PWMU.CO – Membumikan Paham Islam Berkemajuan menjadi tema menarik dalam “Kajian Islam Guru dan Karyawan SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo”, yang digelar secara virtual, Jumat (26/2/2021).
‘Hadir’ sebagai pembicara dari , Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Prof Dr Biyanto MAg. Sementara, sang moderator Misbach MPd, guru al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK), memandu acara dari studio Smamda.
Menurut Guru Besar Bidang Ilmu Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya itu, kata berkemajuan ternyata sudah dikenalkan oleh KH Ahmad Dahlan sejak tahun 1912 .Tidak sekadar kata, menurut Biyanto, realisasi berkemajuan juga telah dilakukan oleh pendiri Muhammadiyah itu.
“Seperti kita lihat di film Sang Pencerah, Kiai Dahlan meluruskan arah kiblat, mendirikan sekolah modern, berkhutbah dengan bahasa lokal, dan sebagainya,” ulasnya.
Lebih lanjut, Biyanto menjelaskan sejarah paham Islam berkemajuan ini secara runtut. Mulai 1922 Islam berkemajuan diidentikkan dengan agama nalar, tulisan KH Mas Mansur (1941), dan hasil muktamar Muhammadiyah (1968, 2010, 2015).
Pondasi Islam Berkemajuan
Kader kelahiran Laren Lamongan ini menegaskan, untuk membumikan spirit Islam berkemajuan perlu lima pondasi. Pertama, bertauhid kepada Allah. Bila sudah menyatakan beriman kepada Allah, maka wujudkanlah dalam bentuk ibadah.
“Guru-guru atau pegawai di sekolah atau amal usaha Muhammadiyah, hendaklah bekerja tidak semata-mata berniat untuk memperoleh ujrah (gaji), melainkan juga ajrun (pahala). Apalagi bila kita bisa memahami al-Quran dan as-Sunah,” terangnya.
Kedua, kuntum khaira ummah yaitu umat Islam sebagai yang terbaik sebagaimana dalam Ali Imran 110. Konsep itu diperkuat dengan fastabiqul khairat, kompetisi dalam kebaikan sebagaimana dalam al-Baqarah148, juga al-Maidah 48.
Berorientasi Kekinian
Ketiga, perlu melembagakan amal saleh yang fungsional dan solutif. Dia mencontohkan, seorang Kristiani yang bangga menjadi lulusan sekolah Muhammadiyah yang didirikan di wilayah minoritas Islam.
“Walaupun belum dapat mengubahnya menjadi seorang Muslim, tapi Muhammadiyah dapat berbuat baik untuk orang banyak,” ungkap Biyanto.
Keempat, adalah berorientasi kekinian dan masa depan. Menurut Biyanto, Islam berkemajuan selalu mengikuti perkembangan zaman dan bekerja untuk masa depan.
“Hendaknya guru-guru Muhammadiyah dalam bertugas, selalu berpikir untuk masa depan generasi emas,” pesan dia.
Kelima, bersikap toleran, moderat, dan suka bekerja sama. “Jadilah kader Muhammadiyah yang luas dalam bergaul, sehingga dapat meluaskan dakwah Muhammadiyah. Jangan eksklusif! Jadilah kader Muhammadiyah yang berdiaspora ke segala bidang. Jadilah apa saja, namun nanti kembali ke Muhammadiyah,” harap Biyanto seperti mengingatkan pesan KH AHmad Dahlan.
Berkemajuan dalam Bidang Pendidikan
Menurut ayah dua anak ini, spirit Islam berkemajuan dalam bidang pendidikan harus direalisasikan sekolah-sekolah Muhammadiyah.
Caranya, dengan mengubah kerangka berpikir. Mulai dari hal-hal terkecil namun bermakna, konsisten, hingga menjadi bagian dari jaringan sekolah unggul.
Biyanti menegaskan, sekolah-sekolah Muhammadiyah juga harus mengembangkan franchise and creative immitation. Yakni selalu mengembangkan daya jual sekolah kepada masyarakat dengan mencari pembeda dan apa sebenarnya keinginan masyarakat.
“Dalam hal ini, sekolah harus kreatif,” ujarnya.
Sekolah Muhammadiyah, sambung dia, juga perlu melakukan rebranding atau newbranding sehingga memiliki ciri tersendiri. “Apakah akan menguatkan kembali branding sekolah yang sudah ada, atau membuat branding yang baru,” ujarnya.
Dia juga berharap agar sekolah Muhammadiyah dapat mencetak individu tangguh, yang bukan sekadar sarjana kertas atau manusia passengers yang selalu bergantung pada orang lain
“Sekolah-sekolah Muhammadiyah hendaknya dapat mencetak generasi yang tangguh, mandiri, dan dapat menebarkan pengetahuan yang sudah diperolehnya dari sekolah,” tutur Biyanto.
Dia melanjutkan, sekolah Muhammadiyah tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), namun harus dapat memberikan living example atau keteladanan kepada anak-anak didik.
Gerakan Lamban tapi Berkekuatan Tinggi
Mengutip James William F, yang mengatakan education is slow movement powerful force (pendidikan adalah gerakan lambat namun menghasilkan kekuatan tertinggi), Biyanyo mengajak sekolah Muhammadiyah menjadi tempat proses mencetak anak-anak agar menjadi kepribadian yang utuh. Sehingga di masa depan lahir generasi emas yang berkepribadian kuat
“Smamda tentu saja harus dapat mewujudkannya,” ujarnya memotivasi.
Di akhir paparannya Biyanto pun memuji Smamda. “Smamda merupakan bagian dari success story Muhammadiyah atas capaian-capaian prestasinya. Kisah sukses prestasi Smamda menjadikan Muhammadiyah bangga,” ungkapnya.
Oleh sebab itu, sambungnya, untuk menjadikan Muslim yang berkemajuan melalui pendidikan, maka perlu menjadikan Smamda lebih maju, modern, dan dapat mengalahkan sekolah-sekolah yang dianggap maju.
“Hendaknya spirit Islam berkemajuan diwujudkan lebih kongkret, yaitu dengan memajukan sekolah dan menyejahterakan warga Smamda. Selamat dan Sukses untuk Smamda!” ucapnya. (*)
Penulis Siti Agustini Editor Mohammad Nurfatoni