PWMU.CO – Saad Ibrahim instruksikan pendirian Universitas Aisyiyah Jatim. Hal itu terungkap ketika Ketua PWM Jatim ini memberikan sambutan pelantikan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya) periode 2020-2024 digelar secara virtual, Selasa (8/12/2020).
Dia menjelakan Muhammadiyah Jatim punya delapan Universitas plus satu. Yakni Universitas Muhammadiyah Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Lamongan, Madiun, Ponorogo, Malang dan Jember.
“Dan plus satunya itu adalah Universitas Aisyiyah Jawa Timur. Saya telah menyampaikan ini pada semua rektor universitas Muhammadiyah di Jatim. Insyaallah dengan cara kita gotong royong satu sama lain maka dalam tempo dekat kita akan punya Universitas Aisyiyah Jawa Timur,” ungkapnya kembali disambut tepuk tangan peserta.
“Saya mengimbau, bahkan supaya keras, bukan mengimbau tapi menginstruksikan kepada Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jatim segera membentuk panitia dan kemudian membuat proposal,” uarnya
“Saya sampaikan kepada pihak perbankan, siapa lebih cepat kemudian menangkap peluang ini. Lebih cepat dan lebih murah, maka akan segera diambil oleh Ketua PWA Jatim Siti Dalillah Candrawati. Jadi saya kira inilah bagian dari fastabiqul khairat perbankan untuk Muhammadiyah,” jelasnya.
Dia berharap UMSurabaya bersama-sama dengan lainnya, ke depan, akan menjadi universitas yang besar, yang besar dan yang besar.
“Tidak saja pada tingkat yang bersifat lokal, tetapi tingkat nasional bahkan Insyaallah suatu hari akan menjadi universitas yang berskala internasional,” tuturnya.
Imam dan Khalifah
Menurut Saad Ibrahim dirinya selalu mencoba untuk mencermati sebaik-baiknya ketika seseorang di Muhammadiyah baru menerima jabatan lalu berpidato.
“Saya cermati tentang apa yang dikatakan mengenai masa lampau, apa yang telah dicapai, tapi lebih lagi saya cermati apa yang kemudian dikatakan untuk proyeksi kedepan,” ujarnya.
Dalam al-Quran, lanjutnya, ada istilah-istilah yang bisa dipakai atau disepadankan dengan pemimpin termasuk juga rektor. Di antara istilah-istilah itu ada yang menggunakan istilah khalifah, imam, wali, dan lain sebagainya.
“Kalau digunakan kata imam ama yaumu itu artinya yang pertama yaitu proyeksi ke depan atau menuju pada sesuatu yang dituju. Sekaligus juga ama yaumu itu berarti menjadikan yang lain sebagai teladan atau contoh,” ungkapnya.
“Dan dr Sukadiono tadi banyak menyampaikan mengenai proyeksi ke depan. Terkait kemudian mengambil teladan, itu mesti kita melihat institusi-institusi pendidikan yang lebih maju daripada yang kita punya,” pesannya.
“Tadi mengharapkan pada tahun 2020 ini peringkatnya menjadi peringkat lima dari 10. Tadi saya perhatikan dicatat betul oleh Pak Prof Suprapto. Jadi ketika kalau sekarang duduk berdekatan, saya kira kita bisa menyatakan bahwa beliau berdua itu ada saudara. Entah dilihat dari segi mana,” tambahnya disambut tepuk tangan peserta.
Tentu, sambungnya, tidak bisa mencapai posisi yang lebih tinggi dari angka 10 kalau kemudian dalam perjalanan ini tidak melihat ke depan. “Tidak melihat mana yang telah ada di depan. Lalu di dalam jiwanya, hatinya dan mindsetnya itu ada keinginan untuk suatu hari kemudian menyalib, menyalip dan menyalip,” tegasnya.
Yang kedua, ujarnya, kata khalifah yang berarti datang berikutnya dan khalifah itu kemudian dihubungkan dengan Allah, ya khalifatullah fil ardhi.
“Maka maknanya karena yang berikutnya itu datang sesudah yang pertama, maka yang datang di belakang itu harus tahu bahwa di depannya ada sebuah wujud. Dan wujud itu adalah Allah SWT. Maknanya dalam konteks kepemimpinan kita tetap harus melihat di depan kita itu ada Allah SWT,” tuturnya.
Kedudukan Itu Milik Allah
Mengutip surat Ali Imran ayat 26, Saad Ibrahim itu mengatakan dimensi utama dalam konteks kepemimpinan itu adalah dimensi teologis qulillahumma malikal mulki.
“Yakni sebuah kesadaran penuh harus kita bangun di dalam jiwa kita, bahwa sesungguhnya ketika kita diberikan amanah untuk mendapatkan kedudukan atau jabatan, pada hakekatnya jabatan itu adalah milik Allah,” terangnya.
Maka kemudian, lanjutnya, amanah ini diberikan kepada Dr dr Sukadiono MM untuk memimpin UMSurabaya yang ketiga kalinya yaitu periode tahun 2020-2024.
“Saya catat tadi Walikota Surabaya Bu Risma menyebut Pak Sukadiono ini menjabat rektor tiga kali itu sebanyak tiga kali. Saya menduga-duga saja mungkin dalam batinnya ternyata enak ngurus Muhammadiyah bisa menjadi pemimpin tiga kali. Kira-kira seperti itulah,” candanya disambut tawa peserta.
“Maka saya undang Bu Risma setelah selesai dari jabatan memegang amanah menjadi Walikota Surabaya ini bergabunglah ke Muhammadiyah ke Aisyiyah. Maka di situlah kemudian jabatan ketiga, keempat, dan kelima insyaallah akan lebih dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT,” ajaknya disambut tepuk tangan peserta.
Jangan Lupakan Pendiri
Sekalipun harus berorientasi ke depan, ungkapnya, kita harus menyadari dan merasakan bahwa kita ini bukan yang pertama. Ada assabiqunal awwalun. Universitas ini tentu orang-orang yang dahulu itulah kemudian yang telah mendirikan. Hampir pasti dan pasti terjadi pada umumnya di Muhammadiyah.
“Semua amal-amal usaha Muhammadiyah itu bermula dari inisiasi orang-orang Muhammadiyah dan Aisyiyah. Dan dalam konteks mewujudkan inisiatif itu tidak jarang kemudian orang harus merogoh kantongnya. Bahkan kemudian juga menyerahkan sertifikatnya ke pihak bank. Lalu dalam perkembangannya terus-menerus menjadi besar. Termasuk sekarang UMSurabaya ini juga menjadi besar,” paparnya.
“Insyaallah yang datang kemudian itu dibanding dengan assabiqunal awwalunnya yang pertama-tama itu, beban yang ditanggung itu akan lebih besar yang pertama. Ini bagian yang harus kita ingat,” imbuhnya.
Saad Ibrahim instruksikan pendirian Universitas Aisyiyah Jatim. (*)
Penulis Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.