Buka Warung Padang
Pensiun dari legislatif bukan berarti berhenti beraktivitas. Itulah tekad Yuzuar Datuk Marajo. Tak lama meninggalkan gedung dewan, ia mulai melirik bisnis kuliner. Kebetulan, sejak kecil Datuk memang hobi memasak. Berbagai menu masakan Padang ia kuasai. Rendang paru, gulai bagar, ayam cabe ijo, gulai nangka, sambal balado, kalio cumi, dan masih sederet menu lainnya yang menggoyang lidah. Kepiawaian memasak itu sejak lama ditularkan pada istrinya, Silvia Sari. “Biasanya saya tak perlu mencicipi makanan istri untuk menilai kekurangannya. Cukup baunya saja saya tahu bumbu apa yang kurang dan kelebihan,” ujar Datuk, lalu tersenyum.
Bekal itu rupanya cukup membuat Datuk pede membuka warung nasi Padang. Dia lantas hunting mencari tempat yang strategis untuk berjualan. Dari banyak teman, dia mendapat kabar tempat milik Amin Jamal, salah seorang pengurus PDM Surabaya, yang sebelumnya dipakai bekleed dijual. Lokasi di Jalan Pucang Sewu, Surabaya (sekitar Lapangan Kalibokor, red). Setelah bernegosiasi dengan Amin Jamal, Datuk memastikan membeli tempat tersebut. Bangunannya permanen. Luasnya sekitar 3 x 4 meter persegi. “Soal harganya gak perlu saya sebutkan lah,” ujarnya saat ditanya berapa uang yang dikelaurkan untuk membeli tempat itu. Datuk hanya mengaku merenovasi beberapa bagian untuk terlihat seperti lazimnya model warung Padang.
Hari-hari berikutnya, Datuk menjalani tugas sebagai penjual nasi Padang. Untuk mendongkrak omzet penjualan, Datuk mengabarkan kepada para kolega dan sahabatnya via SMS dan saat bersilaturahim. “Alhamdulillah, banyak juga teman yang datang. Selain makan di tempat saya, mereka kemudian memesan dalam bentuk nasi kotak. Beberapa pelanggan saya datang dari luar,” ucap mantan ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Kecamatan Mulyorejo itu.
Yang lebih membahagiakan Datuk, sejumlah instansi pemerintah dan swasta di Surabaya sering pesan nasi kotak. Bahkan DPRD Surabaya, tempat dia pernah bertugas, juga menjadi langganannya. “Makanya, saya masih sering keluar-masuk gedung dewan, tapi untuk nganter makanan dan mencairkan tagihan, hehe..,” tutur Datuk. Meningkatnya kesibukan Datuk menjadi penjual nasi Padang membawa berkah tersendiri. Paling tidak, kebutuhan periuk nasi keluarganya tak terganggu. Dia juga bisa menyekolahkan anak semata wayang, Afkar Jauhara Albar, lulus dari perguruan tinggi. Selain itu, ia juga bisa merekrut dua orang untuk membantu.
baca lanjutan: Menjabat “DPR”, hal 3