Pertama Terjun Langsung Liput Prof Din Syamsuddin, penulis Moh. Hilman Sueb, kontributor dari Babat, Lamongan; Anggota Majlis Tabligh PCM Babat dan Pembina Pesantren Muhammadiyah Babat.
PWMU.CO – Saya meliput berita untuk PWMU.CO kali pertama pada Ahad, 29 Januari 2017. Ketika itu, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan menggelar pengajian di Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Babat.
Sebagai pembicara dalam pengajian yang berlangsung di SMK Muhammadiyah 5 Babat itu adalah Prof Dr Din Syamsuddin MA dan Dr Biyanto MAg.
Awalnya saya kurang percaya diri meliputnya. Mungkin karena belum banyak paham dunia jurnalistik. Apalagi yang harus saya liput adalah tokoh kaliber internasional.
Sebelumnya saya bertanya Mohammad Nurfatoni—waktu itu sebagai editor PWMU.CO.
“Apakah Ustadz hadir di acara itu?” tanya saya.
“Tidak Pak, karena ada acara lain,” jawabnya.
Akhirnya dia minta tolong pada saya untuk meliputnya dan mengirimkan hasilnya kepada dia.
Oh ya, sebagai informasi, sudah sejak tahun 1984 saya mengenal Nurfatoni. Dia adalah siswa saya di SMA Muhammadiyah 1 Babat sekaligus santri saya di Pesantren Muhammadiyah Babat.
Jadi kami masih sering kontak, terutama setelah terbentuknya ikatan alumni Pesantren Muhammadiyah Babat pada tahun 2016, di mana dia menjadi salah satu pelopornya.
Kerja Keras Editor
Kembali pada liputan pengajian di Babat itu. Saya merasa mendapat tanggung jawab. Maka pada hari H-nya
saya mengikuti acara tersebut.
Saya mencatat yang saya dengar dan rasakan. Lalu menuliskan dan mengirimkan hasilnya ke WhatsApp dia. Karena waktu itu, pengiriman naskah belum tersentralisasi melalui WA admin. Dan akhirnya berita saya terbit tanggal 30 Januari 2017 dengan judul: Kiblat Bangsa Melenceng, Din Syamsuddin Ajak Muhammadiyah Meluruskannya.
Setelah membaca ulang berita tersebut, saya merasakan betapa besar peran editor. Dia harus menata ulang naskah saya yang compang-camping, spasi yang bogang—karena saya ketik dengan HP—dan kekurangan lainnya, sehingga menjadi berita yang enak dibaca dan mengalir.
Tentu, saya bisa membayangkan, untuk proses seperti ini, editor pasti menghabiskan banyak waktu, tenaga, dan pikiran.
Setelah itu, saya secara rutin menulis berita ke PWMU.CO. Dan setiap saya mengirimkan naskah, editor langsung bertanya: di mana kegiatan ini, orang ini siapa, dan sebagai. Kalau dapat menjawab, langsung saya jawab. Tapi kalau jawaban saya lama, maka berita itupun belum muncul. Tapi terkadang di-back up sendiri oleh sang editor dan langsung menjadi berita.
Menulis Buku
Di sela menulis berita, saya rutin menulis artikel ringan yang kemudian saya share di WhastApp Group. Kalau ada kekurangan dan masukan dari pembaca, maka saya membenahinya. Dari kebiasaan ini, saya berhasil menerbitkan dua buku: Tuhan Maafkan Aku (2019) dan Meneduhkan Hati (2020).
Dua buku itu, langsung atau tidak langsung, lahir karena dorongan PWMU.CO, tempat saya banyak menghasilkan karya tulis.
Di masa pandemi Covid-19, banyak tantangan dalam menulis berita di PWMU.CO. Selain sepi kegiatan, persyaratan berita dan foto yang harus memperhatikan protokol kesehatan kadang menjadi kendala. Tapi saya harus menaatinya, demi upaya edukasi untuk memutus rantai penularan Covid-19.
Saat ini, saya masih tetap menulis meskipun tidak sesering dulu. Tapi saya selalu membaca berita tulisan teman-teman kontributor yang tangguh. Utamanya dari Gresik: gudangnya kontributor yang tumbuh dari para guru hebat.
Di samping itu, saya mempelajari tulisan opini, yang banyak juga kontributor menuliskannya. Saya ingin segera mempraktikkannya. Sebab kalau takut bayang-bayang dan tidak mencoba, maka selamanya tidak akan dapat menulis opini. Sehingga saya bisa memberi kontribusi lain untuk PWMU.CO
Di usia lima tahun ini, alhamdulllah di tengah tantangan pandemi Covid-19, PWMU.CO tetap eksis. Selamat dan semoga semakin bermanfaat bagi umat.
Terima kasih PWMU.CO! (*)
Editor Mohammad Nurfatoni