PWMU.CO – Punya 4.000 masjid, populasi warga Muslim 10 persen dari jumlah penduduk di Thailand menjadi tantangan Dr Abdul Hafiz Hilley, alumnus UNY.
Presiden Organisasi Muhammadiyah Thailand itu menceritakannya dalam Upgrading Pimpinan Muhammadiyah Sesi Ke-5, bertema “Dakwah Islam dan Perkembangan Muhammadiyah Pengalaman di Thailand dan Cambodia”, Sabtu (27/2/21).
Selain Dr Abdul Hafiz Hilley, hadir dalam kegiatan yang diselenggarakan Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim tersebut Ketua Musa Asiyah Foundation Cambodia Prof Dr Mohd Zain Musa.
Dr Abdul Hafiz Hilley, merupakan alumnus S2 Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Yogyakarta—kini Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tahun 1997. Pascalulus dia banyak berperan di dunia pendidikan.
“Setelah lulus, saya berperan di dunia pendidikan. Menjadi ketua jaringan sekolah agama swasta di Thailand Selatan, yang mempunyai 500 lebih sekolah agama dari berbagai tingkat, mulai SD hingga SMA,” ujarnya.
Dia menjelaskan, jika negara yang kerap disebut Negeri Gajah Putih itu mempunyai 77 provinsi. “Tapi luas kawasannya hampir sama dengan pulau Sumatera saja. Saya dari Provinsi Yala yang berbatasan dengan Malaysia. Terkenal dengan Pattani. Pattani punya tiga provinsi, yakni Yala, Pattani, dan Narathiwat. Bahasa pertama atau bahasa ibunya adalah melayu, sedangkan bahasa negaranya Thailand,” tutur Abdul Hafiz.
Penduduk di Thailand, sambungnya, berjumlah 68 juta jiwa. Muslim sekitar 10 persen yang hampir menempati seluruh wilayah Thailand. “Lembaga agama tertinggi di Thailand adalah Kantor Agama Islam yang mempunyai tuan guru, yang di Indonesia disebut kiai. Ada undang-undang agama Islam di Thailand,” tambah dia.
Punya 4.000 Masjid
Majelis agama Islam wilayah di Thailand ada 40 provinsi. “Karena persyaratan mengadakan majelis agama Islam atau wilayah di provinsi, harus mempunyai masjid yang terdaftar di pemerintah berjumlah tiga masjid ke atas. Jumlah masjid secara keseluruhan di Thailand hampir 4.000 masjid, yang separuhnya atau 2000 masjid berada di provinsi Thailand Selatan,” kata Abdul Hafiz.
Abdul Hafiz juga menyampaikan, jika penduduk Muslim-nya yang berjumlah 6.8 juta jiwa itu menempati seluruh provinsi. Bagi wilayah atau provinsi yang tidak ada masjid, atau yang jumlahnya kurang dari tiga dan terdaftar di pemerintah, tidak boleh punya kantor urusan agama Islam wilayah.
“Ada 44 majelis di bawah Majelis Agama Islam Thailand. Di bawah Undang-Undang Pentadbiran Agama Islam Tahun 1997. Islam di Thailand yang mayoritas ada di tiga provinsi yang berpenduduk 3 juta jiwa, yang memeluk Islam 85 persen. Provinsi Songkla dan Chiang Mai mayoritas Buddha,” jelasnya.
Dia menyebut, perkembangnan Islam di Thailand berlangsung dinamis. Ada beberapa jamaah yang bergerak di Thailand seperti Jamaah Tabligh.
“Sama dengan Malaysia dan Indonesia, majelis kami adalah no government organization (NGO). Jadi tidak dapat bantuan dari pemerintah. Hanya kegiatan yang dapat bantuan. Semua petugas adalah sukarelawan, baik majelis agama Islam wilayah maupun yang di pusat,” terang Abdul Hafiz.
Di bawah Kementerian Kebudayaan adalah departemen agama yang membawahi semua agama. Muhammadiyah sebagai organisasi yang bergerak di bidang pendidikan. Di Thailand banyak anak-anak yang belajar di Indonesia.
“Sekarang pelajar di Pattani itu yang sedang belajar di Indonesia ada sekitar 7 ribu orang. Yang beasiswa dari Persyarikatan Muhammadiyah sangat banyak sekali. Ada MoU, kerja sama antara perguruan tinggi di Indonesia dengan Lembaga pendidikan di Thailand sangat marak sekali,” paparnya.
Ihwal Muhammadiyah Thailand
Dia mengatakan, jumlah pelajar di luar negeri yang paling banyak di Indonesia, sekitar 7.000 orang. Di Mesir sekitar 3.000 orang. Lainnya ada di Timur Tengah seperti Pakistan dan Libya.
“Banyak anak-anak kami di Pattani yang belajar di perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM), seperti di Malang, Surabaya, Jember, Yogyakarta, dan sampai ke Kalimantan, Sulawesi, Sumatera Utara, hingga Aceh,” kata dia.
Dia lalu bercerita, bagaimana ihwal terbentuknya Muhammadiyah Thailand. “Para alumni dari berbagai PTM tadi berbincang dan membentuk organisasi Muhammadiyah Thailand. Yakni pada tanggal 18 November 2017. Dan kini sudah berusia empat tahun. Kami mengadakan pertemuan untuk membentuk organisasi di University Rajabhat, Yala,” ungkap Abdul Hafiz.
Abdul Hafiz sendiri bergerak lebih khusus di Thailand Selatan. “Karena di Bangkok ada cucu KH Ahmad Dahlan, yakni Asc Prof Winai Dahlan di Chulalongkorn University. Kami juga membentuk wakil-wakil di setiap kawasan. Baik di tengah maupun di timur, kami berusaha mengadakan wakil-wakil,” tambahnya.
Kegiatan Organisasi Muhammadiyah di Thailand lebih khusus di bidang pendidikan dan juga dakwah. Baik di sekolah-sekolah maupun di tempat lainnya. “Kami juga berusaha secara bertahap untuk berkembang seperti Muhammadiyah di Indonesia,” ujar dia.
Organisasi Islam Modern
Di Thailand itu, sambung Abdul Hafiz, Muhammadiyah terkenal dengan organisasi Islam modern. “Jadi mereka (masyarakat Thailand) tidak setuju dengan Islam konservatif. Maka kami bekerja sama dengan pemerintah Thailand di bidang pendidikan dan dakwah di kawasan ini,” paparnya.
Abdul Hafiz juga menyebut jika bulan Januari kemarin organisasinya berproses menjadi asosiasi. Dia berharap nanti bisa mendapat register dan terdaftar di pemerintah. “Sekarang masih mengurus. Karena nanti bantuan dari pemerintah untuk SD-SMA itu cukup tinggi jika terdaftar,” katanya.
Jika nanti sudah terdaftar sebagai asosiasi, kata dia, nanti kita berupaya mendirikan sekolah Boarding School Muhammadiyah di Thailand dengan pengantar bahasa Inggris.
“Yang nantinya semoga ada perguruan tinggi Muhammadiyah di Thailand, insyaallah. Semoga kegiatan Muhammadiyah di Thailand menjadi lancar dan mohon dukungan dari warga Muhammadiyah di Indonesia,” tandasnya.
Penulis Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.