PWMU.CO – Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dijelaskan tuntas dari A sampai Z oleh Anim Hadi Susanto MPd dalam Workshop Special Edition bertema “Literasi, Numerasi, Survei Karakter, Survei Lingkungan Sekolah dalam Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)” yang diselenggarakan secara virtual melalui Zoom Clouds Meeting, Kamis (17/12/20).
Workshop ini diselenggarakan Majelis Dikdasmen PWM Jawa Timur dan Foskam Jatim dalam rangka Muhammadiyah Education Award Special Edition 2020. Acara diikuti kepala sekolah SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA Muhammadiyah se-Jawa Timur dan Majelis Dikdasmen PDM dan PCM se-Jawa Timur.
AKM Tak Berbasis Mapel
Fasilitator Direktorat SMA Kemendikbud Anim Hadi Susanto menjelaskan bahwa AKM tidak berbasis mapel (mata pelajaran). “Jadi jangan sampai guru menanyakan kisi-kisi AKM. Jangan ada yang bertanya tentang kisi-kisi Kimia itu seperti apa? Atau kisi-kisi Biologi itu seperti apa?” ujarnya.
Menurutnya seluruh mapel memilki kontribusi yang sama dalam memberikan ilmu dasar kepada anak. Ilmu dasar yang dimaksud adalah literasi membaca dan literasi numerasi.
“Dua hal tersebut bisa disokong oleh berbagai mata pelajaran. Mungkin untuk teks-teks yang sifatnya sastra daya dukungnya ada di Bahasa. Lalu untuk numerasi, konten-konten terkait Aljabar itu didukung oleh Matematika,” tegasnya.
Biasanya, sambung dia, literasi disokong oleh mapel bahasa, numerasi disokong oleh matematika. Tapi dalam AKM semua mapel berkontribusi sama. Kita harus mempersiapkan siswa menghadapi AKM.
Menurutnya, soal dan pembelajaran merupakan dua mata pisau yang saling terkait. Guru tidak akan bisa memberikan soal jenis AKM atau mengembangkan soal yang HOTS jika pembelajarannya juga tidak HOTS.
“Yang perlu kita lakukan bagaimana jika terkait dengan mapel guru menuju pembelajaran yang HOTS agar anak-anak nanti juga bisa mengikuti ketika siswa kita diberikan soal HOTS,” terangnya.
Langkah Penyiapan AKM
Anim Hadi Susanto menjelaskan beberapa langkah untuk persiapan AKM. Yaitu analisis KD (kompetensi dasar), perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut.
Pertama, dalam analisis kompetensi dasar (KD), tentukan KD yang mengandung UKRK (urgensi, kontinyu, relevansi, dan keterpakaian). Tentukan KD yang penting (urgen) dan kontinyu di jenjang kelas yang berkelanjutan. KD yang di kelas bawah, menengah, atas, menjadi prioritas utama.
KD juga harus ada relevansi atau keterkaitannya dengan mata pelajaran yang lain. Dan keterpakaian KD yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Jadi pilihlah prioritas KD dan tentukan tema penilaian (frame work)”, katanya.
Menurutnya, ada tiga pilihan dalam analisis KD, yaitu kurikulum nasional, KD yang sudah dipadatkan, atau kurikulum sekolah yang mengacu kurikulum nasional. “Jika KD sudah siap, maka tentukan IPK (indeks pretasi komulatif),” terangnya.
Langkah kedua perencanaan pembelajaran. Meliputi pembuatan silabus dan RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran), bahan ajar (cetak/non cetak), dan media pembelajaran. “Ada perubahan RPP yang lebih mudah dibuat. RPP komponen minimalis yang penting memuat tiga aspek, yakni tujuan pembelajaran, langkah kegiatan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran,” jelasnya.
Anim menjelaskan guru harus mempersiapkan penilaian pembelajaran, menentukan indikator soal, menyusun stimulus berdasarkan tema, menyusun soal dan rubrik dalam lima bentuk soal, menelaah soal, dan merakit soal. “Berikan soal cerita agar siswa terbiasa membaca dan memahami soal, yang penting penerapan pola aplikasi penyelesaian masalah,” jelasnya.
