PWMU.CO – Kunci tuntut ilmu dan menghafal al-Quran adalah dengan menghindari maksiat. Hal itu disampaikan Rabiatul Adawiyah Lc MIRKH dalam acara yang diselenggarakan Spemdalas, Senin (4/1/21).
Dalam kegiatan secara daring yang diperuntukkan seluruh siswa SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas) Gresik, Wilah, sapaan akrabnya, mengungkapkan kunci menuntut ilmu adalah dengan mendekatkan diri pada Allah SWT. Yaitu melakukan kebaikan kebaikan yang bermanfaat.
Dia menjelaskan Imam Syafii pernah mengadu pada Imam Waqi’ karena susah menghafal al-Quran. Maka, Imam Waqi’ menyampaikan agar Imam Syafii menghindarkan diri dari maksiat karena ilmu adalah cahaya dan cahayanya Allah tidak diberikan pada orang yang melakukan maksiat.
Menjadi Manusia Bermanfaat
Dalam kegiatan bertema Achievement Starting Up Second Semester, Present Spiritual Achievement alumnus Pondok Modern Darussalam Gontor itu menyampaikan sebuah hadits yang artinya sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain.
“Sehingga jika punya satu ilmu saja, bisa dimanfaatkan untuk orang lain,” jelas alumnus Al Azhar University Cairo 2007 dan International Islamic University Malaysia (IIUM) 2013 ini.
Dia memaparkan kunci menjadi orang yang bermanfaat adalah dengan meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat untuk dirinya. Bagaimana kita mau jadi orang yang bermanfaat jika yang kita lakukan tidak bermanfaat untuk diri kita.
Kalau saat ini, lanjutnya, kita suda berada pada zaman yang sudah diprediksi Rasulullah SAW. Kita sudah di zaman kita mulai mengabaikan al-Quran. Jika kita mencintai Allah, maka kita akan terus membuka al-Quran yang diumpamakan seperti surat dari kekasih.
“Kita harus membaca terus-menerus al-Quran. Di luar sana, orang kafir tidak mampu mengalahkan Al-Quran, maka mereka berkata jangan sampai orang Islam mendengarkan al-Quran,” jelasnya.
Jadi, sambungnya, mereka ingin kita tidak mendengarkan al-Quran dengan membuat hiruk pikuk yang menyebabkan kita tidak mendengarkan al-Quran. Dengan adanya YouTube atau aplikasi lainnya sehingga kita lebih menyibukkan diri dengan dunia.
Sumber Ilmu Pengetahuan
Wilah menjelaskan al-Quran adalah sumber ilmu pengetahuan. Diantaranya tentang sidik jari manusia. Sidik jari baru ditemukan ilmuwan tahun 1880, padahal sidik jari sudah ada di al-Quran dalam surat al-Qiyamah.
“Dalam surat al-Furqan ayat 53 juga terdapat ilmu pengetahuan. Dijelaskan ada dua lautan yang seakan-akan bertemu tetapi di antaranya ada dinding tipis yang memisahkan. Satu bagian airnya tawar dan segar, sementara bagian yang lain airnya asin,” katanya.
Sains dalam al-Quran, sambungnya, juga tentang gunung dalam surat an-Naml ayat 88. Dijelaskan bahwa gunung yang terlihat diam itu sebenarnya bergerak seperti awan. Seperti yang dijelaskan dalam ilmu pengetahuan modern bahwa ketika bumi berputar, gunung juga ikut bergerak.
“Dalam surat an-Naba’ juga dijelaskan bahwa gunung itu seperti pasak bumi. Jadi gunung tidak hanya menjulang ke atas saja, tetapi juga ke bawah.”
Al-Quran dan Kecerdasan Otak
Wilah mengungkapkan kecerdasan otak memiliki hubungan dengan membaca al-Quran. Hampir semua sahabat Nabi, tabiin, tabiit-tabiin disarankan suapaya anak untuk menghafal al-Quran sejak usia dini.
