Hasil Akreditasi 2020, Ini Evaluasi Ketua BAN-SM Jatim Prof Dr Maria Veronika Roesminingsih MPd yang disampaikan dalam wawancara dengan PWMU.CO.
PWMU.CO – Di masa pandemi Covid-19 Badan Akreditasi Nasional Sekolah Madrasah (BAN-SM) menyelenggarakan Akreditasi Pilot Project 2020 yang berbasis Instrumen Akreditasi Satuan Pendidikan (IASP) 2020.
Di Jawa Timur ada 700 sekolah dan madrasah—dari 5000 peserta nasional—yang mengikuti kegiatan yang visitasi alias kunjungannya dilakukan secara daring sejak tanggal 17 November hingga 3 Desember 2020.
Menurut Ketua BAN-SM Jatim Prof Dr Maria Veronika Roesminingsih, MPd, mengatakan akreditasi yang menggunakan sistem baru dan dilakukan secara daring ini memberikan banyak pengalaman berharga.
“Ini pengalaman pertama akreditasi online. Di satu sisi bagi sekolah atau madrasah tidak disibukkan dengan seremonial penyambutan. Biasa kalau orang Jawa itu ada tamu kan pasti gupuh, lungguh, dan suguh. Itu tidak terjadi,” ujarnya dalam wawancara secara daring dengan PWMU.CO, Sabtu dan Senin (19 dan 21/12/2020)
Tetapi di sisi lain, sambungnya, sekolah harus bisa menunjukkan data berupa dokumen, foto, video atau YouTube yang menggambarkan kinerja sekolah dan madrasah.
“Ini tidak mudah karena tidak semua sekolah dan madrasah memiliki sarana untuk itu, sehingga data yang disediakan masih minim,” ujarnya.
Dia menjelaskan, ketika harus visitasi secara daring dan harus terbagi dalam beberapa responden sehingga harus ada breakout room. Ternyata masih banyak yang belum bisa melakukan hal itu.
“Ini ditengarai semua responden atau informan saat wawancara berada dalam satu ruangan. Otomatis objektivitas informasi masih diragukan,” katanya.
Asesor Kelelahan
Dosen Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu menjelaskan, dari sisi asesor banyak yang merasa waktu yang disediakan selama dua hari masih belum cukup.
“Karena setelah visitasi harus meng-convert record yang ada ke dalam video/YouTube untuk selanjutnya di-upload. Ternyata memakan waktu yang tidak sedikit. Bahkan ada asesor yang semalam tidak tidur, padahal besuk harus lanjut visitasi,” terang dia.
Dia menceritakan, karena kondisi itu ada beberapa asesor yang kelelahan. Dua orang harus dirawat di rumah sakit dan sudah sehat serta ada tiga asesor yang meninggal dunia.
“Tiga orang yang meninggal itu, satu orang sudah mundur saat mau visitasi. Dan ternyata setelah dirawat beberapa hari meninggal dunia. Sedangkan yang dua orang saat visitasi sakit dirawat dan meninggal. Tentunya karena yang berangkutan punya riwayat sakit sebelum visitasi,” tambah Direktur Badan Pengelola Sekolah Labschool Unesa itu.
Roesminingsih mengungkapkan, jumlah asesor Jatim yang sudah lulus uji kompetensi ada 332 dari 800 peserta ujian. Namun dalam penugasan visitasi kali ini hanya 312 asesor. “Ada 20 orang sudah mundur sebelum ditugaskan karena berbagai alasan. Seperti sakit, ditugaskan oleh atasannya, dan sebagainya,” ujarnya
Akreditasi 2021
Roesminingsih menjelaskan, untuk akreditasi tahun 2021 pelaksanaannya tidak berbeda jauh dengan tahun ini, karena belum meredanya pandemi Covid-19.
“Untuk itu salah satu strategi yang digunakan BAN-SM adalah menggunakan dashboard monitoring. Ini merupakan upaya untuk menerbitkan sertifikat akreditasi tanpa visitasi karena dari monitoring data sekolah dari Dapodik (Data Pokok Pendididikan), EMIS (Dapodik versi Kemenag), dan data sekunder PMP (Penilaian Mutu Pendidikan) ditengarai sekolah atau madrasah yang bersangkutan menunjukkan kinerja yang baik,” terang dia,
Artinya, jelas dia, untuk sekolah dan madrasah yang sudah dapat peringkat A, misalnya, kalau nilai Dashboard Monitoring meningkat, maka langsung diterbitkan sertifikatnya. “Namun jika ada laporan dari masyarakat jika sekolah tersebut kinerjanya tidak baik makan dilakukan visitasi,” tambahnya.
Karena itu BAN-SM Jatim merekomendasikan ke Dinas Pendidikan dan Kemenag lebih mengoptimalkan peran pengawas, sebab mereka yang langsung akan mendampingi sekolah untuk meningkatkan kinerja sekolah dan madrasah.
“Dinas atau Kemenag juga harus selalu meng-upgrade pengawas terkait dengan akreditasi dengan instrumen baru yang sudah berubah paradigmanya, dari compliance ke performance,” jelas dia.
