PWMU.CO – “Didiklah anak-anakmu, karena mereka akan hidup pada zaman yang berbeda dengan zamanmu,” demikian pesan Khalifah Kedua Umat Islam, Umar bin Khaththab.
Pernyataan tersebut seakan mengingatkan para orang tua untuk instropeksi sejauh mana mereka memegang amanah yang diberikan oleh Allah kepadanya. Anak itu adalah salah satu amanah yang dititipkan oleh Allah kepada orang tua (Ayah/ibu). Ketika Allah memberi amanah pasti disertai ujian, tidak semuanya akan berjalan dengan mulus.
Pasti akan ada jalan yang berliku untuk menggapai kebahagiaan hidup. Sebagaimana dijelaskan dalam surat at-Taghobun ayat 14 yang artinya: “Wahai orang orang yang beriman , sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni mereka, maka sungguh Allah Maha Pengampun Maha Penyayang.”
(Baca: Aisyiyah Diminta Konsisten Berdakwah dengan Tidak Melupakan Keluarga)
Pameo bahwa anak adalah segalanya bagi orang tua, seringkali karena begitu dalam kecintaan orang tua terhadap anak. Tidak jarang kita melakukan kesalahan, khususnya terkait pemenuhan keinginan anak yang berlawanan dengan pencapaian kebahagiaan itu sendiri.
Dalam hati sering terbersit bahwa dalam urusan kebahagiaan, anaklah satu-satunya yang bisa memenuhinya. Oleh karena itu, dalam Islam hubungan orang tua dan anak diatur dengan sangat indah. Selain menempatkan anak sebagai anugerah keluarga yang tak ternilai, anak juga dijadikan sebagai salah satu ‘soal’ ujian bagi orang tua. Artinya bila orang tua mampu menjawab soal -soal itu maka anugrah kebahagiaan dari Allah yang hakiki itu telah diraihnya. Bersambung ke halaman 2 …