Permainan Kasar Moeldoko opini oleh M Rizal Fadillah, pemerhati politik dan kebangsaan.
PWMU.CO– Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Sibolangit disebut sebagai kongres abal-abal karena sudah dipastikan melabrak AD/ART Partai. Tetapi apa peduli karena ini bukan misi kader untuk memperbaiki Partai Demokrat melainkan misi mengacak-acak atau mengambilalih kepemimpinan partai secara paksa. Dimulai dengan pembelahan dua kepengurusan.
Rakyat dapat membaca dengan mudah. Ini permainan kasar Moeldoko yang menjadi kepanjangan tangan kekuasaan. Bukan pribadi semata. Moeldoko adalah Kepala Staf Kepresiden (KSP) yang bermukim di Istana. Muncul pernyataan bahwa polisi tidak mengizinkan tapi tidak membubarkan. Masalah internal, katanya.
AHY sang Ketum Partai Demokrat yang diruntuhkan mengancam untuk melawan. SBY minta Menkumham tidak mengesahkan hasil KLB. Andi Arief berkoar Istana akan digeruduk. Tentu semua akan melihat bukti-bukti nyata untuk membuat Istana gentar.
Jika tidak ya nasib berbicara lain Menkumham mengesahkan hasil KLB. Artinya, matilah SBY dan AHY. Demokrat abal-abal berubah menjadi Demokrat baru tangan Istana, koalisi hasil kooptasi atau aneksasi. Persetan dengan demokrasi, katanya.
Democrazy
Demokrasi dipersetankan dan diplesetkan menjadi democrazy. Kekuasaan orang-orang gila. Gila kekuasaan dan gila kejumawaan. Dalam era transaksional, menjadi gila kekayaan juga. Memalukan? Sudah terlalu banyak kasus hingga kebal dengan peristiwa memalukan atau memilukan. Yang penting tujuan dapat tercapai dan rakyat aman aman atau diam-diam saja.
Sebenarnya sinyal gerakan kudeta sudah tercium beberapa waktu lalu, dan menjadi bahasan publik. Akan tetapi AHY dan SBY tak mampu menahan gerakan hingga terlaksana KLB Partai Demokrat di Deli Serdang.
Gerakan gaya Orde Baru dijalankan oleh rezim berbau Orde Lama. Membuldoser reformasi yang goyah dan hampir mati diserang pandemi. Virus politik suka-suka.
Permainan kasar atau radikalisme Moeldoko untuk satu tahap telah berhasil membuat pembelahan Partai Demokrat. SBY tengah mengurut dada sambil berdendang ’sakitnya tuh di sini’ sementara mungkin Jokowi menyanyi ’kau yang mulai, kau yang mengakhiri’ lalu Moeldoko menimpali dengan lagu Queen ’we are the champions’ walaupun mungkin lirik pendek ’we can be heroes, just for one day’ David Bowie.
Permainan kasar Moeldoko tidak akan mendapat peluit pelanggaran dari wasit. Karena wasit permainan itu adalah Aku. (*)
Bandung, 6 Maret 2021
Editor Sugeng Purwanto