PWMU CO – Moh Yahya berpesan lahirkan generasi Muhammadiyah tangguh dan banyak. Hal itu diungkapkan oleh Wakil Sekretaris PDM Kabupaten Mojokerto Drs Abdul Aziz MPdI.
Dihubungi PWMU.CO melalui telepon Kamis (21/1/21) Abdul Aziz menyampaikan Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Mojokerto Drs Moh Yahya MPdI wafat pada Rabu (20/1/2021) siang di RS Siti Khodijah Sepanjang Sidoarjo.
Moh Yahya yang wafat pada umur 67 tahun dan meninggalkan seorang istri dan dua orang putra itu dimakamkan pada Rabu pukul 17.00 WIB di Pemakaman Umum Desa Windurejo, Kecamatan Kutorejo, Kabupaten Mojokerto.
“Kami belum tahu secara pasti penyakitnya. Rabu (13/1/21) pagi beliau masih mengisi Kajian Subuh di Masjid At-Taqwa di depan rumah saya. Beliau menyampaikan kepada jamaah kondisinya memang sedang kurang sehat. Besoknya Kamis (14/1/21) beliau opname di RSI Hasanah Muhammadiyah Mojokerto,” ungkapnya.
“Selasa (19/1/21) dirujuk ke RS Siti Khodijah Sepanjang. Hasil rapid test-nya memang reaktif. Namun hasil swab hingga beliau wafat pada Rabu siang belum keluar. Sehingga pemakamannya tetap menggunakan protokol Covid-19,” jelasnya
“Shalat jenazah kami lakukan di dekat area pemakaman. Tim pemakaman juga disiapkan dari Kutorejo dan lengkap dengan menggunakan APD,” ujarnya.
Aktif di PDM Sejak 1984
Menurut Abdul Aziz dirinya mengenal Moh Yahya sejak sebelum menikah dengan istri yang asli Windurejo. Sekitar tahun 1984 Moh Yahya sudah aktif di PDM.
“Saya kenal saat beliau aktif di Majelsi Tabligh saat anyar-anyarnya Pak Amien Rais. Saya TU di PWM. Jadi sering ada acara di mana-mana. Biasanya Pak Yahya yang mewakili Mojokerto sehingga kenal dan akrab. Ternyata tetangga istri saya,” urainya.
Dia menjelaskan, pengkaderan yang dilakukan Moh Yahya juga bagus. Di Kutorejo kalau sudah masuk pengurus PDM maka tidak diperbolehkan menjadi pengurus PCM.
“Karena di Kutorejo banyak sekali orang Muhammadiyah. Sehingga yang menjadi pengurus PDM bisa lebih fokus, begitu juga yang di PCM bisa fokus,” terangnya.
Moh Yahya, ungkapnya, sering menjadi imam shalat Dhuhur dan Ashar di Masjid At-Taqwa. Masjid ini berdampingan dengan SMK Muhammadiyah 2 Mojokerto.
“Beliau selalu mengajak siswa-siswa SMKM 2 Mojokerto untuk shalat berjamaah. Beliau tetap mengajar di SMKM 2 Mojokerto usai melepas jabatan kepala sekolah,” kenangnya.
Hati-Hati dalam Keuangan
Menurutnya Moh Yahya merupakan sosok yang bagus dan sangat hati-hati kalau menyangkut tentang uang. Kadang kita ribet dengan uang. AUM kalau sudah besar atau berkembang biasanya agak ribet masalah keuangannya.
“Saya salut orangnya tertib sekali masalah keuangan. Sehingga oleh mertua saya H Sardjo, tokoh daerah situ, akta wakaf atau sertifikat wakaf dititipkan kepada almarhum karena saking jujurnya orang,” jelasnya.
Saya terkesan waktu kelahiran putra saya yang kedua. Dia ceramah akikah dengan pesan yang luar biasa. Nasihatnya tentang pentingnya melahirkan generasi Islami khususnya Muhammadiyah sebanyak mungkin. Perlu diperhatikan agar putra-putri kita diarahkan menjadi kader Muhammadiyah yang tangguh.
Di Kabupaten Mojokerto, lanjutnya, Moh Yahya juga aktif sebagai pengurus FKUB, MUI, IPHI, dan pernah menjadi pengurus Baznas Mojokerto.
“Meninggalnya Moh Yahya bukan hanya kehilangan tingkat cabang, terapi juga tingkat kabupaten karena orangnya sudah lama aktif di Muhammadiyah dan organisasi lainnya di kabupaten,” tuturnya.
Kepala SMKM 2 dan Pembina MBS
Sementara itu Ketua PDM Kabupaten Mojokerto Drs M Hobir MMPd menyampaikan Moh Yahya merupakan orang yang baik dan mudah bergaul.
“Beliau menjabat Wakil Ketua PDM bidang pemberdayaan masyarakat, wakaf dan kehartabendaan. Di periode sebelumnya (2010-2015) beliau menduduki posisi Bendahara PDM,” ujarnya.
Moh Yahya, lanjutnya, juga pernah menjadi Kepala SMK Muhammadiyah 2 Kutorejo Mojokerto periode 2015-2019.
“Di Pondok Muhammadiyah Boarding School (MBS) Mojokerto yang baru berdiri sekitar 2 tahun beliau diberi mandat sebagai pembina pondok,” ungkapnya.
Ketua Pemuda Muhammadiyah
Menurutnya almarhum pernah menjadi Ketua Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Kutorejo sebelum dirinya tinggal di Kutorejo pada 1992.
“Tahun 1994 ganti saya Ketua PCPM-nya. Sejak saya masuk Kutorejo beliau sudah masuk unsur pimpinan PDM Mojokerto. Hanya waktu itu belum dipisah antara PDM Kota dan PDM Kabupaten,” jelasnya.
“Pemisahan PDM pada tahun 2009 dengan ketua Drs Moh Qoyum MAg dan saya anggota. 2010-2015 ketua masih Pak Qoyum dan Pak Yahya dipercaya menjadi Bendahara PDM,” imbuhnya.
Moh Yahya, menurutnya, tidak punya riwayat penyakit berat. Aktivitasnya tinggi sekali dan tampak selalu sehat serta tidak pernah mengeluh. Seingatnya almarhum tidak pernah sakit berat.
“Pada Rabu (13/1/21) almarhum sempat ikut silaturahim ke BPN bersama 4 orang pengurus PDM. Ketika Rabu sore ada rapat dengan Lazismu beliau tidak bisa ikut karena merasa tidak enak badan. Kemudian Kamis dapat kabar beliau masuk RSI Hasanah Muhammadiyah Mojokerto,” paparnya.
“Muhammadiyah Mojokerto kehilangan tokoh besar yang baik, pekerja keras dan mudah bergaul. Semoga jasa dan pengabdiannya memudahkan jalan beliau untuk meraih surga Allah SWT. Amin,” harapnya. (*)
Penulis/Editor Sugiran.