PWMU.CO – 9 Syarat Pemimpin Muhammadiyah disampaikan Sekretaris PP Muhammadiyah Dr H Agung Danarto MAg dalam kegiatan Supervisory Management Session 3 yang diselenggarakan Tim Human Resources Development (HRD) Majelis Dikdasmen PCM GKB Gresik, Sabtu (23/1/21).
Pada kegiatan bertema Leadership Through Learning Agility yang digelar secara virtual ini Agung menjelaskan Muhammadiyah harus terus bergerak di tengah pandemi dan musibah di negeri ini. Muhammadiyah harus terus bergerak untuk menyiapkan Muhammadiyah di masa akan datang.
“Untuk itu, kepemimpinan di Muhammadiyah sudah teruji. Pemimpin Muhammadiyah harus semakin maju dan berkembang,” ujar Dosen Universitas Islam negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta itu.
Spritualitas Islam
Agung menjelaskan kepiawaian memimpin harus memadukan antara bekal intrinsik yang merupakan kualitas individual (hard skill) yang mumpuni dipadukan dengan kemampuan soft skill untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan berorganisasi.
“Tipe (syara) pertama pemimpin Muhammadiyah sebagai penggerak adalah spiritualitas islami,” jelasnya di hadapan kepala sekolah, wakil, dan koordinator sekolah Muhammadiyah dalam naungan Majelis Dikdasmen PCM GKB Gresik,
Pemimpin Muhammadiyah masa lalu, lanjutnya, telah berhasil menjadikan dirinya sebagai teladan dalam kehidupan keberagamaannya. Berakidah tauhid yang murni menjadikan mereka pemberani dan tidak takut kepada apapun, dan tentu juga anti-kemusyrikan dan TBC (takhayul, bid’ah, churafat).
Spiritualitas Islami tersebut mengantarkan mereka hidup zuhud di dunia modern. Bukan zuhud sebagaimana makna klasik dengan eskapis pada duniawi dan kehidupan materi, tetapi zuhud modern, yaitu menaklukkan dunia dan kehidupan materi tapi tidak terperdaya pada keduanya, bahkan memanfaatkan keduanya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Miliki Wawasan tentang Islam
Tipe kedua adalah pemimpin yang memiliki wawasan dan pengetahuan tentang Islam. Agung memaparkan paham Islam yang dibawa KH Ahmad Dahlan adalah khas. Ia memadukan nuansa puritan, rasional, modern, progresif dan aktivisme amal sholeh dalam gerakan Muhammadiyah.
“Oleh karenanya perkembangan ilmu dan pemikiran Islam juga perlu diikuti oleh pimpinan Muhammadiyah masa kini dan masa yang akan datang sebagai konsekwensi jati diri Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid,” jelasnya.
Tipe ketiga, lanjutnya, paham tentang keadaan Indonesia dan dunia mutakhir. Islam, sambungnya, adalah agama yang shalihun likulli zaman wa makan. Pemahaman terhadap konteks peradaban modern penting dimiliki oleh pemimpin Muhammadiyah agar tidak gagap dalam membawa ummat dalam membumikan nilai ajaran Islam dan menjadikan agama sebagai petunjuk bagi manusia untuk mengarungi bahtera kehidupan dunia.
Seni Kepemimpinan
Agung memaparkan tipe keempat adalah pemimpin penggerak. Menurutnya, inti kepemimpinan dalam Muhammadiyah adalah menggerakkan. Kemampuan menggerakkan merupakan seni kepemimpinan yang perlu terus dikembangkan.
“Muhammadiyah adalah gerakan sehingga harus terus dinamis. Ibarat air, yang terus bergerak adalah air yang sehat, tapi air kalau diam dan menggenang berisi banyak penyakit. Muhammadiyah merupakan gerakan amal shalih yang bersifat partisipatoris. Melibatkan dan menggerakkan banyak orang bukan dengan kekuatan materi, tetapi dengan kekuatan spiritual,” katanya.
Muhammadiyah Organisasi Modern
Dia mengungkapkan tipe kelima administrator dan manajer. Label Muhammadiyah adalah organisasi modern yang disematkan para pengamat kepada Muhammadiyah harus direspon positif.
“Tipe ini saya kira memang seperti itulah yang berusaha dibangun oleh KHA Dahlan. Ia belajar dari Budi Utomo cara bagaimana menghimpun dan menggerakan orang melalui organisasi. Ia juga belajar dari sekolah Belanda bagaimana cara mengelola sekolah modern,” ujarnya.
Sebagai seorang administrator, sambungnya, pemimpin memastikan organisasi yang dipimpinnya mengikuti semua aturan dan regulasi yang telah ada dan yang mengikat, bila belum ada dia perlu mengadakannya (membuat).
Lentur dalam Dakwah
Agung mengatakan tipe keenam kepemimpinan adalah lentur dalam berdakwah. “Muhammadiyah adalah gerakan Dakwah Islam Amar Maruf Nahi Munkar di bidang kemasyarakatan. Dakwahnya ditujukan kepada perseorangan dan masyarakat.”
Dia memaparkan kepada perseorangan yang belum beragama Islam adalah seruan dan ajakan untuk memeluk Islam. Kepada yang sudah beragama Islam adalah mengembalikan kepada ajaran Islam yang asli murni.
“Kepada masyarakat bersifat perbaikan, bimbingan dan peringatan,” tegasnya.
Kepemimpinan Kolegian
Bekerja dalam tim dan menjalankan musyawarah, menurutnya, sebagai tipe pemimpin ketujuh. Kepemimpinan dalam Muhammadiyah adalah kepemimpinan kolegial. Keputusan diambil bukan oleh perseorangan tetapi oleh permusyawaratan dalam rapat.
“Rapat diadakan secara berjenjang. Secara vertikal ada muktamar, tanwir, musywil, musypimwil, musyda, musypimda, musycab, musypimcab, dan musyawarah anggota. Untuk pelaksanaan program ada rakernas, rakerwil, rakerda, rakercab,”
Secara horizontal, sambungnya, ada rapat pleno, rapat harian, rapat bidang dan rapat teknis. Masing masing ada hierarkhinya. Semua harus tunduk pada hasil permusyawaratan hirarki di atasnya dan kebijakan pimpinan di atasnya sesuai dengan kewenangannya.
“Hasil permusyawaratan bersifat mengikat sesuai dengan hierarkinya. Dalam melaksanakan tugas tidak menjadi one man show, tetapi menjadi bagian dari tim kerja.
Sinergi dan Networking
Agung mengungkapkan tipe kedelapan dan kesembilan adalah berkemajuan, sinergi, dan networking. Dalam kepribadian Muhammadiyah disebutkan tentang sifat-sifat Muhammadiyah. Sifat pertama berbunyi memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah dan lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam. “Inilah tipe berkemajuan,” ucapnya.
“Sedangkan sinergi dan networking internal Muhammadiyah menjanjikan percepatan kemajuan. Untuk memulai satu entitas atau unit AUM baru, tidak harus melewati masa trial error terlebih dulu tapi cukup dengan ATK (amati, tiru, dan kembangkan) atas AUM yang sudah maju dan berhasil.
Dia mamaparkan AUM yang maju akan senang hati membantu. Banyak entitas di luar Muhammadiyah yang siap membantu dan bersinergi untuk mengembangkan Muhammadiyah. “Baik dari para alumni perguruan Muhammadiyah, simpatisan, ormas lain, atau orang orang yang hatinya bersih berdedikasi untuk kemanusiaan,” ujarnya. (*)
Penulis/Editor Ichwan Arif.