Ujian kreativitas guru kala lemah sinyal melanda kelas daring Olahraga, Seni, dan Teknologi (OST) Collabs Edition SD Mugeb dan Berlian School.
PWMU.CO – Menyelenggarakan kegiatan di tanggal cantik (4-3-2-1), ternyata tidak menjamin berjalan lancar. Setidaknya, itulah yang terjadi pada kelas daring Olahraga, Seni, dan Teknologi (OST) Collabs Edition, Kamis (4/3/21) siang. Hadirnya partisipan dari dua kota yang bersebelahan: Lamongan dan Gresik, adalah sebab-musababnya.
Padahal, Bidang OST menggarap setiap kegiatan sekolah yang ada di bawah naungannya dengan serius, termasuk kegiatan ini. Koordinator Bidang (Korbid) OST SD Mugeb Mar’atus Sholichah SPd dan Korbid OST Berlian School Alimmatul Ghoriyah SH telah bekerja sama dengan baik dalam menyiapkan OST Collabs Edition Maret ini.
Tidak saja bekoordinasi sesama anggota, mereka juga telah berkomunikasi dengan pemateri sebelum hari ‘H’ pelaksanaan kegiatan.
Tapi, seperti pepatah, tak ada gading yang tak retak. Ada saja faktor X yang membikin beberapa bagian kegiatan terlaksana di luar rencana. Itulah yang dialami Pembina Ekstrakurikuler Catur Berlian School, Addien Nur Habibillah SPd, yang bertugas sebagai pematerinya. Ia terkendala jaringan internet di tengah kegiatan berlangsung.
“Karena sinyalnya jelek, pemateri tidak bisa share screen (membagikan tampilan layar). Sering terpental (keluar otomatis dari Zoom Cloud Meeting). Dan suaranya (terdengar) putus-putus,” ungkap Mar’ah—sapaan akrab Mar’atus Sholichah SPd.
Ima—sapaan akrab Alimmatul Ghoriyah SH—menambahkan, sebenarnya kendala susah sinyal sudah diantisipasi. Caranya: mengundang pemateri asal Sukodadi Lamongan tersebut ke sekolah. Tapi hal ini urung mereka lakukan karena mereka ingin mengurangi kehadiran langsung di sekolah pada masa pandemi ini.
Keluwesan Guru Hadapi Ujian Sinyal
“Halo, apakah sudah kelihatan?” tanya Habib—sapaan Addien Nur Habibillah—yang masih berusaha menampilkan aplikasi catur dari laptopnya.
“Masih belum tampil,” ujar Mar’ah yang disahuti peserta—siswa kelas I sampai V—hampir bersamaan. Beberapa saat kemudian Mar’ah kembali menginformasikan, “Belum (terlihat) Kak Habib, ini masih (terlihat) hitam,” katanya.
Ujian susah sinyal melanda saat Mar’ah yang menjadi pemandu acara tunggal siang itu. Kala itu Ima mendapat tugas lain sehingga tidak bisa menjadi pemandu seperti di edisi sebelumnya. Alhasil, Ima mendelegasikan kepada seorang rekannya dari SD Berlian untuk mewakilinya di acara tersebut.
“Saya sampai lupa tidak membuka sesi tanya jawab, saking bingungnya,” cerita Mar’ah sambil tertawa mengingat perjuangannya kemarin. Sebab, biasanya jika ia memandu acara bersama Ima. Ima-lah yang bertugas menyemarakkan sekaligus menenangkan suasana.
“Mungkin kalau ada Ustadzah Ima lebih seru yaa, berhubung saya sendirian jadi keduluan bingung hehehe,” ungkap Mar’ah setelah acara usai.
Sempat Bingung
Kepada PWMU.CO melalui WhatsApp, Sabtu (6/3/21) Mar’ah berkisah, ia bertambah bingung saat Habib tiba-tiba menghilang dari forum daring itu. Mengingat, ia sendiri tidak memahami cara dan aturan olahraga catur.
Meski merasa mati gaya dan sungkan di hadapan para siswa, namun ia tetap berusaha mengondisikan para siswa sambil menunggu kemunculan Habib. Di sini kreativitas dan keluwesannya sebagai guru diuji.
