PWMU.CO – Kreatif dan inovasi dalam PJJ harus ditingkatkan sekolah Muhammadyah. Hal itu disampaikan Ketua Majelis Dikdasmen PWM Jawa Timur Arbaiyah Yusuf MA dalam Pembukaan ME Awards Special Edition 2020 secara daring, Selasa, (15/12/20) pagi.
Dalam penjelasannya di webinar yang mengangkat tema Kreativitas dan Inovasi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Efektif, Arbaiyah Yusuf menekankan kreativitas dan inovasi dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) terus berlangsung dan tetap berkualitas dengan kompetensi dasar (KD) esensial.
“Untuk itu harus diingat kembali tiga domain belajar dalam merdeka belajar yaitu kognitif, afeksi, dan psikomotor,” ujarnya.
Dia menjelaskan, domain belajar tersebut meliputi dua subtansi pembelajaran yang meliputi knowledge, yaitu pembelajaran harus ada misi tunggal dengan pendekatan yang dilakukan ke siswa. Mulai dari aspek matematika, sains, bahasa, dan moral (agama). Sedangkan teknologi sebagai instrumen, serta karakter.
Pendidikan Karakter
Arbaiyah mengungkapkan pendidikan karakter menjadi substansi kedua dari domain belajar. Filosofi pendidikan karakter adalah mendidik siswa dulu menjadi beradab baru kemudian menguasai ilmu pengetahuan.
“Pendidikan karakter harus mengarah pada 18 karakter yang telah dicanangkan Kemendikbud RI. Yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab,” jelasnya.
Dari 18 karakter tersebut, lanjutnya, bisa dikelompok menjadi lima karakter utama. Yaitu religius, nasionalis, komitmen integritas, mandiri, dan gotong-royong. Pendidikan di sekolah Muhammadiyah, sambungnya, tidak boleh tertinggal. Dengan melibatkan semua pihak, pendidikan karakter harus dijalankan, baik di sekolah maupu di rumah. “Di mana guru tidak hanya berada di sekolah, tetapi guru juga berada di rumah.”
Kreativitas dan Inovasi
Arbaiyah memaparkan pendidikan di Muhammadiyah tidak kenal berhenti dalam belajar. Pendidikan karakter bukan saja ditekankan pada siswa, tetapi secara otomatis terjadi pada guru juga.
“Maka, salah satu instrumen dakwah Muhammadiyah adalah pendidikan harus terus dijalankan bisa mencapai kebahagiaan,” jelasnya.
Knowledge dan karakter, menurutnya, adalah model pembelajaran yang mengarah pada kebahagiaan dan kebaikan, baik di dunia maupun akhirat.
Kreatif dan inovasi, tekannya, harus diaplikasikan untuk bisa mencapai pendidikan secara holistik. “Enam penilaian pendidikan holistik tersebut antara lain spritualitas, intelektual, emosional, sosial, fisik, estetika atau keindahan.”
Spiritual, lanjutnya, proses mendekatkan dekat diri dan penguatan akidah menjadi penting. Intelektual mengacu pada pengetahuan menjadi karya. “Termasuk lomba yang diadakan MEA 2020 menjadi salah satu untuk meraih ini,” katanya.
Emosianal, tuturnya, ditandai dengan kecerdasan diri, berempati, komunikasi secara benar, dan kepemimpinan. Sedangkan sosial menekankan pada makna hidup itu tidak sendiri, fisik peserta didik harus sehat, serta estetika yang mengarah pada pembelajaran seni harus masuk di sekolah Muhammadiyah. (*)
Penulis Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.