan dunia ini adalah wasilah. Kebahagiaan kita tidak terpisah.au bahagia di akhirat harus bangun kebahagiaan di atas dunia ini. Maka kalau kita disuruh bergegas membangun surga maka mari kita bergegas membangun dunia ini,” pesannya.
Maka, banyak orang Islam hanya marah marah saja. Makkah saja dikuasai produksi Cina, tasbih, surban, baju buatan Cina. Sekarang al-Quran akan diproduksi juga di China. Ini di Arab dan Mekah di pasar seng dulu, apalagi di Surabaya.
“Ini namanya satu peringatan kepada kita semua bahwa masanya umat Islam ini nggak boleh lagi kita ketinggalan kendaraan. Kita harus berada di garda terdepan dan ini semuanya dalam segala bidang,” tuturnya.
Dunia Saling Terkait
Ketiga dunia global kita sekarang ini ditandai dengan interconnectedness atau keterpautan keterikatan yang sangat luar biasa.
‘Maknanya tidak ada seseorang atau sekelompok manusia siapapun dia dan apapun dia yang bisa hidup sendiri tanpa yang lain. Istilahnya bahwa dunia kita sekarang ini sudah menjadi kampung kecil. Bahkan dunia kita sekarang ini ada satu rumah kecil dan kita semua hidup di atap yang sama. Itu cuma dalam rumah dan ada ruangan-ruangan. Ada ruangan Eropa, ruangan Afrika, ruangan Asia dan lainnya,” rincinya.
Intinya semua berada di bawah atap yang yang sama. Orang yang sadar tentang dunia seperti ini pasti akan membangun apa yang disebut dengan global partnership atau kerjasama global.
“Itu dilakukan oleh Barack Obama ketika menjadi presiden. Dia ke Mesir untuk berbicara kepada dunia Islam dan kemudian dia ke Turki dan Indonesia. Ketiganya wakil negara Muslim mayoritas sesungguhnya. Mesir dianggap sebagai pusat pendidikan Islam. Turki dianggap sebagai jembatan antara barat dan timur. Indonesia sebagai negara muslim terbesar dunia,” ungkapnya.
“Kenapa sampai melakukan berkeliling dunia Islam? Karena bagi Barack Obama walaupun hebat Amerika dengan segala kekuatannya tidak bisa menyelesaikan semua permasalahan dunia tanpa kerjasama manusia,” sambungnya.
Itulah, lanjutnya, dunia interconnected sekarang. Terjadi saling ketergantungan yang sangat luar biasa. Apakah interconnected ini sesuatu yang baru dalam Islam? Agama Islam adalah agama yang paling siap untuk membangun partnership, kerjasama dan cooperation dengan siapa saja, siapapun dia dan dari latar belakang apapun.
“Islam paling siap bekerja sama atas dasar saling memahami, saling mengerti dan saling menghormati. Sharing profit masing-masing punya keuntungan Jangan hanya menghisap darah orang,” tegasnya.
Kalau ikuti kegiatan saya di Amerika, salah satu hal yang menjadi prioritasnya adalah membangun dialog-dialog dengan seluruh umat beragama. Karena memang bidang saya juga di bidang agama bukan di politik.
Untuk membangun dialog dengan pemimpin politik yang lain bisa. Tetapi karena saya beragama maka saya membangun dialog dengan pemimpin agama. Bahkan dengan Yahudi sekalipun, yang kita dunia Islam selalu anggap bahwa yang menjadi penyebab segala permasalahan di dunia.
“Saya bahkan membangun dialog dengan mereka, kenapa? Waktu saya pertama kali ketemu dengan rabi Yahudi dia mau dialog. Saya bercanda dan katakan seandainya masih ada harapan kalau iblis itu berubah saya ingin dialog dengan iblis tapi kan iblis tidak akan berubah lagi kan. Masih ada harapan berubah dengan dialog. Minimal berubah dalam pandangannya tentang Islam,” paparnya.
Kami membangun dialog bukan hanya karena Islam minoritas di Amerika. Juga bukan karena kita butuh belas kasih dari mereka. Kita tidak rendah begitu untuk meminta belas kasih orang.
“Itu perintah dalam al-Quran surat al-Hujarat. Itu bermakna dialog membangun komunikasi atau membangun kerjasama karena itu dimulai dengan ya ayyuhannas. Yang terjadi di sini bukan antara Muhammad dan Umar saja, atau Utsman dan Ali. Tetapi antara John dan Muhammad juga bisa terjadi seperti yang kami lakukan di Amerika Serikat,” jelasnya.
Menurutnya dengan ciri interconnectedness
maka Muhammadiyah dan umat Islam secara umum harus membangun wawasan bahwa kita bisa bekerja sama dengan siapa saja untuk bisa membangun dunia yang lebih baik.
“Muhammadiyah dan umat Islam harus tampil di garda depan untuk menampilkan bahwa Islam ini bagian dari solusi. Bahkan solusi dari permasalahan dunia dan itu bisa dilakukan. Kita mampu membangun kerjasama dengan siapa saja,” tuturnya.
Kompetisi Ketat
Keempat dunia global kita sekarang ini ditandai oleh kompetisi yang sangat ketat dan dalam segala aspek kehidupan manusia.
“Kompetisi dunia sesungguhnya seperti yang terjadi antara China dan Amerika yang disebut dengan perang dagang, perang bisnis itu perang tarif khususnya. Amerika memiliki kapital yang sangat luar biasa dan pondasi perekonomian yang sangat luar biasa. Tetapi China punya ambisi untuk menguasai dunia dan punya modal serta kekuatan untuk menguasai dunia,” jelasnya.
