Wafat, Dai Hikmat Tuban Haji Chomsin ditulis oleh Fathurrahim Syuhadi, Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan.
PWMU.CO – Kabar wafatnya Drs H Chomsin MSi disampaikan oleh KH Farhan, sahabat dekatnya semasa bertugas di Kementerian Agama (Kemenag) Kota Blitar.
“Innalillahi wainna ilaihi rajiun, telah wafat malam ini Selasa 2 Februari 2021 sekitar pukul 20.50, Bapak Drs H Chomsin MSi. Kami sekeluarga turut berduka cita atas wafat beliau. Ssemoga Allah SWT mengampuni semua khilaf dan dosa beliau,” bunyi pesan yang dikirim ke WA Group.
Kabar duka itu tentu saja mengejutkan sanak kerabat dan para aktivis dakwah Muhammadiyah. Baik yang ada di Lamongan, Tuban, maupun Malang.
“Sebulan yang lalu beliau masih menyetir mobil sendiri dari Tuban ke Malang untuk mengajar di UMM. Ia membagi waktunya tiga hari di Tuban empat hari di Malang. Atau sebaliknya tergantung situasi dan kondisi,” jelas Hamim Thohari, adik iparnya. Di Malang dia tinggal di Perum Bumi Asti Sengkaling. Sedangkan di Tuban ia tinggal kalan Tegalboro.
Memang, kata Ketua Majelis Lingkungan Hidup PDM Lamongan ini, sebelum wafat Chomsin sempat dirawat di Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) selama dua pekan.
“Kemudian beliau dirawat di Rumah Sakit Syaiful Anwar sampai wafat. Ia dinyatakan terpapar Covid-19,” ujarnya
Suami Maria Ulfah itu menyampaikan, Chomsin adalah pribadi yang luar biasa. “Ia menjadi kakak yang sangat sayang dan perhatian kepada adik dan keponakan. Sangat menghormati dan menyantuni kepada yang lebih tua. Sebagai kepala keluarga sangat memperhatikan istri, putra- putri, dan cucunya,” ujarnya.
Menurut Hamim Thohari, sebagai ASN (aparatur sipil negara) Chomsin merintis karier dari bawah. Ia sangat aktif dan kreatif untuk peningkatan karier.
“Sebagai dai pandai beradaptasi dan humoris. Kalimat kalimatnya mampu menyentuh relung hati yang paling dalam. Termasuk saat berdoa pada khutbah Idul Fitri tahun2016 di lapangan Sawunggaling Babat. Banyak jamaah yang meneteskan air mata,” ungkapnya.
Tokoh dari Desa Kesambi
M Roni Firdaush—kerabatnya di Desa Kesambi, Kecamatan Pucuk, Kabupaten Lamongan—juga merasa sangat kehilangan. Bahkan dalam sepekan ini dua kader yang merupakan kerabatnya wafat.
“Jumat (29/1/2020) lalu KH Muhammad Sjafi’i wafat di Surabaya saat dalam perjalanan menuju RSM Bojonegoro. Selasa (2/2/2020) H. Chomsin wafat di rumah sakit Syaiful Anwar Malang. Keduanya adalah aktivis dakwah persyarikatan yang sangat dibutuhkan umat,” jelas Wakil Ketua Pimpinan Cabang Muhamamdiyah (PCM) Pucuk ini.
Roni Firdaush mengatakan Chomsin adalah pekerja keras. Sejak lulus dari PGAN Bojonegoro, dia menjadi guru agama di SDN Pliwetan Palang, Tuban.
“Karena kecintaannya terhadap persyarikatan Muhammadiyah maka ia meluangkan waktunya untuk mengajar di madrasah Muhammadiyah setempat,” jelas dia.
Menurut dia, Chomsin orangnya supel dan mudah bergaul dengan siapa pun. “Beliau seorang dai yang cukup dikenal dan disegani, karena keras dalam menyampaikan masalah agama,” katanya.
Aktivis Hikmat
Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Tuban Fatkhur Rozaq menyatakan, sampai wafatnya Chomsin masih aktif di Himpunan Khatib dan Imam Tuban (Hikmat). “Ia sebagai dai Muhammadiyah Tuban dan membina beberapa pengajian,” ujarnya.
Fatkhur Rozaq mengungkapkan, beberapa kali Chomsin dicalonkan menjadi anggota PDM Tuban. Tetapi ia menolak dengan halus dengan alasan takut tidak bisa membagi waktu untuk persyarikatan.
Mantan Kepala Kantor Kemenag Bojonegoro KH Farhan menceritkana, pada saat Chomsin menjabat Kepala Kemenag di Kota Blitar tahun 2005-2006 dia menjabat sebagai Kasubag TU.
“Kami berdua sangat bersahabat dengan baik. Kami berdua memperjuangkan nasib para GTT (guru tidak tetap) di madrasah swasta Kota Blitar agar diterima menjadi PNS (pegawai negeri sipil; kini ASN). Dengan segala risikonya, alhamdulillah hanya Kota Blitar di Jawa Timur yang berhasil atas izin Allah,” kisah dia.