Ketiga, tahap pelaksanaan. Saat pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan kolaborasi dari mata pelajaran yang sesuai dengan tema, dan dapat dilaksanakan secara team teaching. “Pembelajaran yang dilaksanakan mengedepankan kemampuan literasi dan numerasi, serta mengedepankan tingkat capaian siswa. Bentuk penilaian yang bisa diambil yaitu UBKD (ujian berbasis komputer daring) dan semi UBKD,” terang dia.
Keempat, melakukan evaluasi. “Lakukan supervisi akademik keterlaksanaan proses pembelajaran kolaborasi. Apakah pembelajaran kita sudah menyokong literasi membaca dan numerasi apa belum? Jadi kita harus membiasakan siswa pada pembelajaran yang mengarah pada AKM. Dengan monitoring keterlaksanaan AKM, survey karakter dan survei lingkungan belajar,” jelasnya.
Kelima. tindak lanjut. Setelah melakukan evaluasi harus dilakukan tindak lanjuat beardasarkan rekomendasi peningkatan mutu proses pembelajaran. “Rekomendasi peningkatan mutu profesi pembelajaran dan rekomendasi pelaksanaan pembelajaran (teaching at the right level),” ujarnya.
Manfaat dan Lingkup AKM
Anim menegaskan, Asesmen Nasional dilakukan untuk mengevaluasi kinerja satuan pendidikan dan sekaligus menghasilkan informasi untuk perbaikan kualitas belajar mengajar, yang kemudian diharapkan berdampak pada karakter dan kompetensi siswa. Asesmen untuk meningkatkan mutu pendidikan”, jelasnya.
Menurut dia AKM tidak mengukur nilai secara individu. Tidak ada nilai AKM siswa, yang ada adalah nilai AKM sekolah. Jadi tidak keluar nilai siswa satu per satu karena yang diperbaiki bukan individu tetapi mutu pendidikan di satuan pendidikan tersebut. Harapannya ada perbaikan di kualitas pembelajaran.
“Kita tidak bisa melihat kekurangan diri kita sendiri. Jadi dari nilai AKM tersebut jika pada posisi cakap diperbaiki menjadi mahir. Dan di tahun 2020 dianggap sebagai titik awal untuk mengetahui kondisi sekolah, karakter dan lingkungan belajar. Jadi kemajuan sekolah bisa dilihat dari nilai AKM di tahun 2021 dan 2022, akan terlihat progres perbaikan sekolah. Jadi perubahan nilai dari 6 menjadi 8 itu lebih baik dari pada nilai 9 menjadi 9,5”, tambahnya.
Dia menjelaskan, Asesmen Nasional terdiri dari tiga instrumen. Yaitu pertama, asesmen kompetensi minimum (AKM) yang mengukur literasi membaca dan matematika murid. Kedua survei karakter yang mengukur disposisi dan kebiasaan yang mencerminkan karakter murid. Dan ketiga, survei lingkungan belajar yang mengukur kualitas berbagai aspek input dan proses belajar mengajar di kelas maupun di tingkat sekolah.
“Informasi dari survei lingkungan belajar diperlukan untuk merumuskan dan menguji dugaan tentang mengapa murid di sekolah tertentu memiliki hasil belajar yang baik atau buruk,” tambahnya.
AKM, Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar
Anim menerangkan, literasi membaca meliputi kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan masalah, dan mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia agar dapat berkontribusi secara produktif di masyarakat.
“Yang penting guru bisa memposisikan anak-anak untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, dan merefleksi berbagai teks. Ini yang terpenting, karena tidak semua anak bisa melakukan itu,” tandasnya.
Adapun literasi numerasi meliputi kemampuan berfikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat Matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan untuk individu sebagai warga negara Indonesia dan dunia.
