Menjabat “DPR”
Meski sibuk dengan bisnis kulinernya, Yuzuar Datuk Marajo tak melupakan tugasnya sebagai mubaligh. Dia juga tercatat sebagai anggota Korps Mubaligh Muhammadiyah Surabaya. Jadwal ceramah Datuk sangat padat. Mulai dari kuliah subuh, khatib Jumat, sampai pengajian rutin. Hingga akhir 2016 mendatang, jadwal khutbah Jumat Datuk sudah penuh. “Jadi sampai sekarang sebenarnya saya masih menjadi anggota DPR lho, ya Dewan Pengajian Rutin,” ucapnya, lalu tertawa.
Saking padatnya, Datuk pun menempel jadwal ceramahnya di selebar kertas karton berukuran 90×90 cm di balik pintu rumahnya. Ia sengaja membuat jadwal tersebut agar istri dan anaknya mengetahui keberadaan dia bila tidak sedang berada di rumah.
Sebagai mubaligh, Datuk tak pernah menyia-nyiakan waktu untuk meng-upgrade diri. Saban hari, alumnus IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1982 itu, ia tak pernah melewatkan waktu untuk membaca. Berbagai kitab dan buku-buku ilmiah popular ia pelajari. Pengalamannya sebagai legislator yang banyak bersentuhan dengan masyarakat juga membantunya dalam memberi materi ceramah. “Saya selalu ambil contoh fakta keseharian. Karena ketika menjadi legislator dulu, saya banyak bersentuhan dengan kasus-kasus yang melilit masyarakat,” ucap mantan guru di SD Muhammadiyah 18 Surabaya itu.
Satu lagi yang sangat mendukung Datuk dalam meluaskan cakar dakwahnya. Ia dikenal sebagai mubaligh yang bersuara merdu. Belakangan diketahui kalau Datuk pernah menggondol juara dua qori terbaik se-Kabupaten Darmas Raya, Padang, tahun 1976. Kelebihan melantunkan ayat-ayat suci Alquran membawa dirinya dipercaya menjadi penceramah rutin di Masjid Kemayoran Surabaya selama tiga tahun. Ketika itu, Datuk ditunjuk sebagai khatib tetap menggantikan H. Abdul Syakur Thawil, dosen Fakultas Dakawa IAIN Sunan Ampel.
Di usia lebih setengah abad, Datuk mengaku sangat menikmati hari-harinya kini. Terkadang, ada juga godaan untuk kembali ke panggung politik, namun hal itu selalu ia pasrahkan kepada Allah. “Saya tidak ingin ngoyo mengejar sesuatu. Saya sudah cukup dengan keluasan hati yang saya rasakan sekarang. Saya jalani hidup seperti air, mengalir saja,” pungkasnya. (agus wahyudi)