PWMU.CO – AKM dan Pentingnya Penilaian Otentik oleh Guru disampaikan Prof Dr Biyanto MAg pada Workshop Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Kamis (26/11/20).
Dalam workshop AKM Pimpinan Sekolah dan Madrasah Muhammadiyah Jawa Timur yang digelar secara virtual Biyanto menjelaskan pelaksanaan AKM ini sesuai nilai-nilai dari guru yang diberikan kepada anak-anak dan harus mencakup tiga aspek. Yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Guru Besar Bidang Ilmu Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya itu mengungkapkan orangtua bisa berperan menjadi partner bagi guru dalam penilaian.
Dua Jenis Evaluasi dalam AKM
Biyanto mengungkapkan dalam pelaksanaannya ada dua jenis evaluasi dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yaitu evaluasi siswa dan evaluasi sistem.
“Evaluasi siswa yaitu mendorong, memantau kemajuan, dan menilai hasil belajar siswa yang dilakukan guru secara berkesinambungan sebagai bagian dari proses kegiatan belajar mengajar,” jelasnya.
Evaluasi sistem, lanjutnya, menilai pencapaian standar pendidikan pada level nasional yang dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik.
AKM Versi Kelas dan Nasional
Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur ini juga menjelaskan penilaian otentik dalam AKM dilakukan untuk mengukur literasi membaca, matematika (numerasi), mengukur dimensi sosial-emosional, mencirikan karakter siswa, dan mencakup survei lingkungan belajar.
“AKM versi kelas yang dapat digunakan guru secara mandiri. Penilaian ini dirancang untuk digunakan guru dalam proses belajar-mengajar. Mulai SD, SMP hingga SMA,” ujarnya.
Hasil asesmen, harapnya, bisa diberikan kepada guru atau sekolah ketika peserta asesmen masih menjadi siswa di sekolah tersebut. Dengan demikian, sambungnya, hasil asesmen dapat dimanfaatkan guru untuk mengembangkan pengajaran sesuai kebutuhan belajar siswa di kelasnya.
Hasil AKM atau AKM versi nasional yang mencakup survei karakter dan survei lingkungan belajar disampaikan kepada setiap sekolah dan dinas pendidikan.
Kemudian, lanjutnya, hasil asesmen dilaporkan pada level agregat (sekolah dan dinas), bukan skor untuk masing-masing siswa.
Dua Fungsi Krusial Asesmen
Prof Biyanto memaparkan, dengan dipisahkannya asesmen untuk evaluasi sistem dan evaluasi siswa, fungsi evaluasi siswa yang tadinya dilayani oleh ujian nasional (UN) beralih menjadi tanggung jawab guru dan sekolah.
“Dua fungsi asesmen untuk evaluasi pada level siswa adalah pertama penentuan kelulusan (pemberian ijazah sebagai pengakuan penyelesian sebuah jenjang sekolah) dan kedua seleksi masuk jenjang sekolah yang lebih tinggi,” jelasnya.
Pada kontens itulah, tegasnya, penilaian otentik oleh guru sangat penting. (*)
Penulis Firdausi Nuzula. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.