PWMU.CO – Keberadaan Aisyiyah Dibutuhkan Negara. Hal itu diungkapkan oleh Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Jember Menik Chumaidah SH MHum.
Dia menyampaikannya saat menjadi pemateri pada Sekolah Kader untuk Pimpinan yang digelar secara virtual oleh Majelis Pembinaan Kader MPK PDA Jember, Sabtu (26/12/2020). Menik Chumaidah membawakan materi Visi Misi Muhammadiyah dan Aisyiyah Abad Kedua.
Penguatan Ideologi
Menurut Menik Chumaidah sekolah kader merupakan upaya untuk menguatkan ideologi Muhammadiyah para pimpinan dan calon pimpinan.
“Meningkatkan pengetahuan tentang keorganisasian. Setiap organisasi mempunyai permasalahan sendiri-sendiri, termasuk Muhammadiyah sebagai organisasi yang mempunyai omset terbesar di dunia,” ujarnya.
Namun, lanjutnya, bukan berarti permasalahan-permasalahan organisasi membuat para kader tertarik kepada ideologi atau organisasi lain.
“Jumlah kader aktif jangan dijadikan kendala untuk berhenti bergerak. Lakukan pengeloaan Aisyiyah dengan profesional. Anggap saja mengurusi Aisyiyah adalah wujud kita berkomitmen sebagai pegawai Allah,” pesannya.
Aisyiyah Dibutuhkan Umat dan Negara
Keberadaan Aisyiyah, menurutnya, tidak lagi hanya dibutuhkan oleh umat, akan tetapi negara. Aisyiyah harus ada. Beraisyiyah berarti menata langkah ijtihad dalam menterjemahkan nilai-nilai ajaran Islam yang saat awal berdirinya banyak dipengaruhi paham agama dan budaya yang membelenggu dunia perempuan.
“Langkah tajdid yang mencerahkan dengan melakukan aktualisasi gerakan perempuan tidak hanya di ranah domestik, tetapi juga ranah publik. Aisyiyah menjadi organisasi yang berusaha menyelesaikan permasalahan masyarakat dengan program kegiatan nyata dan terukur dalam segala aspek kehidupan (poleksosbud). Bahkan dalam melaksanakan misi dakwahnya sejak 1926 Aisyiyah mendirikan majalah Suara Aisyiyah,” ungkapnya.
“Penguatan keluarga sakinah dan harmonisasai keluarga menjadi pondasi penting. Memberikan uswah hasanah kepada anak cucu yang pada akhirnya akan menjadi teladan untuk masyarakat sekitar kita. Dakwah itu perlu keteladanan,” tambahnya.
Visi Gerakan Aisyiyah
Menik menegaskan gerakan Aisyiyah abad kedua adalah visi gerakan bersifat transformasi yang berupa persambungan dan pengembangan dari pergerakan Aisyiyah abad kesatu menuju fase baru abad kedua.
“Berkembangnya Islam berkemajuan dalam kehidupan masyarakat, khususnya di lingkungan dimana Aisyiyah berada. Berkembangnya gerakan pencerahan yang membawa proses pembebasan, pemberdayaan dan pemajuan dalam kehidupan keumatan dan kebangsaan,” paparnya.
“Berkembangnya perempuan berkemajuan di lingkungan umat Islam dan bangsa Indonesia maupun ranah global sebagai insan pelaku perubahan menuju peradaban utama yang cerah dan mencerahkan,” imbuhnya.
Di sesi diskusi Ike Sulistiyorini SSos dari Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Pakusari menanyakan bagaimana menyikapi permasalahan yang mencampuradukkan masalah organisasi dengan masalah pribadi. Sehingga kadang tak bisa dipungkiri membuat mutung dari Aisyiyah.
Menik menanggapi agar memperjelas akar permasalahan. Jika itu masalah pribadi maka yang harus dilakukan adalah menyelesaikan secara personal dan menyambung silaturrahim.
“Keberadaan Aisyiyah harusnya menjadi solusi di masyarakat umum. Terlebih di Aisyiyah sendiri. Jangan sampai masalah pribadi berimbas kepada gerak Aisyiyah sebagai organisasi,” tuturnya. (*)
Penulis Humaiyah. Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.