Lima Cara Pelajar Muhammadiyah Go International

Ketua PCIM Malaysia Dr Sonny Zulhuda: Lima Cara Pelajar Muhammadiyah Go International (Istimewa/PWMU.CO)

PWMU.CO – Lima cara pelajar Muhammadiyah Go International yaitu bekerja di luar negeri, menuntut ilmu, menambah wawasan dan pengalaman, memperluas dakwah, dan tuntutan keluarga.

Inilah yang disampakan Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia Dr Sonny Zulhuda saat memberikan materi di acara Junior Leaders Institute (JuLI) Batch#3 SD Muhammadiyah 4 (Mudipat) Surabaya. Mudipat menggelar acara untuk siswa kelas VI secara virtual Sabtu (6/2/21).

Dosen di International Islamic University Malaysia ini menjelaskan mencari rezeki atau bekerja di luar negeri adalah cara, motif, atau alasan pertama.

“Misalnya setelah lulus kuliah, kamu melamar kerja di perusahaan asing di luar negeri. Setelah melalui serangkaian tes, kamu dinyatakan diterima kerja di perusahaan itu. Lalu kamu pergi keluar negeri untuk bekerja di perusahaan itu,” katanya.

Kedua, lanjutnya, mencari guru atau menuntut ilmu. Salah satu alasan kenapa harus pergi ke luar negeri adalah menuntut ilmu. “Saran saya kalau akan menuntut ilmu, pertimbangkan dulu negara tersebut ahli di bidang apa,” katanya.

Misalnya, sambungnya, akan belajar medis, belajarnya bisa di India, United Kingdom (UK), Rusia. Kalau medis herbal, belajarnya bisa di Tiongkok.

Tambah Wawasan dan Pengalaman

Sonny mengatakan motif ketiga adanya keinginan menambah wawasan dan pengalaman. Misalnya selama ini sering membaca buku bahwa Australia ada hewan yang spesifik, tidak ada di tempat lain. Kamu bisa pergi ke Australia untuk jalan-jalan sambil obsevasi. Melihat langsung kangguru, misalnya.

“Kangguru itu kan hewan asli Australia. Melihat kangguru di habitat asli dengan kangguru di tempat lain beda pengalamannya,” tambahnya.

Berlibur ke luar negeri, sambungnya, tidak hanya jalan-jalan bersenang-senang, tetapi juga bisa menambah wawasan. Hal-hal baik di negara yang kita kunjungi bisa ditiru, tapi yang jelek jangan ditiru.

Dia mencontohkan negara Singapura. Negara itu terkenal dengan kawasan yang sangat bersih dan rapi. “Saya pernah ke Singapura. Negara itu tempatnya sangat bersih dan rapi tidak ada sampah sedikitpun. Singapura bisa seperti itu karena warganya disiplin pada kebersihan,” katanya.

Dia menerangkan, Singapura bisa seperti itu karena ada undang-undang yang tegas. Di undang-undang tersebut siapa yang membuang sampah sembarangan, meludah dan memetik bunga sembarangan akan dikenakan sangsi denda yang besar. “Dendanya bisa sampai ratusan bahkan jutaan kalau dirupiahkan,” tambahnya.

Tangkapan layar Acara (Nanang Pijimanto/PWMU.CO)

Buruk Tidak Perlu Ditiru

Sonny memaparkan hal-hal yang baik dari budaya negara lain perlu dicontoh sedangkan hal yang buruk yang tidak patut ditiru.

“Saat saya di Korea, sore hari atau jam pulang kantor banyak orang berjas, berdasi berjalan di pinggir jalan dengan sempoyongan. Ternyata orang-orang itu mabuk. Di sana setelah pulang kantor atau bekerja, banyak orang yang menggelar party time dengan mabuk-mabukkan, terutama saat weekend,” terangnya.

Sisi yang buruk jangan kita tiru, tegasnya. Kita patut tiru dari orang Korea adalah etos kerjanya yang sangat bagus. Mereka pekerja keras dari pagi sampai sore bahkan malam, tidak mencuri-curi waktu saat bekerja.

Memperluas Dakwah

Alasan go international atau pergi keluar negeri keempat adalah memperluas dakwah. Memperluas dakwah adalah tugas setiap manusia sebagai khalifah di bumi, tanpa kecuali.

“Di luar negeri kita harus menunjukkan akhlaq yang mulia sebagai muslim. Ini lho Muslim, bukan figur teroris seperti anggapan mereka. Itu adalah salah satu bentuk dakwah,” tuturnya.

Dia menjelaskan memperluas dakwah bisa juga dilakukan dengan mengajarkan, menjadi narasumber, atau berkhotbah di acara pengajian atau acara lainnya di luar negeri.

Syarat kelima, lanjutnya, karena tuntutan keluarga. “Mengapa kamu keluar negeri karena keluarga saya pindah ke luar negeri, jadi saya ikut keluar negeri. Nah, itu contohnya kamu pergi keluar negeri karena tuntutan keluarga,” katanya.

“Terus ada lagi, misalnya ada alumni Mudipat yang dapat jodoh orang Malaysia, kemudian dia pergi ke Malaysia dan menetap di sana. Alhamdulillah, jodohnya orang sana,” ujarnya. (*)

Lima Cara Pelajar Muhammadiyah Go International: Penulis Anang Pujimanto. Editor Ichwan Arif.

Exit mobile version