PWMU.CO – Empat Salah persepsi orang luar pada Muhammadiyah mengemuka dalam Baitul Arqam yang digelar Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla) kali pertama bagi dosen dan tenaga kependidikannya. Acara dilaksanakan secara virtual via Zoom Clouds Meeting, Selasa (15/2/2021).
Materi Ideologi Muhammadiyah disampaikan oleh Dr Mahsun Jayadi MAg, Wakil Rektor III Universitas Muhammadiyah Surabaya. Dia juga Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya.
Mahsun Jayadi banyak menguraikan ideologi Muhammadiyah sekaligus memberi contoh kesalahan persepsi orang luar.
Pertama, Muhammadiyah dalam mengamalkan ajaran agama Islam berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah. Sistem pemahaman Islam yang dipakai oleh Muhammadiyah adalah Islam Manhaji, bukan Islam Madzhabi.
“Adapun pihak lain yang tidak paham (kalangan Nahdliyin), mengira Muhammadiyah anti-madzhab,” ujarnya.
Kedua, akidah berorientasi kepada salafussalih. Tetapi secara substantif bukan secara formalistk-tekstualis. “Nah ada pihak lain yang tidak paham (gerakan Salafy) menanggap Muhammadiyah tidak konsisten ke-salafi-anya,” ungkap dia.
Ketiga, Muhammadiyah menyatakan bahwa NKRI ini sebagai Darul Ahdi wa Syahadah. Yakni negara yang dibangun di atas kesepakatan para ulama dan tabligh Muhammadiyah, sebagai persaksian.
“Sementara pihak lain yang tidak paham, misalnya HTI, mengira Muhammadiyah tidak ingin tegaknya khalifah dan syariah,” ungkapnya.
Keempat, Muhammadiyah dengan tegas mengusung Islam Wasathiyah. Tidak ekstrim kanan dan tidak ekstrim kiri. Tidak radikal dan tidak liberal.
“Ada pihak lain yang tidak paham, seperti kalangan Islam garis keras, yang mengira Muhammadiyah terlalu lembek, terlalu lunak,” ujarnya.
Ideologi Bukan Dogma
Menurut Mahsun dalam Muhammadiyah, ideologi dapat dipahami sebagai sistem paham atau keyakinan dan teori perjuangan, untuk mengimplementasikan ajaran Islam dalam kehidupan umat melalui gerakan sosial-keagamaan.
“Karena rujukan dasarnya adalah Islam, maka ideologi Muhammadiyah tidak akan bersifat dogmatik dan ekslusif secara taklid-buta. Tetapi memiliki watak terbuka,” terangnya
Mahsun Jayadi lalu membagi ideologi dalam dua hal. Pertama ideologi secara fungsional yaitu seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama atau tentang masyarakat dan negara yang dianggap paling baik.
Kedua, ideologi secara struktural merupakan suatu sistem pembenaran. Seperti gagasan dan formula politik atas setiap kebijakan dan tindakan yang diambil oleh penguasa.
Dia menyampaikan, ideologi Muhammadiyah tertuang dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Kepribadian Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah (MKCHM) dan, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM). (*)
Penulis Fathurrahim Syuhadi. Editor Mohammad Nurfatoni