PWMU.CO – 150 tokoh Muhammadiyah Jatim mengikuti vaksinasi Covid-19 di Gedung Muhammadiyah Jawa Timur, Jalan Kertomenanggal IV/1 Surabaya, Senin (1/3/2021), yang dihadiri Kepala Dinas Kesehatan Jatim dr Herlin Ferliana MKes.
Ketua Panitia Pelaksana Vaksinasi Tokoh Muhammadiyah Jawa Timur, Dr dr Sukadiono MM, menyatakan, ini adalah program vaksinasi untuk tokoh agama. Selain Muhammadiyah, tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama (NU) juga telah mengikuti program ini.
Vaksinasi untuk tokoh agama ini, menurut Dokter Suko, sapaan akrabnya, memang perlu didahulukan. “Karena tokoh agama adalah tenaga publik yang banyak berinteraksi di lapangan,” ujarnya.
Saat ini Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim mendapatkan jatah sekitar 150 orang. Jatah tersebut dibagi untuk PWM, Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA), organisasi otonom, majelis dan lembaga atau yang dikenal sebagai unsur pembantu pimpinan.
“Tentu tidak semua bisa mendapatkan karena terdapat pembatasan alokasi jumlah vaksin yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur,” ujarnya saat berbincang melalui sambungan telepon seluler dengan PWMU.CO, Ahad (28/2/2021) sore.
Bendahara PWM Jatim itu menambahkan, program ini tidak hanya untuk tokoh yang sudah berusia lanjut alias lansia. Melainkan untuk semua usia asalkan memang masuk ke dalam tokoh Muhammadiyah Jawa Timur.
Penentuan ke-150 yang berhak mengikuti vaksinasi ini adalah berdasarkan ketokohannya. “Yang masuk kategori memang benar-benar tokoh itu. Kalau lembaga, majelis, dan ortom ya ketua dan sekertarisnya itu. Kalua yang, misalnya, hanya di divisi, tidak kita masukkan,” terangnya.
Menurut Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya ini, dari kandidat penerima vaksin itu semua bersedia mengikutinya alias tidak ada yang menolak. “Semuanya bisa menerima dengan antusias dan senang. Karena mungkin selama ini mendapatkan edukasi tentang vaksin yang diberikan oleh teman-teman kesehatan di Muhammdiyah dari MCCC dan rumah sakit Muhammadiyah itu,” ungkapnya.
Syarat Mengikuti Vaksinasi Covid-19
Dokter Suko menerangkan, dari yang sudah menyatakan bersedia itu tetap harus memenuhi tiga syarat. “Pertama, tidak pernah terkena Covid-19. Kedua, mungkin sudah terinfeksi tapi kadar antibodinya masih rendah. Ketiga, tentu nanti pada saat diperiksa tensi dan kadar gulanya normal,” urainya.
Untuk syarat kedua, mereka perlu mengikuti tes terlebih dahulu di RS Siti Khodijah Sepanjang, Sidoarjo, untuk mendapat rekomendasi. Sedangkan penderita diabet dan hipertensi dicek dulu kadar gula dan tekanan darahnya. Selama masih normal vaksinasi akan dilakukan.
Dokter Suko juga menjelaskan, bagi yang tidak pernah tes rapid antigen atau tes swab PCR,—yang mungkin saja sudah terinfeksi tapi tanpa gejala (OTG)—juga tidak masalah mengikuti vaksinasi ini. “Kalua OTG biasanya virus yang menginfeksi tidak terlalu banyak sehingga tidak terlalu berbahaya,” kata dia.
Bagi yang belum termasuk penerima vaksin Covid-19 sesi pertama ini dr Suko berharap agar mereka memahaminya, karena memang jumlahnya terbatas. ‘
‘Ya saya kira ada semacam komplain atau protes itu wajar.Tapi tetap kita tampung dan kita usahakan lagi untuk sesi yang kedua untuk tokoh-tokoh Muhammadiyah yang belum mendapatkan vaksin itu. Yang sesuai syarat itu, dan memang tokoh Muhammadiyah,” jelas dia.
Tapi dia sendiri belum tahu kapan dapat jatah lagi dari pemerintah. “Kita menunggu telepon dari Dinas Kesehatan Provinsi Jatim. Dan kita juga tidak tahu apakah masih akan ditambahi lagi atau tidak penerima vaksin ini karena banyak organisasi-organisasi yang dilibatkan,” ujarnya.
Terjunkan 10 Vaksinator
Vaksinasi yang melibatkan sekitar 150 tokoh Muhamamidyah Jatim ini dibagi dalam tujuh kloter. Masing-masing kloter terdiri dari sekitar 20-an orang. Kloter pertama berlangsung pukul 09-10.30 dan kloter terakhir pukul 15.30-16.30. Protokol kesehatan tetap ditegakkan dalam kegiatan ini: memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Untuk melayani vaksinasi 150 orang itu, pantia menerjunkan 10 tenaga medis dari RS Siti Khodijah. Terdiri dari dokter, perawat, dan tim analis yang sudah mendapat sertifikat sebagai tenaga vaksinator.
Bahkan, dua dokter spesialis penyakit dalam RS Siti Khodijah ikut diterjunkan. Menurut dr Suko, hal itu dilakukan untuk mengawasi barangkali terjadi efek samping dari vaksin. “Meskipun itu sangat jarang,” tegasnya. Sementara tim dari Dinas Kesehatan Porvinsi Jatim hanya bertugas sebagai controling.
Dia menjelaskan, vaksinasi ini akan dilakukan dua kali suntik. “Untuk yang berada di bawah usia 60 tahun selang 14 hari untuk suntik kedua. Tapi kalau yang lansia itu selisih 28 hari,” terang dr Suko yang sudah mengikuti vaksinasi Covid-19 sebelumnya sebagai tenaga medis. (*)
Penulis/Editor Mohammad Nurfatoni