Hujan, Air yang Diberkati ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian ini berangkat dari hadits riwayat Muslim.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنْ السَّمَاءِ مِنْ بَرَكَةٍ إِلَّا أَصْبَحَ فَرِيقٌ مِنْ النَّاسِ بِهَا كَافِرِينَ يُنْزِلُ اللَّهُ الْغَيْثَ فَيَقُولُونَ الْكَوْكَبُ كَذَا وَكَذَا. رواه مسلم
Dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tidaklah Allah menurunkan dari langit sebagian keberkahan melainkan sebagian manusia menjadi kafir. Allah menurunkan hujan, maka mereka berkata, ‘Bintang ini dan bintang itu (menyebabkan hujan).'”
Air Sumber Kehidupan
Alam semesta ini di ciptakan oleh Dzat Yang Maha Sempurna. Tiada satupun yang cela atau cacat. Allah Subhanahu wa Ta’ala Yang Maha Terpuji tanpa cela dan cacat sedikit pun.
Segala pujian hanya untuk Allah Pemilik dan Pemelihara Alam Semesta. Tidak seperti kita manusia yang sangat banyak celanya tetapi kerap sombong dan angkuh.
Siklus yang terjadi di alam semesta ini begitu sempurnanya, dan siklus itu berarti semua yang ada di alam semesta ini selalu bergerak tanpa henti. Bergerak dan terus bergerak sekalipun secara kasat mata terlihat diam.
Karena alam terdiri atau tersusun dari partikel-pertikel kecil bahkan super kecil sekali. Dan di antara makhluk Allah ini adalah air yang menjadi sumber kehidupan.
وَٱللَّهُ أَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَأَحۡيَا بِهِ ٱلۡأَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِهَآۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَةٗ لِّقَوۡمٖ يَسۡمَعُونَ
“Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran).” (an-Nahl: 65)
Ayat ini menjelaskan bahwa semua makhluk-Nya yang hidup membutuhkan air. Tanpa air dapat dipastikan tidak ada kehidupan sebagaimana di planet-planet lain.
Air yang Biberkati
Air hujan adalah air yang diberkati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sekaligus merupakan rahmat-Nya sebagaimana dalam hadits di atas. Oleh karena itu hukumnya adalah suci dan mensucikan.
Bagaimana siklus air hujan telah dijelaskan dalam ayat Allah:
وَهُوَ ٱلَّذِيٓ أَرۡسَلَ ٱلرِّيَٰحَ بُشۡرَۢا بَيۡنَ يَدَيۡ رَحۡمَتِهِۦۚ وَأَنزَلۡنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ طَهُورٗا
“Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih.” (al-Furqan: 48)
Dengan air hujan sebagai siklus pergerakan air, menjadi menyebarlah air ini di muka bumi. Dan ternyata di dalam air itu juga terkandung sesuatu yang kemudian berkolaborasi dengan zat lainnya, menjadi suatu perhiasan yang disukai manusia.
أَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَسَالَتۡ أَوۡدِيَةُۢ بِقَدَرِهَا فَٱحۡتَمَلَ ٱلسَّيۡلُ زَبَدٗا رَّابِيٗاۖ وَمِمَّا يُوقِدُونَ عَلَيۡهِ فِي ٱلنَّارِ ٱبۡتِغَآءَ حِلۡيَةٍ أَوۡ مَتَٰعٖ زَبَدٞ مِّثۡلُهُۥۚ كَذَٰلِكَ يَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡحَقَّ وَٱلۡبَٰطِلَۚ فَأَمَّا ٱلزَّبَدُ فَيَذۡهَبُ جُفَآءٗۖ وَأَمَّا مَا يَنفَعُ ٱلنَّاسَ فَيَمۡكُثُ فِي ٱلۡأَرۡضِۚ كَذَٰلِكَ يَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَالَ
“Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu.
Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.” (ar-Ra’d: 17)
Begitulah perumpaan Allah antara hak dan batil itu selalu ada, yaitu antara yang baik dan buruk. Segala kebaikan pastinya akan membahagiakan. Dan yang buruk tidak membahagiakan bagi orang lain.
Maka jadilan kita selalu menjadi orang yang berusaha membahagiakan orang lain dengan memberikan hak-haknya sebagaimana Allah dan rasul-Nya telah menetapkan hak orang lain dari diri kita.
Hujan Turun sesuai Takaran
Allah menurunkan air hujan itu dengan ukuran yang telah ditetapkannya.
وَأَنزَلۡنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءَۢ بِقَدَرٖ فَأَسۡكَنَّٰهُ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ وَإِنَّا عَلَىٰ ذَهَابِۢ بِهِۦ لَقَٰدِرُونَ
“Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.” (al-Mukminun: 18)
Saat hujan turun kita diajarkan doa, “Allahumma shayyiban naafi’an, Ya Allah jadikanlah hujan ini adalah hujan yang bermanfaat.”
Ilmu pengetahuan kini telah seolah mencapai puncak pengetahuanya, sehingga dalam soal berapa debit curah air hujan pada suatu lokasi dapat diketahui. Maka seharusnya dengan demikian dapat diantisipasi dengan melibatkan beberapa yang memiliki disiplin ilmu terkait.
Hukum alam yang sempurna telah dapat diprakirakan kejadiannya dengan ilmu pengetahuan yang semakin canggih, dan mendekati akurasi yang presisi.
Di sinilah kebijakan pemerintah menjadi sangat penting untuk kemudian mensinergikan ilmu pengetahuan itu sedemikian rupa. Sehingga hal-hal yang berakibat buruk dapat diantisipasi dengan baik.
Bukankah kita diciptakan sebagai khalifah Allah di muka bumi? Sudah seharusnya kita berikhtiar dengan ilmu pengetahuan kita untuk kemaslahatan bersama.
Bencana: Kesalahan Manajemen
Terjadinya berbagai musibah di negeri kita—di samping kita wajib yakin bahwa hal itu sebagai bagian dari takdir Allah yang tidak dapat dielakkan karena sudah terjadi—akan tetapi hal itu juga bagian dari kesalahan dalam manejemen lingkungan kita, maka pengambil kebijakan (baca: pemerintah) harus merasa ikut bertanggung jawab dalam hal ini.
Sebagai hamba-Nya yang baik, seyogyanya kita selalu mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terburuk—menurut versi anggapan manusia—yang akan menimpa yakni datangnya ajal kita masing-masing.
Yaitu dengan selalu mentaati perintah-Nya baik yang bersifat makhdlah ataupun ghairu makhdlah, dengan selalu memohon ma’unah atau pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga ketika sampai ajal kita dalam keadaan husnul khatimah. Amin (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.
Artikel Hujan, Air yang Diberkati Allah ini adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 19 Tahun XXV, 29 Januari 2020/15 Jumadits Tsania 1442.
Hanif versi cetak sejak 17 April 2020 tidak terbit karena pandemi Covid-19 masih membahayakan mobilitas fisik.