Kejadian Berulang di Setiap Desember oleh Nurbani Yusuf, aktivis Persyarikatan Muhammadiyah.
PWMU.CO– Di setiap Desember selalu ada orang menulis kartu ucapan selamat, lilin, salju, dan cemara warna-warni. Di setiap Desember selalu ada orang memutar kembali kunci ingatannya. Apakah benar 25 Desember telah lahir anak Allah yang dirayakan. Di setiap Desember selalu ada orang kembali membuka suhuf-suhuf apakah mengucap selamat natal itu boleh apa tidak.
Di setiap Desember selalu diingatkan kembali agar anak-anak dijauhkan dari terompet dan lilin. Di setiap Desember orang selalu berbincang tentang menyerupai orang kafir adalah bagian darinya. Di setiap Desember kita selalu bicara tentang manusia yang beraneka dan Tuhan yang satu.
Di setiap Desember ada yang selalu mempersalahkan Tuhan kenapa menciptakan banyak manhaj, idelogi, bahkan agama yang beraneka sebagai sumber konflik pertengkaran.
Di setiap Desember orang selalu sinis dengan mercon atau kembang api sebagai pesta dan simbol awal tahun yang riuh. Di setiap Desember ada yang terus bertengkar dan mengorek-ngorek soal lama berulang-ulang seakan hal yang tak pernah selesai.
Kisah Tetsu di Afghan
4 Desember 2019, Tetsu Nakamura, pria kurus dari Jepang mati, dadanya ditembus peluru pejuang mujahidin Afghan. Lima belas tahun yang lalu pada bulan Desember, Nakamura datang ke Afghanistan, negeri muslim yang remuk karena perang saudara. Nakamura datang bukan untuk merayakan natal apalagi liburan musim panas bersama keluarga. Dia datang atas nama misi kemanusiaan.
Nakamura datang untuk membuat kanal yang bisa mengairi ribuan hektare tanah tandus agar bisa menghasilkan pangan. Agar perut yang lapar karena sibuk perang saudara bisa kembali kenyang. Anak-anak kembali sekolah dan orang sakit bisa dirawat.
Tapi politik tak mau demikian. Perang saudara sesama iman di Afghanistan tak menghendaki damai. Meski menyembah Tuhan yang sama, Nabi yang sama, kitab yang sama, agama yang sama. Kenapa perang tak bisa berhenti? Pada Suriah, Yaman, Iraq, Iran, ataupun Libya dan negara lainnya?
Benarkah Tuhan dan kitab yang sama bisa menyatukan? Benar pulakah Tuhan dan kitab yang berbeda bisa menjauhkan? Nakamura mungkin bisa menjawab pendek. Lelaki kurus ini menyembah pagan. Bukan bagian dari ahli kitab yang disebutkan.
Dia datang di negeri penuh asap mesiu dan anyir dendam. Hanya untuk membuat kanal-kanal air agar sawah-sawah kembali bisa ditanami dan penduduknya bisa makan kenyang dan anak-anak kembali sekolah.
Mungkin Tetsu Nakamura tak melihat agama apalagi aliran-aliran yang ada di dalamnya, lebih jauh tentang interes-interes yang spesifik pada masing-masing. Atau barangkali bagian dari kuasa Tuhan untuk mengirim salah satu pertolongan Tuhan kepada rakyat Afghanistan yang dibenam perang sesama iman.
Di setiap Desember orang selalu bicara perbedaan atau ketidak samaan. Keanekaan manusia dan Tuhan yang satu. Kejadian Berulang di setiap Desember. Selalu ada suka cita natal yang diperdebatkan dan pergantian tahun baru yang terus diperselisihkan. Seperti berputar kembali ke asal. Wallahu taala a’lm. (*)
Editor Sugeng Purwanto