Adzan Jihad Menunggu Nasibnya oleh Sugeng Purwanto, Ketua Lembaga Informasi dan Komunikasi PWM Jawa Timur.
PWMU.CO-Beredar video beberapa kelompok orang yang mau shalat mengubah lafal adzan dan iqomah hayya alash-shalah menjadi hayya alal jihad. Makmum yang berbaris di belakang menjawab dengan lantang sambil mengepalkan tangan dengan lafal hayya alal jihad. Di video lain tampil dengan membawa pedang.
Tentu saja ini praktik adzan dan iqomah yang tidak lazim. Sebab dalam sejarah Nabi Muhammad saw belum ditemukan nash tambahan lafal hayya alal jihad. Dalam perang besar yang berlangsung berhari-hari atau sebulan seperti perang Badar, Uhud, Khandaq, Khaibar, Mu’tah, tidak ada hadits yang menerangkan ketika adzan ada afal hayya alal jihad.
Di masa Nabi Muhammad pernah terjadi penambahan lafal adzan ash-shalatu fi buyutikum atau as-shalatu fi rihlah. Tambahan lafal itu ketika terjadi hujan deras atau musim angin dingin yang kencang. Lalu lewat muadzin Nabi menyerukan untuk shalat di rumah.
Kemudian penambahan lafal adzan Subuh. Sesudah hayya alal falah ditambah ash-shalatu khoiru minannaum. Untuk yang ini ada perdebatan apakah diletakkan pada adzan pertama akhir malam ataukah saat adzan Subuh.
Penambahan lafal adzan juga dilakukan kelompok Syiah untuk memuji Ali ra.Sesudah asyahadu anna Muhammadar rasulullah, mereka menambahi asyhadu anna Aliyan waliyullah asyhadu anna Aliyan hujatullah.
Semangat Menggebu-gebu
Perkara adzan jihad yang diposting di medsos itu akhirnya diusut juga. Satu video berasal dari Majalengka, Jawa Barat. Menurut Republika, Bupati Majalengka Karna Sobahi mengintruksikan Camat Argapura menyelidiki kebenaran video tersebut.
Enam dari tujuh remaja dalam video adzan jihad berasal dari Desa Sadasari, Kecamatan Argapura. Satu orang lainnya berasal dari Desa Kumbung, Kecamatan Rajagaluh.
Tujuh orang ini telah diberikan pengarahan dan membuat pernyataan permohonan maaf secara tertulis dan lisan melalui visual video di Balai Desa Sadasari. ”Melalui surat pernyataan ini, kami tujuh orang memohon maaf kepada semua pihak, atas video kami yang sempat viral sebelumnya. Permohonan maaf ini kami sampaikan kepada warga Desa Sadasari, pemerintah desa dan seluruh umat Islam di seluruh tanah air.”
Mungkin mereka kelewat menggebu-gebu menyikapi kehebohan masalah pemanggilan polisi kepada Habib Rizieq Shihab. Lalu menyerukan jihad lewat adzan. Jihad melawan siapa? Sebenarnya itulah respon rakyat awam yang merasa ada ketidakadilan aparat penegah hukum dalam menangani masalah.
Namun polisi berpikir lain. Seruan jihad itu tentu melawan kepada pemerintah. Karena itu harus diusut. Polres Majalengka mengusut. Polda Metro Jaya maka menangkap seorang pelaku dan penyebar video adzan jihad itu di medsos. Kini seruan adzan jihad menunggu nasibnya. (*)
Editor Sugeng Purwanto