PWMU.CO – Siswa Berlian School mengunjungi Kebun Percobaan Universitan Internasional Semen Indonesia (UISI) secara virtual, Kamis (25/2/21).
Kepala SD Muhammadiyah 2 GKB (Berlian School) Fauzuddin Ahmad SPd dalam sambutanya menyampaikan acara yang diikuti Siswa keals VI dan V ini sebagai pengganti agenda Field Trip yang dilaksanakan satu tahun sekali.
“Virtual tour ini untuk menambah wawasan tentang kelestarian lingkungan. Berhubung masa pandemi, siswa diajak kunjungan ke kebun percobaan UISI secara virtual. Siswa bisa belajar berkebun meskipun secara daring,” ujarnya.
Dia mengatakan berkebun bisa dijadikan suatu hobi alternatif selama pandemi. Pada masa pandemi ini, lanjutnya, memang cocok untuk berkebun, mulai menanam sayur-sayuran atau bunga. Nah, sambungnya, aktivitas ini bisa dilaksanakan di rumah agar tetap produktif meskipun di rumah saja.
Ajak Lihat Jambu Kristal
Staf Sarana Prasarana dan Iingkungan Hijau UISI Ita Noviyanti SSi, pemandu acara mengajak siswa melihat kebun percobaan UISI yang terletak di Kampus C jalan KIG Selatan Gresik. Di kebun ini, siswa bisa menyaksikan jambu kristal.
“Pusat perkuliahan Kampus C juga memiliki fasilitas yang dapat digunakan sebagai lahan pertanian, green house dan laboratorium proses. Di lahan pertanian dan green house ini dibudidayakan tanaman hortikultura (tanaman kebun) salah satunya adalah jambu kristal yang masih berumur sekitar dua tahun,” jelasnya pada siswa.
Jambu keristal ini, sambungnya, sudah berbuah dan buahnya terbungkus plastik.
“Mengapa harus dibungkus plastik?” tanya Ita, sapaan akrabnya, kepada siswa secara virtual.
“Tujuannya agar tidak terserang lalat buah sehingga buah tidak mudah busuk,” jawabnya.
Belajar Cara Mencangkok
Selain melihat jambu kristal, siswa juga diajak untuk belajar mencangkok. Ita menjelaskan untuk mencangkok jambu kristal perlu dipersiapan alat dan medianya.
“Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk mencakok diantaranya tanah yang lembab yang bisa dikepal, plastik untuk membungkus cangkokan. Selain itu juga dibutuhkan tali, gunting, dan pisau,” ujarnya.
Dia memaparkan tidak semua tanaman bisa dicamgkok. Yang bisa dicangkok adalah tanaman-tanaman dikotil. Pada saat mencangkok harus memilih tanaman yang sehat pilih dahan yang lurus dan mempunyai diameter minimal 1 cm.
Untuk langkah-langkah mencangkok, lanjutnya, perlu dilakukan menyayat sekitar 5 sampai 10 cm untuk menghilangkan kulit batangnya. Kemudian dikerak sampai tidak licin harus benar-benar bersih agar proses pencangkokan tidak terbentuk lagi.
“Langkah berikutnya adalah menutup dengan tanah yang lembap, menyiapkan plastik lalu dibungkus dan ditali bagian atas dan bawahnya,” jelasnya.
Siswa Keliling Kebun
Setelah diajak belajar mencangkok, Ita mengajak siswa berkeliling kebun secara virtual sekaligus menjelaskan cara budidayanya. Siswa melihat buah naga, serai, sawo, pisang raja, tomat, dan cabe.
“Itu tadi adalah tanaman yang ada di kebun percobaan. Sekarang kita masuk ke ruangan laboratorium. Ini adalah tempat proses yang bisanya digunakan mahasiswa Teknologi Pertanian untuk mengolah hasil panen dari kebun menjadi prodak yang siap konsumsi.”
Setelah berkeliling kebun, di bagian akhir acara ini , siswa diajak belajar membuat pupuk cair. Ita menjelaskan kepada siswa cara membuat pupuk cair dari bahan rendaman beras.
“Bahan yang diperlukan untuk membuat pupuk cair yaitu air rendaman beras sekitar 600 ml, gula pasir, sendok makan, effective microorganism (EM) 4, botol, dan gelas ukur,” ujarnya.
Caranya, langkah pertama adalah masukan gula pasir, kedalam air rendaman beras, masukan EM4 satu tutup botol, diaduk, sampai larut masukan ke gelas ukur lali masukan ke dalam botol dan didiamkan selama tujuh hari, setiap hari harus dibuka tutup agar mengeluarkan gas.
Selain pupuk cair, siswa juga diperlihatkan cara membuat pupuk dari daun kering dan basah. Mereka tampak antusias memperhatikan video yang ditayangkan pemateri. (*)
Penulis Fiska Puspa Dwi Arinda. Editor Ichwan Arif.