PWMU.CO– Politisi PAN, Dr Ali Taher Parasong, telah meninggal dunia Ahad (3/1/2021). Dia putra suku Lamaholot di Lamakera, Solor Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Menjadi politisi DPR dari PAN mulai Pemilu 2014 hingga kini. Mendapatkan suara menuju Gedung Senayan dari Dapil III Banten. Dia tinggal di Jl. Singosari Raya No. 113/115 Perum III Karawaci, Kabupaten Tangerang.
Awalnya dia anak yatim yang miskin di kampungnya, Lamakera. Lalu pindah ke Jakarta sejak kelas tiga SD dibawa kerabatnya tahun 1974. Sekolah di SDN Slipi I Petang Jakarta, SMP Muhammadiyah 26 Jakarta, SMAN 26 Jakarta Barat. Di Jakarta dia bekerja keras untuk hidup mandiri sambil sekolah.
Kemudian kuliah di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Semasa kuliah aktif di Pemuda Muhammadiyah. Pernah menjabat Sekretaris Jenderal Pemuda Muhammadiyah mendampingi Ketua Umum Din Syamsuddin.
Dia aktif di persyarikatan menjadi Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Provinsi Banten (2005-2010). Lalu menjadi dosen Universitas Muhammadiyah Jakarta mulai 1987, Wakil Direktur Umum RS Islam Cempaka Putih Jakarta (1991-2001) lalu Direktur RSI Cempaka Putih Jakarta (2001-2008).
Mengkritik Menteri Agama
Nama Ali Taher mencuat ketika Komisi VIII DPR mengadakan rapat dengar pendapat dengan Menteri Agama Fachrur Razi, Kamis (10/9/2020). Dia mengkritik Fachrur Razi yang suka menyudutkan umat muslim dengan tuduhan radikalisme hanya dari celana cingkrang, jenggot, cadar, guru mengaji, orang-orang good looking, dan memiliki pengetahuan agama yang baik potensi menjadi radikal.
Video dengar pendapat Komisi VIII ini viral di medsos. Dalam rapat itu Ali mengatakan, pernyataan Fachrul terkait radikalisme tidak menggambarkan kepemimpinan Kementerian Agama dalam menjalankan fungsi agama dan pendidikan.
”Bapak ini cocoknya jadi Menkopolhukam ketimbang jadi Menteri Agama, saya mohon maaf, karena idealisme yang dibangun oleh Kemenag tak terbawa,” kata Ali Taher. ”Saya mengistilahkan ideologi ditinggal sejarah tak terbawa,” sambungnya
Dia mengatakan, pernyataan-pernyataan Menag Fachrur Razi soal radikalisme kontraproduktif terhadap program-program anggaran negara. Ali Taher tak sependapat dengan tuduhan guru ngaji dan ustadz good looking merupakan bibit-bibit awal radikalisme.
”Saya diasah batin saya agar bagaimana dekat dengan rakyat, tapi begitu Pak Menag mengatakan bahwa guru ngaji kemudian para ustadz dicurigai sebagai bentuk awal radikalisme, perasaan terganggu sebagai orang yang beragama seperti gelas yang pecah,” tandasnya.
Dia menegaskan agar Menteri Agama berhenti berkata soal radikalisme. ”Pak Menteri Agama sekali lagi saya mengajak berhentilah berkata radikalisme, berhenti berkata radikalisme!,” tegasnya. ”Kalau menteri agama sudah memandang umatnya, memandang rakyatnya dengan penuh kebencian, berhenti menjadi Menteri Agama,” tuturnya.
Fachrur Razi akhirnya benar-benar berhenti sebagai menteri agama dalam reshuffle kabinet oleh Presiden Joko Widodo pada Selasa, 22 Desember 2020. Dia digantikan oleh Ketua Banser Yaqut Cholil Qoumas. Ternyata karakter menteri baru ini mirip dengan yang digantikan.
Usai dilantik Yaqut langsung bikin pernyataan kontroversial seperti mengafirmasi kelompok Syiah dan Ahmadiyah, memperjuangkan Islam sebagai inspirasi bukan aspirasi, dan memerangi populisme Islam yang disebutnya sumber radikalisme.
Sayangnya belum sempat Komisi VIII memanggil Menteri Yaqut, politisi PAN Ali Taher sudah keburu dipanggil Allah swt. Kita tak bisa mendengar pendapat dan kritiknya tentang pernyataan menteri agama yang baru ini. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto