Gempa Sulbar, Muhammadiyah Rugi Rp 1,2 Miliar. Demikian Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadyah (PWM) Sulawesi Barat (Sulbar), Wahyun Mawardi menyampaikan.
PWMU.CO – Dalam gempa yang terjadi di Sulbar 14 dan 15 Januari 2021 silam Muhammadiyah juga kehilangan dua kadernya. Yaitu Salihi Saleh (Bendahara PWM Sulbar) dan istrinya dr Adriani Kadir (Ketua Majelis Pembina Kesehatan Umum PWM Sulbar).
Menurut Wahyun Mawardi, Muhammadiyah mengalami kerugian materiil tidak sedikit. Berbagai gedung dan sarana prasarana amal usaha Muhammadiyah (AUM) yang ada di Mamuju maupun Majene rusak.
“Estimasi perhitungan kerugian materiil akibat gempa mencapai Rp 1,275 milar. Itu meliputi kerusakan berbagai bangunan AUM dan sarana prasarana penunjangnya,” katanya, seperti dalam siaran pers Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Jumat (12/2/2021).
Wahyun Mawardi menguraikan ada 14 AUM yang terdampak, sembilan ada di Mamuju dan lima di Majene. AUM di Mamuju meliputi dua buah masjid, satu pondok pesantren, satu perguruan tinggi, satu panti asuhan, tiga TK Aisyiyah, dan satu klinik kesehatan.
“Sedangkan di Majene meliputi satu madrasah tsanawiyah dan empat TK Aisyiyah,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, kerusakan terparah dialami oleh Klinik Muhammadiyah Mamuju. Sebab hampir seluruh ruas dinding retak parah dan tembok terbelah. Lemari dan peralatan klinik lainnya juga rusak.
“Kesimpulannya gedung klinik tidak aman lagi untuk digunakan,” ujarnya.
Kerusakan sarana prasarana yang cukup parah juga dialami oleh Muhammadiyah Boarding School (MBS) At Tanwir Mamuju. Hampir seluruh fasilitas MBS hancur, termasuk Laboratorium komputer. Ada belasan Komputer yang berhamburan akibat gempa.
Prioritas Rehabilitasi dan Rekontruksi
Wahyun Mawardi menerangkan, saat ini Sulbar sudah memasuki masa transisi setelah berakhirnya masa tanggap darurat pada tanggal 4 Februari 2021 lalu. Setelah masa transisi, berikutnya adalah masa pemulihan yaitu rehabilitasi dan rekonstruksi.
Menghadapi masa pemulihan tersebut, dia menjelaskan PWM Sulbar sudah mempunyai perencanaan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi. “Prioritas pertama adalah perbaikan Klinik Muhammadiyah Mamuju,” ungkapnya.
AUM kesehatan itu mendapat prioritas pertama karena menurutnya pascagempa banyak warga yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Sedangkan di sisi lain banyak fasilitas kesehatan milik pemerintah dan swasta tidak bisa melayani masyarakat karena rusak.
“Prioritas selanjutnya adalah Masjid Fastabiqul Khaerat yang sekaligus berfungsi sebagai gedung Pusat dakwah Muhammadiyah. Dan prioritas ketiga adalah pembuatan hunian sementara santri MBS karena santri saat ini masih takut menempati asrama yang berlantai dua,” paparnya. (*)
Penulis Arif Jamali. Editor Mohammad Nurfatoni