Semua Penyakit Ada Obatnya ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian Semua Penyakit Ada Obatnya ini berangkat dari hadits riwayat Tirmidzi.
عَنْ أُسَامَةَ بْنِ شَرِيكٍ قَالَ قَالَتْ الْأَعْرَابُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَا نَتَدَاوَى قَالَ نَعَمْ يَا عِبَادَ اللَّهِ تَدَاوَوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلَّا وَضَعَ لَهُ شِفَاءً أَوْ قَالَ دَوَاءً إِلَّا دَاءً وَاحِدًا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُوَ قَالَ الْهَرَمُ. رواه الترميذى
Dari Usamah bin Syarik ia berkata: Para orang Arab baduwi berkata, “Wahai Rasulullah, Tidakkah kami ini harus berobat (jika sakit)?” Beliau menjawab: “Iya wahai sekalian hamba Allah, berobatlah sesungguhnya Allah tidak menciptakan suatu penyakit melainkan menciptakan juga obat untuknya kecuali satu penyakit.”
Mereka bertanya, “Penyakit apakah itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Yaitu penyakit tua (pikun).”
Makhluk Istimewa
Manusia merupakan makhluk luar biasa yang diciptakan oleh Allah (ahsana taqwim). Tentu dalam hal ini dibanding dengan makhluk lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa semua manusia, tanpa kecuali, adalah istimewa.
Oleh karenanya kita harus memuliakan semua manusia, tanpa kecuali pula. Bahkan nyawa manusia itu seharga dengan seluruh manusia yang hidup saat ini.
مِنۡ أَجۡلِ ذَٰلِكَ كَتَبۡنَا عَلَىٰ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ أَنَّهُۥ مَن قَتَلَ نَفۡسَۢا بِغَيۡرِ نَفۡسٍ أَوۡ فَسَادٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ ٱلنَّاسَ جَمِيعٗا وَمَنۡ أَحۡيَاهَا فَكَأَنَّمَآ أَحۡيَا ٱلنَّاسَ جَمِيعٗاۚ وَلَقَدۡ جَآءَتۡهُمۡ رُسُلُنَا بِٱلۡبَيِّنَٰتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرٗا مِّنۡهُم بَعۡدَ ذَٰلِكَ فِي ٱلۡأَرۡضِ لَمُسۡرِفُونَ ٣٢
Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa, ‘Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.
Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.’ (al-Maidah: 32).
Ikhtiar dengan Berobat
Manusia tercipta terdiri dari jasmani dan ruhani. Di dalam jasmaninya terdapat banyak sekali instrumen yang melingkupinya: jantung, hati, limpa, paru-paru dan lain sebagainya.
Dalam kondisi tertentu jasmani ini dapat mengalami gangguan yang disebabkan oleh sesuatu sehingga tidak berfungsi secara optimal. Dalam keadaan inilah manusia disebut mengalami sakit. Akan tetapi sebagaimana dalam hadits di atas, semua penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua (pikun).
Setiap orang yang mengalami sakit hendaknya berikhtiar untuk sembuh yaitu dengan cara berobat. Tentu dalam hal ini ketika berobat haruslah memerhatikan keilmiahannya berdasar sunnatullah dalam metode pengobatannya, agar tidak terjebak pada praktik kesyirikan, yaitu dengan menggunakan bantuan setan seperti yang dilakukan oleh para dukun.
وَأَنَّهُۥ كَانَ رِجَالٞ مِّنَ ٱلۡإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٖ مِّنَ ٱلۡجِنِّ فَزَادُوهُمۡ رَهَقٗا ٦
Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (al-Jin: 6]
Ikhtiar dengan berobat dari sakit jasmani ini di antara para ulama memberikan hukum mubah dan ada juga yang menganggapnya sunnah, dengan banyak hadits yang menjelaskan dalam hal ini. Bahkan dalam satu riwayat ada yang bertanya kepada Rasulullah, apakah berobat itu tidak menyalahi atau menolak takdir Allah? Rasululluh menjawab bahwa berobat itu juga bagian dari takdir Allah (hiya min qadarillah).
Di antara yang dilarang oleh Rasulullah untuk dijadikan obat adalah benda yang najis atau kotor (an dawaail khabits) diriwayatkan dari Abu Hurairah. Rasulullah juga melarang berobat menggunakan khamer karena khamer itu bukan obat tapi penyakit (innaha laisat bi dawaa in walaakinnaha daa un), Hadits diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi.
Thibbun Nabawi
Dalam literatur ditemukan beberapa metode pencegahan (preventif) dan juga pengobatan (kuratif) yang terjadi pada masa Rasulullah, di antaranya adalah dengan doa sebagaimana banyak riwayat. juga ruqyah syar’iyyah yaitu dengan dibacakan ayat-ayat suci al-Quran juga dengan al-hijamah (bekam). Ada pula dengan mengkonsumsi asy syuniz atau habbatussauda, madu, minyak zaitun, dan lain sebagaimnya.
Tidak kalah pentingnya Islam mengajarkan selalu menjaga kebersihan dalam setiap kesempatan yaitu menjaga kebersihan dan kesucian jasmani di antaranya: berwudhu sebelum shalat, mandi junub, bersiwak (sikat gigi), istinjak setelah buang air dan lain sebagainya.
Hati yang Sehat
Hal paling penting yang harus diperhatikan dari derita penyakit jasmani adalah sehatnya rohani, dalam hal ini memiliki hati yang sehat. Berbagai macam penyakit hati seperti iri hati, suudhdhan, dendam, sombong, kikir dan lain sebaginya merupakan awal dari terjangkitnya penyakit jasmani.
Semua ibadah yang diajarkan oleh Islam bertujuan menjaga kesehatan hati. Dengan shalat, puasa, zakat, hajji, berdzikir, dan lain sebagainya menjadikan hati ini jujur, amanah baik sebagai pemimpin atau yang dipimpin, bahagia melihat kebahagiaan orang lain, selalu percaya kepada amanah yang diberikan kepada orang lain tanpa suudhdhan dan seterusnya.
Sehingga kita perlu terus memantau ke mana arah hati kita sendiri, jika didapati terdapat penyakit maka segeralah kita berusaha menyembuhkannya.
Allah yang menciptakan penyakit dan Allah juga telah menyediakan obatnya, termasuk Covid-19 saat ini. Banyak testimoni yang sudah beredar dari mereka yang telah sembuh dari penyakit ini.
Sikap optimis dalam kehidupan ini haruslah terus dibangun sedemikian rupa, sambil selalu tetap berkhitiyar lahir dan batin. Selebihnya kita bertawakkal kepada Allah.
Sikap tawakkal berarti tetap ber-husnudhdhan apapun yang terjadi pada diri kita, dan hal itu pastinya merupakan yang terbaik bagi diri kita dalam pandangan Allah SWT. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.
Artikel ini adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 16 Tahun XXV, 8 Januari 2020/25 Jumadil Ula 1442.
Hanif versi cetak sejak 17 April 2020 tidak terbit karena pandemi Covid-19 masih membahayakan mobilitas fisik.