RS Ummi-HRS dan Pengemis Tua Jadi Berita, koleom ditulis oleh Ady Amar, pengamat masalah-masalah sosial.
PWMU.CO – Pagi ini seperti biasa sambil nyeruput kopi, menu berita televisi jadi pilihan. Berharap berita-berita menyejukkan yang hadir.
Terkadang jenuh juga melihat berita-berita politik yang diada-adakan, seperti kasus Habib Rizieq Shihab (HRS) yang tak henti-henti “digoda” entah sampai kapan.
Kasus HRS terakhir melibatkan Bima Arya, Wali Kota Bogor. Dan itu menyangkut tes swab HRS yang dimasalahkan, seperti sedang mencari-cari jarum jatuh ditumpukan jerami.
Laku kurang kerjaan saja yang dipaksakan mencari-cari kesalahan dan pada satu tujuan pembunuhan karakter. Tidak efektif, dan justru akan menimbulkan perlawanan lebih besar lagi.
RS Ummi, di Bogor, yang merawat HRS disebabkan kelelahan katanya. Lalu menjadi berita nasional. Seperti mendapat durian runtuh iklan gratis disebut namanya seantero negeri.
Mengaduk-aduk HRS yang tidak habis-habis memang lalu seperti makan kekenyangan dan lalu jadi mual. Memuakkan.
Tapi pagi ini di televisi ada pula berita yang mengenaskan, yang nalar pun sulit bisa menerima. Seperti barang aneh yang dihadirkan. Berita pengemis yang dijambret. Mengenaskan.
Hasil Sebulan pun Raib
Bau-bau, nama sebuah kota di Sulawesi Tenggara. Relatif sepi jika dibandingkan dengan kabupaten atau apalagi kota-kota di Jawa.
Tapi Sabtu (28/11/2020) siang, seorang pengemis lelaki, 70 tahunan, yang duduk di pinggiran jalan mendaoag cobaan.
Tidak ada yang istimewa dengan pengemis itu, kecuali kejadian yang menimpahnya dan lalu menjadi berita nasional.
Dua pengendara motor yang mendekatinya seolah akan memberikan sedikit uang selayaknya. Ternyata tidak. Tapi justru merampas tas kresek hitam yang ada disamping pengemis itu.
Isi tas kresek itu ternyata hasil “kerja” jerih payahnya menengadahkan tangan selama sebulan, itu senilai sejuta rupiah, katanya.
Raiblah uang itu digondol jambret, yang sudah tidak lagi melihat siapa yang mesti dijambretnya. Besar tidak didapat, maka kecil pun disikat.
Tampak pengemis tua itu lunglai menerima cobaan dahsyat siang itu. Tidak tahu apa yang mesti disampaikan pada keluarga yang menanti hasil kerjanya selama sebulan. Memang tidak tampak menangis, karena air mata sudah lama hilang di dera kesulitan hidup.
Tapi tentu tidak pada penjambret nista itu, pastinya tertawa ekspresi bangga, karena mendapat apa yang dicarinya. Meski hasil yang didapat siang itu turun kelas, bukan lagi orang mampu yang digasak, tapi sekelas pengemis pun disikatnya. Entah fenomena apa ini. Naudzu Billahi min dhalik.
Pagi ini berita HRS-RS Ummi, juga pengemis tua nestapa itu jadi berita di televisi-televisi nasional. Di negeriku ini banyak hal absurd muncul dan bahkan dimunculkan: dari tragedi kecil-kecilan lokal hingga nasional. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.