PWMU.CO – Kiprah Muhammadiyah Jawa Timur dalam menangani Covid-19 dipaparkan Wakil Sekretaris PWM Jatim Prof Dr Biyanto MAg, Jumat (5/2/21).
Hal tersebut disampaikannya saat menjadi narasumber program Covid-19 Talk TV Muhammadiyah (TVMu) bertema Kontribusi Muhammadiyah Jatim dalam Penanggulangan Covid-19.
Kiprah Muhammadiyah Jatim
Menurut Sekretaris Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur itu, jajaran pimpinan di PWM Jatim memahami Covid-19 sebagai bencana kemanusiaan. “Karena itu bencana kemanusiaan, maka perspektif yang digunakan untuk menanggulanginya adalah penanggulangan secara menyeluruh,” ujarnya.
Jadi, lanjut Biyanto, PWM Jatim memahami Covid-19 ini bukan hanya soal kesehatan atau keselamatan jiwa manusia, tetapi juga aspek-aspek kehidupan yang lain. “Karena itu kami di Jatim menggerakkan semua amal usaha Muhammadiyah untuk terlibat dalam penanganan Covid-19 ini,” ungkapnya.
Tentu saja, kata dia, masing-masing kita ingin memberikan kontribusi. “Termasuk bagaimana MPKU terutama rumah sakit yang sudah disiapkan untuk penanganan Covid-19 ini. Lalu bagaimana ikhtiar Lazismu juga yang sudah dilakukan selama 2020,” urai Biyanto.
Dia lalu menyampaikan, pada 2020 ada dua hal yang dilakukan PWM Jatim. “Pertama tentu saja, kita ingin mengedukasi masyarakat, kita ingin lakukan upaya-upaya preventif, pencegahan Covid-19 ini supaya penyebarannya tidak begitu masif. Yang kita pahami semua, pada akhir Januari kemarin, tepatnya pada 26 Januari 2021, yang terkonfirmasi positif itu sudah lebih dari satu juta,” katanya.
Semua yang menjadi narasumber kali ini, tambah dia, adalah ‘alumni Covid-19’. “Gelarnya Lc, lulusan Covid-19. Kalau ditanya pengalaman bagaimana menjadi pasien Covid-19 nanti kami bisa cerita. Supaya Bapak/Ibu peserta TVMu, tidak seperti kami,” pesan Biyanto.
Upaya Preventif-Kuratif
Jadi yang pertama adalah upaya preventif melalui edukasi masyarakat dari berbagai usaha. “Lalu kami juga menggerakkan rumah sakit Muhammadiyah-Aisyiyah (RSMA) untuk tindakan kuratif,” tutur Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya itu.
Kami, lanjutnya, juga melakukan langkah terkait kebutuhan praktis di lapangan, terutama bagi korban Covid-19 dan yang terdampak Covid-19 ini. Baik dampak dalam hal sosial maupun ekonomi. “Karena itu kami bersyukur punya Ketua Lazismu drh Zainul Muslimin yang sangat mobile. Usianya kalah dengan semangatnya yang luar biasa. Kami yang muda-muda banyak belajar dari Pak Zainul,” ujarnya.
Jadi melalui Lazismu, PWM-MCCC Jatim menyiapkan segala kebutuhan mereka yang terdampak Covid-19. “Kami juga melakukan apa yang disebut dengan ketahanan pangan. Misalnya dari gerakan yang paling ringan seperti menanam sayuran, buah-buahan yang cepat panen dalam hitungan 1-2 bulan panen kami galakkan. Bahkan Pak Zainul sudah membagikan bibitnya, seperti sawi, tomat, supaya ketahanan masyarakat kita yang terdampak Covid-19 ini bisa teratasi. Itu gambaran besarnya,” jelasnya.
Covid-19 ini, tambah Biyanto, juga menjadi ujian bagi kepatuhan dalam berorganisasi. “Kami merasakan, PWM Jatim itu kan harus melaksanakan amanah dari PP Muhammadiyah, termasuk maklumat yang diberikan selama masa pandemi di tahun 2020, yang terkait dengan ibadah, kesehatan, maupun pendidikan. Kami juga menghadapi yang Bapak/Ibu hadapi di level pimpinan organisasi. Ada bagian dari organisasi itu yang masih menawar-nawar terkait maklumat PP Muhammadiyah itu,” ungkap dia.
Capaian Terbaik
Menurut Biyanto, capaian terbaik yang sudah dilakukan Muhammadiyah Jatim adalah terutama terkait maklumat PP Muhammadiyah. Bagaimana agar bisa terlaksana dengan baik, karena kuncinya salah satunya ada di situ. “Misalnya di bidang pendidikan, seluruh sekolah di Jawa Timur kami pastikan masih pembelajaran jarak jauh (PJJ),” katanya.
