Tolak Zuhairi Misrawi sebagai Dubes Saudi oleh M Rizal Fadillah, pemerhati politik dan kebangsaan.
PWMU.CO-Pengajuan Zuhairi Misrawi sebagai Duta Besar RI untuk Saudi Arabia terus menuai kontroversi. Persoalannya adalah rekam jejak kader PDI-P ini memang kontroversial. Di samping pendukung LGBT, Ahmadiyah dan Syiah, pikiran liberalnya menyentil syariah. Shalat gerhana dan ibadah umrah dipermasalahkan.
Aktivis Jaringan Islam Nusantara (JIN) ini membuat ocehan dalam Twitter yang mem-bully ibadah umrah. Syariat Nabi dan perintah Allah dalam al-Quran ini dinistakan. Dia bandingkan dengan tradisi ziarah kubur dan yasinan. Baca pikirannya seperti ini.
”Di kampung kalau mau berdoa cukup baca Yasin atau ziarah kubur. Sekarang harus ke Mekkah dengan biaya tinggi. Beragama jadi mahal.”
Cuitan lainnya: ”Padahal kalau kita umrah berarti kita menyumbang devisa bagi Arab Saudi.” Untuk ini Zuhairi membuat tagar konspirasi. Asumsi bahwa umrah adalah bagian kejahatan konspirasi untuk menguntungkan negara Saudi Arabia.
Menurutnya pula, ”Secara sosiologis ziarah kubur itu menjadikan biaya beragama relatif lebih murah daripada harus umrah ke Mekkah.”
Betapa melecehkan ketentuan Allah swt jika soal ibadah diukur semata pada nilai materi. Allah pun tidak pernah memaksakan ibadah umrah tetapi mengembalikan pada kemampuan. Akan tetapi Zuhairi dengan alasan materi telah menafikan syariat Allah tentang perintah melaksanakan ibadah umrah.
Bagaimana bisa jika seorang duta besar di negara tempat dua kota suci Makkah dan Madinah berada, justru yang dipilih profil aktivis yang menistakan syariat, mengecilkan makna ibadah umrah, serta menyerang pemerintah Saudi Arabia?
Menganggap umrah sebagai konspirasi demi devisa Saudi adalah perbuatan kriminal.
Menko Polhukam Kesal
Menko Polhukam Mahfud MD pernah merasa kesal dengan cuitan Zuhairi Misrawi tentang umrah yang dibandingkan dengan ziarah kubur berharga murah. Mahfud MD menyatakan,”Banyak orang yang berwisata ke Eropa, Australia, Amerika dan negara lain sekadar wisata. Masak orang berwisata umrah diejek? Keblinger toh. Genit.”
Duta besar model seperti ini bakal memalukan diri sendiri karena menista syariat, merendahkan bangsa dengan kualitas rendah keagamaan, serta tidak akan mampu membangun persahabatan dengan pemerintah Saudi. Tak ada yang bisa diharapkan dari duta besar yang tidak menghargai bangsa dan umatnya sendiri serta melecehkan negara di mana ia bertugas.
Karenanya wajib kita sebagai bangsa bermartabat dan umat Islam yang senantiasa khidmah ibadah kepada Allah untuk menolak pengangkatan Zuhairi Misrawi sebagai duta besar di Kerajaan Saudi Arabia. Meskipun kita paham bahwa urusan mengangkat duta dan konsul itu kewenangan presiden, tetapi aspirasi rakyat harus didengar.
Publik layak untuk mendesak Kementrian Luar Negeri Indonesia mencabut usulan Zuhairi Misrawi sebagai Duta Besar Saudi Arabia dan meminta Komisi I DPR RI agar menolak Zuhairi Misrawi untuk dilakukan fit dan proper test calon duta besar.
Wajar dan demi menjaga harmoni hubungan Indonesia dengan Saudi Arabia sangat dimengerti jika pemerintah Saudi tidak mau menerima Zuhairi Misrawi untuk ditempatkan sebagai Duta Besar Republik Indonesia di Kerajaan Saudi Arabia.
Tolak Zuhairi Misrawi. Dia memang tidak pas dan pantas jadi Dubes di Saudi. Tahu diri dengan mundur itu lebih baik. (*)
Bandung, 25 Februari 2021
Editor Sugeng Purwanto