
Gerakan Saweran Nasional oleh Sirikit Syah, jurnalis dan pakar komunikasi.
PWMU.CO– Pelajaran hari ini adalah membangkitkan semangat untuk menyelamatkan NKRI. Mengapa NKRI mesti diselamatkan? Saya tak hendak membahasnya di sini, karena masing-masing rakyat Indonesia punya persepsi yang berbeda-beda.
Ada yang percaya bahwa ekonomi Indonesia meroket, pemerintah terus membangun, menjanjikan kesejahteraan bagi rakyat. Tak sedikit pula yang mengalami penurunan atau kebangkrutan ekonomi di era pemerintahan ini. Ter-PHK, bisnis tutup, gaji telat, dan sejenisnya.
Saya ingin mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk bersatu padu, kompak, menyelamatkan Indonesia. Pemerintah dan Badan Wakaf Indonesia melalui Gerakan Wakaf Nasional sudah jelas-jelas minta bantuan umat Islam agar menitipkan wakafnya pada badan-badan yang dibentuk oleh pemerintah ini.
Badan-badan ini seharusnya non-government, tapi melihat deretan nama pembina di balik nama-nama pengurus, jelas ini di bawah naungan atau kendali pemerintah. Hampir sama dengan susunan kepengurusan di Masyarakat Ekonomi Syariah, yang banyak didominasi pejabat pemerintah.
Maksud saya, apakah para umat agama yang lain tidak iri, bila yang diminta membantu pemerintah Indonesia hanya umat Islam? Kita tahu bahwa di rumah-rumah ibadah agama lain seperti gereja, klenteng, pura ada tradisi sumbangan. Bahkan ada yang mewajibkan persepuluhan.
Kalau di Islam zakat hanya 2,5 persen. Di agama tertentu sumbangan besarnya 10 persen dari pendapatan. Itu jumlah uang yang besar, yang terbukti bisa meningkatkan pembangunan rumah-rumah ibadah secara mutu dan jumlahnya.
Apakah pemerintah tidak berpikir bahwa umat Hindu, Budha, Konghucu, Katolik, Kristen, juga pasti ingin menyumbangkan sebagian peruntungannya demi NKRI? Kita semua cinta NKRI, bukan? Nah, bila memang tujuannya bukan semata-mata untuk kesejahteraan umat Islam sebagaimana makna wakaf, melainkan untuk rakyat Indonesia secara umum seperti pengguna jalan tol, wisatawan, seyogyanya pemerintah mendorong Gerakan Saweran Nasional atau Gerakan Menyelamatkan Indonesia.
Dengan gerakan saweran yang lebih umum, setiap rakyat Indonesia akan merasakan sense of belonging, turut memiliki, turut menjadi bagian, dari bangsa Indonesia. Bukan hanya umat Islam yang membantu jalannya pemerintahan ini.
Buzzer
Pelajaran hari ini juga tentang para buzzer yang sudah terlalu lama meng-kadrun-kan siapa pun yang kritis terhadap pemerintah. Selain kadrun, kosa kata yang paling kerap dituduhkan adalah: antek Yaman, radikal, bahkan jahiliyah.
Sungguh, kata-kata yang jorok yang ditujukan pada kawan, senior, guru, saudara, tetangga, menimbulkan aroma kebencian dan permusuhan. Pelajaran hari ini adalah ketika yang di atas sudah men-syariah-kan diri lewat gerakan wakaf, masyarakat ekonomi syariah, yang di bawah, para buzzer ini, sudah waktunya untuk bertaubat.
Melihat Bu Sri dan Mbak Puan sudah mengenakan hijab, meskipun hanya saat tertentu, mungkin saja negara kita akan menjadi syariah. Para pemimpin mulai menyadari bahwa sistem dan tradisi keuangan di Islam tak hanya potensial. Dari wakaf saja kabarnya bisa Rp 180 triliun setahun. Tetapi juga jelas, tertib, terukur, dan compatible di segala zaman dan wilayah/negara.
Jadi, hentikan olol-olok pada segala sesuatu yang syariah, yang berbau Islam. Negara kita terbukti membutuhkan bantuan umat Islam. (*)
Editor Sugeng Purwanto
Discussion about this post