PWMU.CO – Begini Praktik Bikin Soal HOTS Tipe AKM dalam Workshop Special Edition, Kamis (17/12/20).
Workshop yang mengangkat tema Literasi, Numerasi, Survey Karakter, Survey Lingkungan Sekolah dalam Assesemen Kompetensi Minimum (AKM) ini difasilitatori Direktur Sekolah Menengah Atas Kementerian Pendidikan Republik Indonesia Anim Hadi Susanto MPd dengan co-fasilitator Kepala SMA Muhammadiyah 10 GKB Gresik Hari Widianto MPd.
Peserta dibagi per kelompok dengan durasi waktu pembuatan soal 15-30 menit. Mereka terdiri dari kepala sekolah dan guru Muhammadyah serta anggota Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), dan Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) se-Jatim.
Topik Penjualan Pelajaran Ekonomi
Dalam presentasinya, guru SMK Muhammadiyah 1 Malang Karno Widodo mengangkat topik tentang penjualan pada pelajaran Ekonomi. Dia membuat HOTS dengan kompetensi dari silabus menganalisis sistem konsinyasi produk usaha pengolahan makanan khas daerah yang dimodifikasi dari bahan pangan nabati dan hewani.
“Indikator pencapaian kompetensinya yaitu konsep sistem konsinyasi produk-produk pengolahan makanan, khas daerah dari bahan pangan nabati dan hewani. Sistem toko untuk menjual barang,” katanya.
Dia memaparkan isi dari soal tersebut adalah kelompok usaha siswa memulai usaha produk dengan kemasan plastik bening. Produk dijual koperasi sekolah dengan harga Rp 12.500 per kemasan. Koperasi sekolah membeli produk dari kelompok usaha siswa seharga Rp 10.000 per kemasan.
Dalam soal tersebut dia memberi illustrasi berupa gambar yang menjelaskan kondisi jual beli di koperasi sekolah tersebut. Antara kelompok usaha siswa dan koperasi sekolah melakukan konsinyasi.
“Pertanyaan dari stimulus tersebut adalah berdasarkan deskripsi di atas antara usaha siswa dan koperasi sekolah melakukan konsinyasi, manakah risiko yang kecil bagi kelompok usaha siswa dengan menggunakan sistem penjualan di atas,” katanya.
Bentuk Grafik dan Diagram
Presentasi kedua adalah Wakil Kepala bidang Pengembangan Pendidikan SMA Muhammadiyah 10 GKB Gresik Ulyatun Nikmah SPd. Dia menjelaskan tentang waktu dekomposisi—waktu yang dibutuhkan untuk menguraikan sampah dengan sempurna—berdasarkan sebuah diagram dalam bentuk soal numerasi. Meliputi tiga aspek yaitu pemahaman konsep, aplikasi konsep, dan penalaran konsep.
Dia lalu menjelaskan soal yang dia kutip dari web Kemendikbud tentang materi sampah yang akan mengalami penguraian. Sampah yang dimaksud dapat berupa sampah organik dan sampah anorganik.
“Pada tabel dijelaskan tentang waktu dekomposisi sampah organik dengan bahan material dan waktu dekomposisinya yaitu kulit pisang membutuhkan waktu dekomposisi enam pekan, kulit jeruk lima bulan, kantong kertas delapan pekan, sisa apel dua bulan, kertas tissu lima pekan,” urainya.
Contoh soal dari tabel dan diagram yang disajikan berupa jawaban pilihan ganda atas pernyataan sampah anorganik lebih lama terurai dibandingkan dengan organik. “Siswa diminta berpikir kreatif, bagaimana menganalisisnya,” ujarnya.
Dia mengungkapkan pada penalaran konsep, siswa diminta menyebutkan setuju atau tidak terkait dengan pernyataan yaitu seorang siswa ingin menggabungkan data waktu dekomposisi antara sampah organik dan anorganik menjadi sebuah diagram batang.
Pembelajaran Tematik
Dari perwakilan SD se-Jatim presentasi disampaikan guru SD Muhammadiyah Manyar Ria Pusvita Sari MPd. Vita, sapaan akrabnya, menyampaikan tentang pembelajaran tematik. Dia mengambil tema ketampakan alam yang menitikberatkan pada literasi membaca dengan menyajikan bacaan Danau Toba.
Dari sajian tersebut, dia meminta siswa memahami bacaan dan pertanyaan dengan jawaban berupa pilihan ganda yang sesuai dengan informasi dari bacaan yang disediakan. Kemudian dibacakan yang kedua tentang diskripsi Danau Toba dengan rincian ukuran serta lokasi danau tersebut. Pada teks kedua siswa diminta pendapatnya tentang keindahan Danau Toba.
Dalam literasi numerasi, Vita menyajikan contoh bacaan tentang Rumah Paman di Pulau Samosir dengan atapnya yang berbentuk trapesium, halaman rumah yang berbentuk segitiga sama sisi, serta sawahnya yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran tertentu.
“Dengan penjelasan ini, diharapkan siswa bisa menentukan luas atap dari Rumah Paman, serta keliling Rumah Paman,” ujarnya.
Dari uraian bacaan tersebut, lanjutnya, siswa dengan soal HOTS diharapkan bisa memberikan pernyataan yang sesuai dengan kondisi yang ada dalam bacaan.
Tanggapan Fasilitator Workshop
Fasilitator workshop Anim Hadi Susanto memberikan tanggapan pada tiga peserta yang telah melakukan presentasi. Dari presentasi Karno Widodo, Anim memaparkan stimulus pada soal digunakan sebagai dasar untuk menjawab soal tidak perlu ditampilkan.
“Sebuah soal dibuat dengan harapan agar siswa dapat menyelesaikannya tanpa melihat stimulus itu sendiri. Stimulus yang diangkat bisa tentang grafik risiko penjualan. Jika tidak terjual maka akan menurun grafiknya,” jelasnya.
Stimulus harus bermakna, sambungnya. Jika stimulus ini dihilangkan maka seseorang tidak bisa menjawab sebuah soal.
Dari presentasi Ulyatun Nikmah, Anim mengungkapkan soal yang telah dibuat sudah sesuai dengan AKM. Soalnya bersifat aplikatif dan betul-betul dibutuhkan siswa dalam kehidupan sehari-harinya.
“Contoh dari kondisi keseharian seperti pada brosur penjualan mobil yang berupa tabel dengan penjelasan harga dan lama waktu pembayarannya,” ungkapnya.
Dari presentasi Vita, Anim menyarankan untuk memberikan stimulus kepada siswa tentang data yang berisi contoh-contoh ketampakan alam dan ketampakan buatan berdasarkan waktu terbentuknya.
“Contohnya danau buatan dibuat 100 tahun yang lalu, Danau Toba puluhan tahun yang lalu. Kemudian siswa diminta untuk menyebutkan danau yang termasuk buatan sehingga dari data tersebut menjadi stimulus anak-anak untuk menyimpulkan.
Saat memberikan soal dengan jawaban terbuka contohnya berupa diskripsi, sambungnya, maka guru harus membuat rubrik jawaban dengan skor tertentu. (*)
Penulis Irma Sonya Suryana. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.