Maka, sambungnya, Amerika yang merasa superpower pasti risih dengan itu. Maka terjadilah perang dagang antara Amerika dan China dan itu tidak akan terhenti. Jangan mengatakan itu hanya di zaman Donald Trump saja. Akan terus-menerus terjadi perang dagang dan perang dingin dalam abad 21 itu antara China dan Amerika sekarang
“Demikian juga di bidang militer yang kita lihat bagaimana Amerika dengan Rusia di Timur Tengah. Keduanya bergantian menguasai Syiria. Amerika keluar maka diam-diam Rusia masuk. Maka presiden Siria sekarang ini menjadi kuat lagi karena didukung oleh Rusia dan Amerika sudah keluar. Oposisi semakin ditekan,” terangnya
Pertanyaan terbesar, menurutnya, adalah umat Islam di mana di tengah kompetisi yang terjadi di bidang perekonomian, militer, dan politik dalam kompetisi global yang terjadi sekarang ini
“Dunia Islam itu 67 negara anggota OKI (Organisasi Kerjasama Islam). Tetapi 67 negara itu tidak punya suara di PBB. Maka kenapa Palestine kok tidak pernah berhasil berhasil. Maka di tengah kompetisi sekarang ini kita harus melihat diri kita, di mana kita akan menempatkan diri untuk berkompetisi dan kapasitas apa,” pesannya.
Harus sudah dibangun agar kita memiliki kapasitas untuk berkompetisi, juga dalam bidang dakwah.
“Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah amar makruf nahi mungkar ini juga termasuk. Bahwa dalam dunia global yang terbuka sekarang ini kita tidak bisa lagi memaksakan apa yang kita inginkan. Karena ada yang disebut dengan universal value atau nilai universal. Salah satu di antaranya adalah kebebasan,” ujarnya.
Dalam bidang dakwah pun, lanjutnya, sekarang ini kita harus berani dan mampu membangun daya kompetisi. Karena segala sesuatu dalam dunia global adalah kompetisi. Harus sudah siap untuk itu.
“Ternyata Islam semua kompetisi. Di Muhammadiyah yang paling terkenal motto kita fastabiqul khairat. Jelas bahwa kita harus berkompetisi. Kita ini harus membangun kapasitas kompetisi dalam dunia global. Tanpa itu kita akan ketinggalan kendaraan dan pada akhirnya kita hanya mampu menyesal dan marah-marah,” katanya.
Perubahan Tak Terduga
Kelima ciri dunia global yang terakhir terjadinya perubahan yang drastis dan tidak terduga.
“Saya belum pernah mendengarkan kata Zoom sebelum terjadi pandemi Covid-19. Tiba-tiba sekarang ini Zoom yang paling hebat. Di mana-mana kita ceramah pakai Zoom. Paling ada sedikit Google hangout,” ungkapnya.
Corona, sambungnya, membawa kepada realita baru. Mungkin upgrading ini juga jangan-jangan bagian dari new normal. Upgrading kemampuan kapasitas pengurus Muhammadiyah wilayah Jatim dan dari daerah dan seluruh pengurus Muhammadiyah dengan segala jajarannya mungkin menyambut new normal ini.
“Maka dunia global kita sekarang ditandai dengan apa yang disebut new normal. Apa new normal itu? Ternyata dalam agama kita ada yang menyebutkan setiap 100 tahun itu akan diutus mujadid. Mujadid ini kan bukan satu orang. Boleh jadi juga bukan orang perorang. Tapi justru suasana yang menjadikan orang-orang Islam melakukan perubahan secara fundamental atau secara mendasar,” tegasnya.
Maka, menurutnya, jangan-jangan Corona ini telah dihadirkan agar umat Islam bisa melakukan tajdid atau perubahan dalam wawasan, terpenting dalam iman dan mentalitasnya.
“Kita jangan lagi minder dan jangan lagi mau dikontrol orang. Masanya untuk kita bersaing dalam mengontrol dunia ini. Wawasan, pandangan, pemikiran dan ilmu yang kita miliki semua ini memerlukan sesuatu yang baru,” urainya.
Salah satu hal, ungkapnya, yang kita perlukan di new normal adalah menyikapi dunia kita yang perlu inovasi yang baru. Termasuk keilmuan kita. Bahkan wawasan keagamaan itu sendiri harus menjadi lebih inovatif lagi
“Contoh di Muhammadiyah kita punya semangat untuk economic empowerment atau menguatkan perekonomian umat. Dan itu kita punya Lembaga khusus untuk itu. Kita diingatkan ceramah-ceramah KH Ahmad Dahlan ketika itu yang tidak mau pindah dari surah al-Maun agar umat ini kuat. Dan cara untuk membantu orang miskin dengan cara menguatkan perekonomiannya,” jelasnya.
Maka masanya sekarang ini dalam wawasan pemahaman keagamaan kita dipahami tentang zakat. Perintah zakat bukan sekadar memberi 2,5 persen harta kita, tetapi yang terpenting adalah memahami zakat dengan pemahaman economic empowerment.
“Umat Islam harus memiliki pemasukan yang lebih
agar bisa memberikan zakat. Ini yang saya maksud dengan pemahaman agama yang inovatif,” tuturnya. (*)
Penulis Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.