Kesan mendalam juga dialami M Najih Bakar, teman sekolahnya di PGAN Bojonegoro. “Pak Chomsin adik kelas saya. Saya kelas V dia kelas I. Ia juga aktif di IPM Ranting Sukorejo Bojonegoro,” ungkapnya.
“Setelah lulus kita sama sama mengajar di SMA/MA Pondok Pesantren Karangasem Paciran. Kita sama-sama menjadi guru agama PNS dan tetap mengabdi di Muhammadiyah,” tambah dia.
Menurut M Najih Bakar, Chomsin hobinya olahraga: bulu tangkis dan tenis lapangan. “Kami pernah satu tim menjadi pemain olahraga tenis meja dan menjadi pemain Kanwil Depag (Kemenag) Propinsi Jawa Timur. Kami juga saling bersilaturrahim minimal komunikasi via HP,” jelasnya.
Riwayat Hidup
Chomsin lahir di Desa Kesambi, Kecamatan Pucuk, Kabupaten Lamongan, 15 Nopember 1956. Ia anak kedua dari delapan bersaudara putra H Koestam dan Hj Musyarofah.
Kedua orang tuanya perintis dan aktivis Muhammadiyah dan Aisyiyah di Desa Kesambi. Ketujuh saudara Chomsn adalah:
- Hj Nunuk Muflikhah istri Drs H Ramin Abdul Wahid Kepala Kantor Kemenag Lamongan 1990-1994, pernah jadi Kabagset Kanwil Kemenag Jawa Timur. Sekarang Dosen Al-Islam UMM.
- Dr Ir Imam Thohari MP, dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang.
- Latifatul Afifah MPd, guru SMP Negeri 2 Babat, istri dari Drs H Kusnowo Sadak MSi Ketua Majelis Dikdasmen PDM Lamongan.
- Maria Ulfah SPd, guru SMA Negeri Babat, istri Hamim Thohari ST MKes, Ketua Majelis Lingkungan Hidup PDM Lamongan
- Ali Roba MPd, Kepala SMAN 2 Penajam Kalimantan Timur.
- Iftahul Khoiriyah, guru PNS di MIM Moropelang Babat, istri Kusnaji SPd guru SMPM 1 Babat
- Dra Nida Eliana MPd Guru MAN Babat. Suaminya, Mustakim MPd, guru MAN Babat.
Riwayat pendidikan Chomsin dimulai dari Madrasah Ibtidaiyah Nidzomiyah Kesambi (sekarang MIM 1 Kesambi). Setelah itu melanjutkan PGA (Pendididkan Guru Agama) Bojonegoro selama enam tahun.
Saat sudah bekerja, ia melanjutkan kuliah ke Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah (STITM) Paciran. Pascasarjananya ditempuh di UMM.
Setelah lulus dari PGA Negeri Bojonegoro ia diangkat menjadi PNS Guru Agama SD Negeri Peliwetan, Palang, Tuban. Di desa ini Chomsin menemukan jodohnya. Dia menikah dengan Djasminten tahun 1982.
Dari perkawinannya ini ia dikaruniai dua orang anak dan lima orang cucu. Mereka adalah dr Reza Fatra Kurnika yang bekerja di Puskesmas Sugihwaras dan Klinik YPPI Babat. Putri kedua, Rizka Amelia Hanum Apt yang menjadi apoteker di Malang.
Chomsin mulai aktif berorganisasi di Pimpinan Ranting Ikaan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Sukorejo, Bojonegoro pada saat sekolah di PGAN Bojonegoro. Kemudian ia aktif di Pemuda Muhammadiyah di Palang. Menjadi Ketua Majelis Dikdasmen PDM Tuban periode 1990-1995.
Sebagai guru ia pernah mengabdikan diri di MTs Muhammadiyah Karangagung Palang. Pernah menjabat sebaga kepala sekolah di situ. Ia juga mengajar juga di Pondok Pesantren Karangasem Paciran.
Karier sebagai PNS diawali sebagai guru SD Negeri Pliwetan. Kemudian menjabat sebagai Kasi Pendidikan Agama Islam Kemenag Tuban. Selanjutnya sebagai Kasubbag TU Kemenag Kabupaten Tuban.
Dari Tuban ia dimutasi ke Gresik dengan jabatan yang sama. Jabatan selanjutnya adalah sebagai Kepala Kemenag Kota Blitar dan Kepala Kemenag Kota Malang. Sebelum pensiun ia bertugas sebagai Keala Menenga Kabupaten Magetan.
Setelah pensiun, Chomsin tetap aktif berdakwah. Naluri mengajarnya tidak berhenti. Ia menjadi dosen luar biasa di UMM. Ia mengampu mata kuliyah AIK (Al-Islam dan Kemuhammadiyahan) di beberapa fakultas non-Fakultas Agama Islam. AIK adalah mata kuliah wajib di perguruan tinggi Muhammadiyah.
Chomsin yang wafat Selasa (2/2/21) malam di usia 64 tahun ini dimakamkan Rabu (3/2/2021) pagi di TPU Sengkaleng Malang dengan protokol kesehatan Covid-19.
Semoga semua amal ibadah beliau diterima Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.