“Hafalkan satu ayat al-Quran setiap hari dengan membacanya berulang-kali untuk menstimulus otak agar lebih cerdas. Orang yang menghafal al-Quran mempunyai otak yang kuat, paling tidak dengan membaca terus-menerus al-Quran,” jelasnya.
Wiyah memaparkan seseorang yang rutin mendengarkan al-Quran 15 menit dalam sehari akan sangat membantu kecerdasan otaknya. Apalagi orang yang membaca dan menghafalkannya maka pasti lebih baik lagi.
Dia pun menyatakan hasil penelitian al-Quran dapat menyembuhkan sel otak yang telah rusak. Al-Quran mampu mendatangkan ketenangan bagi pendengarnya, menjadi obat terbaik untuk sel otak yang rusak, dan dapat mengaktifkan energi positif otak untuk mengendalikan fungsi tubuh.
Kiat Mudah Hafalkan Al-Quran
Wiyah menjelaskan ada beberapa kiat agar mudah menghafal al-Quran, yakni memperbaiki niat, lillahi ta’ala, memperbanyak membaca al-Quran dan memperbaiki bacaan tajwidnya. Juga harus mempunyai target bacaan dan target hafalan, serta mempunyai komunitas untuk menghafal al-Quran atau mempunyai mentor dalam hafalan.
“Menghafalkan al-Quran bisa dilakukan dengan membaca berulang kali. Bagi yang hafalannya kuat, khatam-kan al-Quran 80 kali. Bagi yang di bawahnya, khatam-kan al-Quran 120 kali. Insyaallah kita bisa menghafal al-Quran. Bagi yang di bawahnya lagi, khatam-kan al-Quran 300 kali, secara tidak langsung mampu menghafal al-Quran,” jelasnya.
Tips Tidah Mudah Lupa saat Hafalan
Wiyah menyampaikan agar kita meluangkan waktu untuk membaca al-Quran. Buat target bacaan. Misalnya, dalam sehari dua lembar bacaan, setelah target bacaan lanjut ke target hafalan. Misal dua ayat tiap hari agar kita lebih mencintai al-Quran.
“Kita harus mempunyai mentor hafalan al-Quran yang selalu mengingatkan kita dalam hafalan al-Quran. Tips agar tidak mudah lupa saat hafalan yang paling efektif adalah dengan murajaah hafalan tersebut atau sering diulang ulang dalam bacaan shalat,” jelasnya.
Dia mengungkapkan tidak pernah merugi orang-orang yang mendekatkan diri pada Allah. “Jadi kita bisa dimudahkan dalam segala hal, baik urusan dunia maupun akhirat. Dekatkan diri pada Allah, dekatlah dengan al-Quran. InsyaAllah prestasi juga akan meningkat,” ujarnya.
Generasi Milenial Generasi Quran
Kepala Sekolah Spemdalas Fony Libriastuti MSi menyampaikan spiritual achievement ini ingin memberikan wawasan dan motivasi untuk siswa. Hadirnya nara sumber yang kompeten di bidangnya ini bisa meng-upgrade diri.
“Alhamdulillah, hari ini bisa bersilaturrahmi dan meng-upgrade diri kita untuk mendapat wawasan baru. Selamat memasuki semester II tahun pelajaran 2020-2021,” katanya dalam sambutan.
Siswa Spemdalas, pesannya, bukan hanya untuk siswa yang mendapat banyak piala lomba, tetapi untuk semua juara dalam segala aspek. Ingatlah, Allah tidak pernah menghasilkan produk gagal, masing-masing anak pasti punya kelebihan masing masing, maka galilah potensi masing masing.
“Menjadi anak sholih sholihah itu juga prestasi, siswa prestasi yang tidak pernah meninggalkan shalat dan selalu berbakti pada orangtua dan guru itu lebih penting. Prestasi apapun yang diraih tetaplah utamakan untuk menjadi anak shaleh-shalehah,” tandasnya. (*)
Penulis Ria Rizaniyah. Editor Ichwan Arif.