Menurutnya, sekolah dan madrasah juga harus proaktif dalam meningkatkan kinerjanya dengan mengoptimalkan MKKS dalam berbagi pengalaman dan pengetahuan terkait dengan peningkatan kinerja sekolah madrasah. “Dan mereka yang sudah melaksanakan akreditasi pola baru ini harus siap untuk berbagi,” pesannya.
Hasil Akreditasi Jatim 2020
Ada 700 sekolah di Jawa Timur telah mengikuti Akreditasi Pilot Project 2020. Terdiri dari SD/MI 423 (59,9 persen); SMP/MTs 134 (19,1 persen); SMA/MA 52 (7.4 persen); SMK 47 (6,7 persen); SLB 23 (3,3 persen); dan SPK 21 (3,6 persen).
Akreditasi yang hasilnya telah diumumkan pada 17 Desember 2020 itu hasil yang dicapai sekolah madrasah di Jatim adalah: status akreditasi A 157 sekolah/madrasah (22,4 persen); B 443 sekolah/madrasah (61,8 persen); C 99 (14,1 persen); dan TT 1 sekolah/madrasah (0,14 persen).
Dibandingkan dengan akreditasi sebelumnya, sekolah/madrasah yang turun status akreditasinya sebesar 16,15 persen; naik 12,00 persen; dan tetap 71,85 persen.
Rinciannya tingkat SD/MI ada 16,71 sekolah/madrasah yang status akreditasi turun; 11,22 persen naik; dan 72,08 persen yang tetap.
Sedangkan SMP/MTs 19,40 persen turun; 11,94 persen naik; dan 68,66 persen tetap. SMA/MA 9,62 persen turun; 13,46 naik; dan 76,92 persen tetap.
SMK 10,64 persen turun; 17,02 naik; dan 73,34 persen tetap. SLB 13.04 persen turun; 13,04 persen naik; dan 73,91 persen tetap.
Menurut Roesminingsih, banyaknya sekolah atau madrasah yang status akreditasinya mengalami penurunan dibandingkan yang naik, salah satunya karena ada perubahan rentang penilaian.
“Dulu nilai 86 sudah A, sekarang untuk bisa A harus mendapat minimal 91. Jadi meskipun skor naik tapi belum mencapai 91 akan memperoleh B,” ujarnya.
- SD/MI 423 sekolah, yang mendapatkan status akreditasi A 72 (17,02 persen); B 301 (71,15 persen); C 49 (11,58 persen; dan TT (tidak terakreditasi) 1 (0,23 persen.)
- SMP/MTs 134 sekolah, status akreditasi A 35 (26.11 persen); B 67 (50.00 persen), C 32 (23,88 persen).
- SMA/MA 52 sekolah, status akreditasi A 15 (28,84 persen); B 27 (51,92 persen); C 10 (19,23 persen).
- SMK 47 sekolah; status akreditasi A 16 (34,04 persen); B 24 (51,06 persen), C 7 (14,89 persen).
- SLB 23 sekolah; status akreditasi A 8 (34,78 persen), B 15 (65,21 persen); C 0.
- SPK 21 sekolah, status akreditasi A 11 (52,38 persen); B 9 (42,85 persen); C 1 (4,76 persen).
Mutu Guru Perlu Ditingkatkan
Roesminingsih menjelaskan dari empat komponen dalam akreditasi sistem baru (IASP 2020) yang mengacu pada performance based (berbasis kinerja) itu—yaitu mutu lulusan, mutu guru, proses pembelajaran, dan manajemen sekolah—ternyata mutu guru memiliki nilai yang paling rendah.
“Artinya mutu guru ini masih harus ditingkatkan,” ujarnya.
Hal itu dibuktikan dari data BAN SM Jatim. Untuk jenjang SD capaian persentase mutu lulusan adalah 81,73 persen, mutu guru 81,25 persen, proses pembelajaran 84,64 persen, dan manajemen sekolah 86,24.
Untuk MI mutu lulusan adalah 83,29 persen, mutu guru 79,47 persen, proses pembelajaran 83,37 persen, dan manajemen sekolah 84,28.
SMP mutu lulusan adalah 82,39 persen, mutu guru 81,43 persen, proses pembelajaran 84,38 persen, dan manajemen sekolah 84,67.
MTs mutu lulusan adalah 81,38 persen, mutu guru 79,90 persen, proses pembelajaran 81,38 persen, dan manajemen sekolah 82,43.
SMA mutu lulusan adalah 85,51 persen, mutu guru 81,27 persen, proses pembelajaran 85,34 persen, dan manajemen sekolah 86,19.
MA mutu lulusan adalah 81,51 persen, mutu guru 78,76 persen, proses pembelajaran 81,34 persen, dan manajemen sekolah 82,68.
SMK mutu lulusan adalah 85,47 persen, mutu guru 77,78 persen, proses pembelajaran 85,99 persen, dan manajemen sekolah 86,76.
SMK mutu lulusan adalah 85,34 persen, mutu guru 84,54 persen, proses pembelajaran 87,11 persen, dan manajemen sekolah 85,02. (*)
Penulis/Editor Mohammad Nurfatoni.