PWMU.CO – Perbuatan bisa dikategorikan baik (ihsan) jika dikerjakan dengan layanan prima sehingga melebihi ekspektasi (harapan) yang dilayani. Hal itu disampaikan Kompol (P) Drs H Muhammad Jamaludin Ahmad di hadapan ribuan jamaah Pengajian Ahad Pagi PDM Gresik, Ahad (6/11).
“Jika kita naik becak tarifnya Rp 50 ribu, lalu kita beri ongkos Rp 100 ribu tanpa kembalian, maka abang becak akan senang luar biasa. Bahkan kita kasih Rp 60 ribu saja, dia sudah senang. Itulah ihsan,” kata mantan anggota Polri yang pensiun dini agar bisa fokus dakwah di Muhammadiyah itu. (Berita terkait: Luar Biasa! Pensiun Dini dari Polri untuk Fokus Dakwah di Usia Produktif)
Untuk memperjelas perbuatan ihsan, Jamaludin pun bertanya pada jamaah, “Kira-kira antara laki-laki dan perempuan, mana yang lebih kuat?” Jika mengangkat beras 25 kg, kata Jamaludin, tentu lelaki yang lebih kuat.
“Tapi jika menggendong bayi, mana yang lebih kuat?” tanyanya lagi. Jamaluddin pun menjawab, bahwa perempuan dalam soal ini lebih kuat. “Karena mereka menggendong bayinya dengan ihsan. Dengan penuh penuh kasih sayang dan ketelatenan. Sedangkan laki-laki biasanya hanya menggendong dengan fisiknya,” jelas dia.
Jamaludin kemudian mengajak para jamaah agar sebagai orang tua hendaknya selalu berbuat ihsan pada anak-anak. “Kita juga harus mengajari anak-anak kita agar berbuat ihsan pada orang tua,” tutur Jamaludin sambil mengutip surat al-Ahqaf ayat 15 yang berisi perintah berbuat ihsan kepada kedua orangtua.
(Baca juga: Ini Pengakuan Mubaligh Muhammadiyah yang Pernah Punya Istri Muda)
Bangsa ini, tambah Jamaludin, akan hancur ketika seorang ibu tidak berani mengingatkan anaknya. Seorang presiden adalah anak dari seorang ibu. Begitu juga gubernur atau bupati adalah anak dari seorang ibu. “Sebagai orang tua, kita harus selalu memperhatikan asupan gizi dan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak kita,” ujar Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini.
Penjelasan menarik lainnya dari al-Ahqaf 15 adalah perihal usia dewasa manusia. Menurutnya, jika usia sudah 40 tahun, maka manusia sudah mamasuki usia dewasa. “Ciri-ciri manusia dewasa itu tidak gampang marah, lebih bersabar, lebih bersyukur, dan mudah beramal seperti doa yang tertera dalam surat tersebut,” jelasnya.
(Baca juga: Bu Rono, Pejuang Aisyiyah Berusia 100 Tahun Itu Wafat)
Diakhir kajian Jamaludin menceritakan kisah berhikmah. Yaitu kisah seorang aktivis dakwah yang selalu hadir setiap ada rapat organisasi, meskipun dalam kondisi sakit. “Bahkan tatkala beliau sakit dan tidak bisa naik tangga, beliau tetap hadir dengan menunggu hasil rapat di lantai-1.”
Ketika ditanya, mengapa selalu hadir rapat, dia menjawab dengan tegas, “Ketika saya sudah dipilih menjadi pimpinan, maka rapat adalah medan jihad. Menghadiri rapat Persyarikatan adalah jihad,” kata Jamaludin menirukan Suprapto Ibnu Juraimi, salah satu anggota Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Yogyakarta. Itulah sosok ihsan. (Taufiqurrahman)