Percaya Peramal, Ini Bahayanya. Ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian Percaya Dukun, Ini Bahayanya berangkat dari hadits riwayat Muslim.
عَنْ صَفِيَّةَ عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً. رواه مسلم
Dari Shafiyyah dari sebagian para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Barangsiapa mendatangi tukang tenung lalu dia bertanya kepadanya tentang suatu hal, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh malam.”
Definisi ‘Arraf
Peramal dalam hadis di atas adalah ‘arraf yang berarti dukun atau paranormal. Persamaannya adalah al-munajjimu atau ahli nujum. Juga al-kahinu yakni cenayang. Dalam definisinya, peramal adalah orang yang mengabarkan kejadian yang akan datang berdasarkan informasi ghaib yang ia terima. Informasi, pastinya, itu dari jin yang berkeinginan menyesatkan manusia.
Dilarang Mendatangi
Hadits di atas mengandung larangan mendatangi peramal, karena makna mendatangi berarti ada niatan untuk bertanya tentang ramalan nasib, baik bagi diri sendiri ataupun untuk orang lain.
Sehingga meskipun redaksinya tidak ada bentuk larangan akan tetapi secara makna tersirat mengandung larangan itu. Dan hal ini dipertegas dengan kalimat berikutnya yaitu bertanya kepada dukun tersebut.
Tentu dalam hal ini medatangi saja dilarang apalagi kemudian jika mempercayainya. Dan dalam hal mempercayainya ini termasuk yang kemudian sudah disampaikan dan tersebar di masyarakat luas, sehingga hampir banyak orang telah mengetahui ramalannnya tersebut.
Bahaya Mempercayai Peramal
Bahaya yang pertama adalah shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari. Padahal shalat merupakan ibadah paling utama dalam agama ini. Jika meninggalkan dengan sengaja tetapi tetap meyakini bahwa itu adalah kewajiban baginya merupakan bentuk kemasiatan kepada Allah, fahisabuhu indallah (hisabnya di sisi Alla).
Tetapi jika meninggalkan dengan sengaja sembari meyakini bahwa hal itu bukanlah termasuk kewajiban baginya, maka telah gugurlah imannya. Dan ia termasuk kategori kafir secara nyata.
Sebagaimana dalam hadits Riwayat Abu Daud:
عن أبي هريرة عن النبي ﷺ قال: من أتى كاهنا فصدقه بما يقول فقد كفر بما أنزل على محمد ﷺ. رواه أبو داود.
Dari Abu Hurairah RA dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Barangsiapa yang mendatangi dukun kemudian membenarkan terhadap apa yang ia ucapkan, maka sungguh ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad Shallahu ‘alaihi wa Sallam. (HR Abu Dauq)
Bahaya kedua adalah dianggap telah ingkar terhadap apa yang diturunkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Jadi kalimat dalam hadits di atas mempertegas bahwa membenarkan kata-kata dukun atau paranormal menyebabkan hukum yang berlaku baginya. Dan apalagi bagi dukun tersebut pastinya akan lebih bahaya lagi jika tidak sempat bertaubat.
Setan Menyadap Berita Langit
Seorang dukun atau paranormal dalam rangka bekerja selalu berkerja sama dengan para jin setan yang berusaha menyadap berita langit. Berita langit merupakan berita yang bersumber dari para malaikat yang sedang berbincang antara satu dengan lainnya tentang urusan dunia.
وَأَنَّا لَمَسۡنَا ٱلسَّمَآءَ فَوَجَدۡنَٰهَا مُلِئَتۡ حَرَسًا شَدِيدًا وَشُهُبًا وَأَنَّا كُنَّا نَقۡعُدُ مِنۡهَا مَقَٰعِدَ لِلسَّمۡعِۖ فَمَن يَسۡتَمِعِ ٱلۡأٓنَ يَجِدۡ لَهُۥ شِهَابًا رَّصَدًا
Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya).
Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya). (al-Jin: 8-9)
Berdasar hasil penyadapan inilah para jin setan ini menyampaikan kepada dukun yang telah bekerja sama dengan mereka. Lantas para dukun ini yang kemudian menyampaikan kepada orang lain, yang seolah-olah ia dapat mengetahui tentang kejadian yang akan datang.
Maka kita wajib waspada dan berhati-hati, jangan sampai terjebak mempercayai apa yang mereka ramalkan, sama sekali kita dilarang mempercayainya, karena berdampak hukum yang berlaku kepada kita sebagaimana penjelasan dalam hadits di atas, sekalipun dikemudia hari apa yang diramalkan itu menjadi kenyataan. Karena hakekat semua yang terjadi adalah atas dasar Qudrah dan Iradah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka ramalkan atau tidak itu tidak penting bagi kita.
Beberapa ayat al Quran menjelaskan akan hal ini, bahwa yang mengetahui rahasia yang ghaib hanyalah Allah saja.
قُل لَّا يَعۡلَمُ مَن فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ ٱلۡغَيۡبَ إِلَّا ٱللَّهُۚ وَمَا يَشۡعُرُونَ أَيَّانَ يُبۡعَثُونَ
Katakanlah: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan. (an-Naml 65)
۞وَعِندَهُۥ مَفَاتِحُ ٱلۡغَيۡبِ لَا يَعۡلَمُهَآ إِلَّا هُوَۚ وَيَعۡلَمُ مَا فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِۚ وَمَا تَسۡقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعۡلَمُهَا وَلَا حَبَّةٖ فِي ظُلُمَٰتِ ٱلۡأَرۡضِ وَلَا رَطۡبٖ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَٰبٖ مُّبِينٖ
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)” (al-An’am 59)
وَلِلَّهِ غَيۡبُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَإِلَيۡهِ يُرۡجَعُ ٱلۡأَمۡرُ كُلُّهُۥ فَٱعۡبُدۡهُ وَتَوَكَّلۡ عَلَيۡهِۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَٰفِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُونَ
Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan. (Hud 123)
Banyak yang tidak menyadari bahayanya ramal-meramal ini secara syari’ah, bahkan pembahasan ini sudah masuk pada acara pertelevisian kita, terutama yang berkenaan dengan para artis. Bahkan seolah dalam ramal-meramal ini dianggap sebagai hiburan belaka.
Padahal di sisi lain hal ini sangat membahayakan bagi akidah umat ini, khususnya bagi mereka yang masih awam. Maka umat harus selalu dapat memilah dengan baik, jika itu berupa ramalan oleh oleh seorang peramal maka hal itu tidak perlu dianggap, dan sebaiknya menghindar dari acara tersebut. Wallahu a’lam (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.
Artikel Percaya Peramal, Ini Bahayanya adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 21 Tahun XXV, 12 Februari 2021/30 Jumadits Tsania 1442.
Hanif versi cetak sejak 17 April 2020 tidak terbit karena pandemi Covid-19 masih membahayakan mobilitas fisik.