Survei karakter yang dimaksud adalah yang mencerminkan profil pelajar Pancasila yang memiliki enam pilar yaitu beriman, bertakwa, berakhlaq mulia, memiliki kemampuan bernalar kritis, mandiri, kreatif, mampu bergotong royong, dan berbhinneka tunggal ika secara global.
“Siswa lulus dari SD, SMP, SMA harus dipastikan memiliki karakter yang baik. Ini semua akan dipotret dari survei karakter,” jelasnya.
Dia melanjutkan, survei lingkungan belajar meliputi iklim belajar dan iklim satuan pendidikan. Iklim kemanan sekolah meliputi perlindungan, rasa aman, konsepsi hukuman fisik dan kebijakan sekolah.
Iklim kebhinekaan sekolah meliputi toleransi, pro kekerasan, komitmen kebangsaan, rasa terancam, pengalaman terdiskriminasi, kebijakan. Dan kualitas pembelajaran meliputi iklim keteraturan kelas, pengajaran yang adaptif, dan umpan balik yang baik.
“Kita harus mendeteksi sekolah bebas dari bullying. Semua akan dipotret dari survei lingkungan belajar,” tandasnya.
Anim mencontohkan salah satu strategi pembelajaran yang efektif seperti dicontohkan oleh PISA (Programme for International Student Assessment) oleh OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development).
Yaitu dengan pelibatan siswa dalam pengajaran membaca. Di antara bentuk pelibatan itu adalah mengajak siswa berpendapat, membuat daftar tokoh, menceritakan kembali isi bacaan, mengaitkan isi bacaan dengan kejadian di sekitar, memberi pertanyaan untuk mendorong semua siswa memahami bacaan.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh PISA, bagi siswa usia 15 tahun strategi membaca nyaring bukan cara yang efektif, tapi dengan mengajak siswa merangkum sebuah bacaan, maka siswa akan memiliki kemampuan menangkap hal-hal yang penting dan menuliskannya dengan bahasa dan kreativitas mereka sendiri.
“Dan dengan memberikan kesempatan membaca kepada siswa untuk memperkaya bacaannya di waku luang maka skor PISA-nya menjadi lebih tinggi 50 poin,” ujarnya.
Rencana Pembelajaran dan Penilaian Pembelajaran
Anim menjelaskan, guru harus membuat perencanaan dan penilaian pembelajaran. Begitu masuk Kurikulum 13, pembelajaran dan penilaian berbasis KD (Kompetensi Dasar). Jadi dari KD tersebut kita bisa merencanakan pembelajaran dan penilaian pembelajaran.
“Kalau penilaian tidak dibuat terlebih dulu, maka yang terjadi penilaian berbasis kebutuhan saat mengajar. Saat ini, sebelum masuk semester II kita harus membuat perencanaan pembelajaran dan penilaian selama semester II” jelasnya.
Dia menyampaikan, ada empat macam komponen penilaian kepada siswa yang harus diperhatikan seorang guru. Yaitu stimulus yang berupa topik menarik dan kekinian. Bisa juga berupa beberapa teks yang saling berkaitan seperti teks informasi, sastra, grafik, tabel, gambar infografis.
“Atau bisa berupa pemecahan masalah, transfer konsep di mana di dalam konsep bisa saling insert antara satu konsep dengan konsep yang lain, serta menstimulus siswa untuk mampu berpikir kritis Dan yang terpenting tidak mengandung SARAPPK (suku, agama, ras, antargolongan, pornografi, politik, propaganda, kekerasan),” terangnya.
Sementara untuk proses kognisi meliputi membaca, numerasi, sains, dan finansial. Finansial yang diharapkan di antaranya adalah planning, dan arranging finances.
“Untuk konteks penilaian memiliki unsur personal, sosial budaya, scientific. Dan bentuk soal yang diberikan dalam penilaian bisa berupa pilihan ganda (PG), memberikan pendapat dan berdasarkan fakta, benar atau salah, uraian dengan gabungan pendapat setuju atau tidak setuju,” urainya. (*)
Kontributor Ria Rizaniyah dan Irma Sonya Suryana. Editor Mohammad Nurfatoni.