PWMU.CO – Sebagai upaya untuk meningkatan kualitas pendidikan di Malang Raya, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bekerjasama dengan 7 Negara menggelar International Conference on Lesson Study (ICLS) dan Education Colloquium (EC), di Home Theater Dome UMM, Kamis kemarin (3/11). Ketujuh negara yang mengikuti event prestisius tersebut anatara lain Jepang, Singapura, Thailand, Rumania, Amerika, Malaysia, dan Filipina.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMM Dr Poncojari Wahyono menyatakan, ICLS adalah media bagi para peneliti, akademisi, dan pendidik profesional untuk saling bertukar ilmu mengenai lesson study (LS).
”Dengan menjadi tuan rumah penyelenggara ICLS ketujuh, UMM mulai bergerak membina sekolah di Batu dengan membentuk LS Community,” katanya.
(Baca: Mendikbud: Demo 4 November Jangan Sampai Ganggu Anak Sekolah dan Belum Lulus, 178 Siswa SMK Ini Ditunggu Kerja di PT Cipta Futura)
Pendiri sekaligus presiden Asosiasi Lesson Study Indonesia (ALSI), Sumar Hendayana PhD memaparkan, LS adalah sarana untuk mempromosikan pembelajaran secara terus-menerus melalui perbaikan dan pemberdayaan komunitas sekolah. Menurut Hendayana, dampak positif dari penyelenggaraan komunitas belajar ini adalah terjaringnya talenta-talenta. ”ICLS adalah konferensi internasional dengan ciri khas school visit ke sekolah yang sudah berhasil menjalankan LS.
Dari sini, peserta school visit dapat melihat best practice pelaksanaan LS.
ICLS Founder dari Gakusyuin University Jepang Prof Manabu Sato memaparkan, karakteristik masa depan sekolah sebagai komunitas belajar atau School as Learning Community (SLC) bukanlah resep, teknik, atau formula, melainkan serangkaian visi, filosofi, dan aktivitas yang terangkum dalam sebuah sistem.
(Baca juga: Pro-kontra Wacana Mendikbud soal Full Day School Sudah Melenceng dari Substansi dan Inilah Program Andalan Mendikbud Baru, Prof Muhadjir Effendy)
SLC, lanjut Sato,juga tidak terbentuk melalui pendekatan pribadi, melainkan praktek yang terintegrasi untuk aktif, kolaboratif, pembelajaran reflektif, pembelajaran yang berpusat pada LS, professional kolegial, otonomi sekolah, dan sekolah yang demokratis. Tak hanya itu saja, SLC juga bergantung pada ‘kemampuan mendengarkan’.
”Kemampuan mendengarkan ini merupakan poin awal dalam pembelajaran. Karena kemampuan mendengarkan akan menciptakan komunikasi dialogis, dimana dialog akan memunculkan kemungkinan untuk bergaul dengan rekan sejawat,”.
Seto menegaskan, ICLS dan EC akan membawa peningkatan kualitas pendidikan bagi UMM. ”Semua anggota ALSI harus giat mengembangkan pembelajaran berbasis LS di sekolah mitra masing-masing,” pungkasnya.(rina/aan)