PWMU.CO – Zainuddin Maliki: Dua Kekuatan Ini Bahayakan Indonesia. “Di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara yang semakin terbuka, ada dua kekuatan ideologi asing yang mencoba menjauhkan bangsa Indonesia dari Pancasila,” kata Zainuddn Maliki.
“(Yaitu) Ideologi kiri yang dikembangkan negara komunis di satu sisi, dan di sisi lain ideologi liberal yang dikembangkan negara-negara kapitalis. Mereka melakukannya dengan berbagai cara antara lain dengan membuat generasi muda tidak tertarik Pancasila,” terangnya.
Anggota DPR/MPR RI dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Prof Zainuddin Maliki menyampaikan hal itu saat Sosialisasi Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Nernegara di Pondok Pesantren at-Taqwa, pimpinan Kiai Hasan Nawawi, Kranji, Paciran, Lamongan, Selasa (23/2/21).
“Tentu menjadi semakin berbahaya jika para pengambil kebijakan juga dijauhkan dari nilai-nilai Pancasila,” dia mengingatkan.
Menurutnya, para Founding Fathers telah mewariskan Pancasila untuk dijadikan pijakan memajukan bangsa ini. Dengan Pancasila bangsa ini diyakini bisa tumbuh menjadi bangsa besar karena memiliki mental kuat, rasa kemanusiaan, sikap adil dan beradab.
Bangsa Indonesia yang berbhineka dapat dipersatukan dalam bingkai NKRI. Masalah berbangsa dan bernegara dipecahkan dengan musyawarah.
“Lebih daripada itu, keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia dijadikan sebuah keniscayaan,” tegasnya.
Zainuddn Maliki mengatakan, penganut ideologi kiri bukan hanya berusaha menjauhkan bangsa ini dari Pancasila yang menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa pada sila yang pertama.
“Mereka tak ingin negeri ini dibangun atas dasar nilai dan keyakinan beragama. Kekerasan dan cara-cara radikal adalah ciri gerakan mereka. Dalam catatan kekuatan ideologi kiri ini terlibat dalam upaya merebut kekuasaan sah dengan meninggalkan tragedi dan trauma sejarah yang tidak mudah dilupakan,” ungkapnya.
Sementara itu, sambung dia, dari arah kanan jaringan liberal ingin mengganti Pancasila dengan ideologi yang mengedepankan paham kebebasan individu.
“Liberalisme dalam praktik melahirkan sekelompok kecil tetapi memiliki modal besar yang menjelma menjadi sebuah oligarki. Dengan modal finansialnya yang kuat, mereka menguasai banyak sumberdaya langka.
“Mereka kendalikan kebijakan mulai dari hulu hingga hilir. Mulai dari pembuatan peraturan perundangan, perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi kebijakan,” kata dia.
Di banyak negara, termasuk Amerika Serikat, dia melanjutkan, pada umumnya oligarki diisi para pemburu rente. Yaitu pelaku bisnis yang hanya memikirkan keuntungan dirinya.
Menurutnya, mereka tidak peduli keuntungan yang diperolehnya merusak lingkungan, merusak sistem ekonomi politik dan mendistorsi demokrasi.
“Mereka tidak punya pemihakan kepada yang lemah sehingga tidak peduli yang miskin semakin miskin dan yang lemah semakin terpinggirkan,” ujarnya.
Dia menegaskan, melihat tantangan yang berat itu maka menegakkan Pancasila yang diwariskan para founding fathers membutuhkan kesungguhan, kerja keras, dan kerja cerdas.
Oleh karena itu di depan para santri Pondok Pesantren Attaqwa Kranji Lamomgan yang rata-rata juga mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi itu, politisi Partai Amanat Nasional ini mengajak untuk hadir menjadi pengawal Pancasila.
“Ajak seluruh elemen masyarakat memahami, menghayati dan mengamalkan secara nyata nilai-nilai Pancasila dalam kehidupn berbangsa dan bernegara,” pesannya. (*)
Editor Mohammad Nurfaoni