Mungkin ada satu, dua, tiga sekolah di pelosok-pelosok, seperti di Lamongan, kampung halaman yang masih memberlakukan pembelajaran tatap muka. “Lalu saya tegur, dan mereka bilang, ‘di sini ga ada Covid-covidan’, kata mereka. Karena Covid-19 ini sangat dinamis, yang hari ini masih hijau, besok bisa berubah menjadi kuning atau oranye bahkan merah,” jelasnya.
Karena itu, lanjut dia, Muhammadiyah Jatim terus memberi edukasi AUM di bidang pendidikan. Terutama yang potensial menjadi klaster penyebaran Covid-19. “Di masjid-masjid Muhammadiyah juga kita pastikan kalau masih ada ibadah, baik rawatib maupun shalat Jumat, kami pastikan pengaturan shaf shalatnya aman, yakni berjarak dan bermasker,” urainya.
Lalu masjid-masjid, melalui Lazismu ini juga digerakkan untuk bermasker, yakni shalat dengan memakai masker.”Itulah bagian-bagian yang perlu kami tekankan pada masyarakat, yakni betapa pentingnya menjaga diri itu, hifdzun nafs dalam bahasa agama kita,” terangnya.
Terkait rumah sakit, RSMA di Jawa Timur siap menerima pasien-pasien yang ada. Tentu saja pasien-pasien itu ada yang datang dalam kondisi berat. “Yang itu tentu saja itu membuat kami sedih, karena jika datang dalam kondisi berat itu harus menjalani perawatan secara maksimal,” kata Biyanto.
Ketahanan Pangan
Kesuksesan lain adalah soal ketahanan pangan seperti yang disampaikan di awal. “Di PCM-PCM itu ada Jatam, singkatan dari Jaringan Tani Muhammadiyah. Itu mewadahi petani-petani Muhammadiyah yang hari ini mempunyai peranan besar dalam hal ketahanan pangan tadi. Karena salah satu dampak Covid-19 ini adalah dalam hal ekonomi. Karena kita sempat mengalami resesi ekonomi. Maka di sanalah gerakan ketahanan pangan menjadi sangat penting,” ungkap dia.
Pembentukan MCCC, menurut dia, juga ada di semua daerah meskipun pembentukannya tidak serempak. Bergantung respon masing-masing daerah, ada yang cepat ada juga yang slow response. “Tetapi hingga pertengahan 2020, semua MCCC ada di masing-masing PDM. Dari MCCC itu kami lakukan koordinasi, dan apa yang dibutuhkan kami support,” jelasnya.
PWM Jatim, tambah Biyanto, juga mendapatkan kepercayaan yang luar biasa, baik dari pemerintah maupun para stakeholder. Misalnya, bagaimana secara berkala, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memberikan bantuan pada MCCC Jatim, seperti logistik berupa sembako. Lalu Kapolda, Pangdam juga datang ke kantor PWM Jatim juga membawa sembako.
“Lalu sembako-sembako yang didapat itu langsung didistribusikan pada Lazismu. Kami bersyukur dapat berkoordinasi dengan seluruh majelis dan lembaga yang ada,” ungkapnya menyampaikan kiprah Muhammadiyah Jatim di masa pandemi.
Konsep Herd Community
Drama Covid-19 ini semua tidak tahu kapan berakhir. “Kita harus berpikir jangka panjang. Apalagi kita tahu sekarang klaster Covid-19 tidak lagi di ruang seminar atau pengajian. Tapi klasternya melalui keluarga. Karena itu, menurut hemat saya, peningkatan kasus Covid-19 kluster keluarga ini penting menjadi perhatian semua,” tutur Biyanto.
Menurut dia, ada konsep yang penting yakni herd community. “Bagaimana kita menciptakan kekebalan komunitas. Artinya, sehat itu bukan hanya diri kita yang sehat, tetapi masyarakat di sekitar kita harus sehat. Maka agar masyarakat sehat, kita yang sehat harus dipastikan sehat,” terangnya.
Misalnya, lanjutnya, yang potensial terpapar Covid-19 itu seperti orangtua, agar tidak ikut terpapar, maka kita harus memastikan diri dan lingkungan kita agar sehat. “Maka penting sekali, gerakan 5M dan 3T yang diserukan Ketua Umum PP Muhammadiyah dan juga Ketua PWM Jatim. Itu menjadi sangat penting, maka pimpinan daerah, cabang dan ranting harus menyambut seruan tersebut. Supaya kita sehat, sehingga komunitas di sekitar kita juga tersehatkan,” ujar Biyanto.
Yang lain, menurutnya, adalah perlu sinergi antar lembaga-majelis melakukan mitigasi Covid-19, termasuk melakukan penanganan pada yang terkena Covid-19.
“Banyaknya pimpinan yang terpapar menjadi pelajaran bagi kita, betapa Covid-19 ini tidak bisa dianggap enteng. Dan itu menjadi tugas kita semua, tugas mulia yang rujukannya pada agama, yakni hifdzun nafs, atau menjaga diri,” tandas Biyanto. (*)
Penulis Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.