Imlek mewarnai kehidupan warga di pulau terpencil Christmas Island. Seperti ini meriahnya.
PWMU.CO– Pulau kecil Christmas Island adalah satu-satunya wilayah Australia yang menetapkan Tahun Baru Imlek sebagai hari libur. Seperti Imlek Jumat (12/2/2021) lalu.
Perayaan Imlek di Christmas Island tidak dibatasi oleh peraturan covid-19 seperti daerah lainnya di Australia. Sebab pulau yang lebih dekat ke Jawa ini belum terlalu terpengaruh oleh pandemi covid.
Ada 1.800 warga multi etnis di Christmas Island. Mereka merayakan Tahun Baru Imlek selama 15 hari. Dengan sejumlah acara besar seperti Cap Goh Meh dan Barongsai berkeliling di sejumlah tempat. Bukan hanya warga Tionghoa, semua orang Kristen, Islam, Konghucu, Budha, ikut ambil bagian.
Norazian Abdul Halim, misalnya. Dia lahir di pulau ini. Bapaknya keturunan Indonesia-Malaysia. Ibunya orang Cina. Keluarganya bersama warga berkumpul merayakan. Semua orang punya peran dalam perayaan.
Anak-anaknya ikut juga mewarisi tradisi ini dengan melihat dan terlibat di dalamnya. Menikmati makanan dan memainkan barongsai.
”Anak laki-laki kami, Aariz, berumur enam tahun, tertarik dengan barongsai sejak usia dua tahun, ketika menonton pertunjukannya,” kata Norazian.
Dia dan suaminya yang muslim juga mendorong minat anaknya sebagai pemain barongsai. ”Ketika Aariz berusia tiga tahun, kami membeli kostum kepala singa untuk ulang tahunnya. Kemudian dia belajar sendiri langkah-langkah tarian barongsai lewat rekaman video,” cerita Norazian kepada ABCNews.
”Kami terus mendukungnya selama dia menikmati berpartisipasi dengan klubnya, atau jika dia memutuskan mengambil tantangan lain,” sambungnya.
Tahun ini Aariz akan berpartisipasi untuk pertama kalinya dalam pertunjukan barongsai dengan kelompok Christmas Island Kung Fu Association. ”Aariz telah menghadiri sesi pelatihan setiap minggu agar bisa berpartisipasi dalam Tahun Baru Imlek tahun ini,” ujarnya.
Dia mengatakan, Klub Kung Fu melakukan pertunjukan di banyak acara dan perayaan lokal di Christmas Island yang selalu didukung oleh masyarakat.
Tukar Jeruk
Perayaan Imlek dimulai dengan barongsai di malam Tahun Baru, Kamis. Kemudian warga berkendara pada tengah malam di sekitar pulau membunyikan klakson mobil dan memainkan drum. Barongsai main lagi di pagi hari Tahun Baru di tempat tinggal setempat serta kuil. Lalu warga mengadakan pertunjukan untuk bazaar pada hari berikutnya.
Chris Su, Presiden Asosiasi Kung Fu Christmas Island adalah salah satu penyelenggara perayaan Tahun Baru Imlek. Dia mengatakan, perayaan Imlek di Christmas Island hampir sama di Malaysia dan Singapura. Sebab penduduk pulau ini berasal dari Malaysia dan Singapura.
Warga lainnya, Foo Kee Heng, pertama kali menjejakkan kaki di sini tahun 1970. Setelah istrinya meninggal dan dua putrinya pindah ke Perth, dia tinggal sendiri. Tapi ia merayakan tahun baru bersama teman dan tetangganya.
Pria ini kelahiran tahun 1948. Meninggalkan Malaysia untuk bekerja di perusahaan tambang di pulau ini sampai pensiun dua tahun lalu. Sampai sekarang Kee Heng masih melakukan tradisi Imlek. Membersihkan rumah dan memasang hiasan di pintu.
”Hiasan di pintu biasanya berupa tulisan atau kalimat yang baik, seperti semoga keberuntungan dan segala hal yang baik menghampiri rumah kami di tahun baru ini,” tutur kakek dari satu orang cucu.
Saat perayaan seperti ini, sanak keluarga berkumpul untuk makan malam. Lalu mereka membuka pintu rumah untuk dikunjungi kerabat, tetangga, dan anak-anak.
”Biasanya, mereka datang bertamu membawa dua jeruk untuk tuan rumah. Saat pulang, ganti tuan rumah memberikan buah jeruk baru kepada tamunya,” ceritanya.
Dalam bahasa Mandarin, jeruk disebut dengan chi zhe. Chi artinya rezeki dan zhe artinya buah. Saling memberikan buah jeruk saat Imlek melambangkan doa agar keberuntungan dan rezeki selalu menyertai di sepanjang tahun baru.
Tradisi Imlek lainnya di Christmas Island adalah sebelum rombongan barongsai mencapai perumahan dan mendapat angpau dari tiap rumah, mereka berkeliling dulu ke kuil-kuil. (*)
Editor Sugeng Purwanto