Maka, beberapa pertanyaan sederhana ia lontarkan untuk mencairkan suasana.
“Anak-anak pernah main catur di rumah?” tanyanya.
“Pernaaah!” sambut peserta.
“Punya catur?” lanjut Mar’ah bertanya. Dengan riuh peserta pun menjawabnya. Ada yang punya, ada yang tidak.
Menyadari Habib masih berjuang mengatasi kendala sinyal, dialog interaktif berlanjut asik. Mar’ah lalu bertanya kepada peserta, seperti “Biasanya main sama siapa?” dan “Yang menang biasanya siapa?”
Jawaban-jawaban polos dari para peserta pun meramaikan kelas daring yang sementara kehilangan pematerinya itu. “Main sama mama, kakek, papa, kadang aku yang menang, tapi kadang kalah,” jawab salah satu peserta dengan lantang.
Munculkan Kreativitas Guru
Sekitar menit ke-30 hingga menit ke 41, Habib masih terpental. Tak habis akal, dengan bantuan operatornya, Mar’ah memutarkan video catur dari kanal YouTube.
Di video tersebut, tampak pion hitam ada di D5, sedangkan pion putih ada di C4. Kemudian, Mar’ah menunjukkan pada siswa alternatif pilihan selain pilihan klasik pion-makan-pion. Misal dengan memajukan pion lainnya, yaitu pion C6 atau E6. Pilihan lainnya, bisa melindunginya dengan kuda F6. Kemudian video tersebut menguraikan berbagai kemungkinan dari setiap alternatif pilihan.
Beberapa saat kemudian perasaan lega membanjiri Mar’ah. Habib berhasil bergabung kembali ke Zoom Cloud Meeting. Namun ternyata ia masih kesulitan menampilkan aplikasi sekaligus menjelaskan. Akhirnya mereka menduga, aplikasi tersebut tidak bisa dijalankan dengan menampilkan di layar kelas daring.
Lantas Habib mencoba menampilkan video dari ponselnya. Lagi-lagi, sinyalnya tidak mendukung sehingga suaranya terputus. Menyadari hal ini, Habib menyerah dan memohon maaf kepada seluruh peserta yang hadir.
“Untuk hari ini mohon maaf saya nggak bisa melanjutkan, karena keterbatasan ini. Saya mohon maaf sebesar-besarnya. Ini sudah dicoba tapi belum bisa,” ujarnya.
Menanggapi hal ini, Mar’ah segera menawarkan bantuan untuk menampilkan gambar catur. “Mungkin bisa saya share-kan gambar catur, nanti bisa dikenalkan nama-namanya, kak,” sarannya. Dari sini, Habib lancar menjelaskan materinya kepada siswa
Siswa Tetap Antusias
Sejak awal pertemuan kelas ekstrakurikuler daring itu dimulai, siswi kelas I Ar-Rahman Jihan Fahima tampak antusias. Ia langsung menyalakan video dan menyimak layar laptop di hadapannya.
Sementara siswa dan siswi lainnya memakai pakaian kasual, Jihan—sapaan akrabnya—tetap rapi memakai seragam biru muda. Pasalnya, saat mengikuti kelas ekstrakurikuler daring, sekolah memperbolehkan siswa memakai busana muslim asal rapi.
Jihan memang terkenal aktif mengikuti setiap kelas daring. “Dia aktif menyimak di setiap pelajaran, benar-benar memperhatikan. Kita (guru) jadi senang mengajar, karena dia aktif,” tutur Konselor BK SD Muhammadiyah 1 GKB Yozitha Intan Mata Indah SPd.
Meski ia memiliki penampilan yang spesial, ia tetap bersemangat menyimak materi. Ia juga menunggu dengan sabar dan ceria selama kendala sinyal melanda forum kelas daring tersebut.
Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik Mohammad Nor Qomari SSi menegaskan sebagai Sekolah Ramah Anak, SD Mugeb memang mendukung seluruh siswa untuk menyalurkan potensi dan minatnya melalui kegiatan ekstrakurikuler olahraga, seni dan teknologi (OST) ini. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni