PWMU.CO – Aisyiyah dan Umsida melaksanakan implementasi rencana tindak lanjut (RTL) dan monitoring evaluasi (monev) Program Pendampingan Panti Asuhan Aisyiyah di Sidoarjo, Jumat (5/02/2021)
Pertemuan yang dilakukan secara daring ini dihadiri Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jatim Bidang Majelis Kesehatan Sosial (MKS) Dra Nur Haidah dan Ketua MKS PWA Jatim Budiyati MPd.
Sedangkan tim dari Umsida dipimpin langsung oleh Wakil Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan (FPIP) Effy Wardati Maryam SPsi MSi bersama ketua Tim Pengabdian Masyarakat (Abdimas) Widyastuti MPsi dan Ghozali Rusyid Affandi SPsi MA.
Pertemuan juga dihadiri 24 peserta dari MKS Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Sidoarjo dan perwakilan pengasuh serta pengurus dari tiga Panti Asuhan Aisyiyah di Sidoarjo.
Perjanjian Kerjasama PWA Jatim dan Umsida
Acara ini menjadi salah satu ruang lingkup kegiatan yang tertuang dalam Perjanjian Kerjasama MKS PWA Jatim dengan FPIP Umsida yang kegiatannya berlangsung selama lima bulan: Agustus-Desember 2020.
Implementasi RTL dan monev ini menjadi salah satu langkah dalam mengoptimalkan target capaian maupun pembelajaran ke depan dalam penyelenggaraan program kerjasama antara kedua belah pihak.
Effy Wardani Maryam mengatakan, kegiatan ini lebih mengoptimalkan kegiatan-kegiatan pendampingan panti ssuhan, sehingga PWA dan Umsida mendapatkan gambaran, apa saja yang perlu ditindaklanjuti lebih serius terkait dengan kegiatan yang sudah dijalankan.
Dalam monev tersebut, dibahas training pengembangan soft skill dan konseling pada anak panti asuhan Aisyiyah yang bertujuan untuk memberikan pengalaman bagi anak-anak.
“Bagaimana agar anak-anak memiliki tujuan yang jelas dalam merancang kehidupannya serta mampu mengelola dirinya. Sehingga hal ini akan memberikan dampak baik dan anak mampu meraih apa yang mereka inginkan atau cita-citakan,” imbuhnya.
Hasil Assesment
Dalam training pengembangan Soft Skill tersebut anak-anak diajarkan untuk membuat peta kehidupan, tujuan, agar bisa diarahkan pada apa yang diinginkan.
“Hasil assessment ditemukan kecenderungan anak-anak panti asuhan Aisyiyah Sidoarjo ketika ditanya dan diajak mengutarakan pendapatnya malu dan kurang percaya diri,” terang Effy.
Tim Abdimas Umsida Ghozali RA SPsi MA mengatakan, pelatihan konselor sebaya memberikan pengetahuan dan keterampilan anak-anak panti asuhan agar bisa memberikan konseling.
“Setidaknya mampu menyelesaikan masalah yang ringan antar teman sehingga ketika anak-anak dilatih untuk memberikan konseling kepada teman sebaya menjadikan anak-anak terlatih untuk bisa asertif dan mampu menangani permasalahan yang ada,” katanya.
Anak-anak yang berusia 18 tahun ke atas, yang masih tinggal dan mengabdi di panti asuhan menurutnya bisa mendampingi adik-adiknya yang curhat tentang masalahnya.
“Kalau ini menjadi kebiasaan maka akan menjadi hal yang positif, mengingat pengasuh yang terbatas jumlahnya,” katanya.
Ketrampilan Umpan Balik
Menurut Widyastuti MPSi, berdasarkan assessment, permasalahan pengurus dan pengasuh panti asuhan Aisyiyah Sidoarjo ada dua yaitu keterampilan tentang pemahaman perkembangan anak, khususnya pemahaman tentang komunikasi efektif dan ketrampilan dalam mengelola persoalan anak-anak.
Sehingga pengurus dan pengasuh, menurutnya sangat penting dibekali pengetahuan Psiko Edukasi dan bagaimana melakukan umpan balik atau berkomunikasi dan memberikan tanggapan yang tepat pada anak-anak panti asuhan dengan teknik SBI (Situation, Behavior, Impact).
Menurutnya, agar pengurus dan pengasuh mempunyai pemahaman dan keterampilan yang sama dalam menanggapi permasalahan anak panti.
“Kegiatan ini dilakukan juga untuk mendukung anak-anak yang sebelumnya sudah mendapatkan ilmu dan ketrampilan tentang training self regulated learning, dan pelatihan konselor sebaya,” ujar Widyastuti.
Capaian Program
Pelaksanaan pendampingan, konseling, dan peningkatan kapasitas pengelola panti asuhan Aisyiyah se-Sidoarjo menghasilkan capaian yang sangat signifikan yaitu berdirinya layanan Pojok Konseling di Panti Asuhan Aisyiyah Balong Bendo.
Hasil evaluasi juga menunjukkan adanya peningkatan pemahaman pengetahuan tentang perkembangan anak dan ketrampilan umpan balik pengelola dalam merespons dan komunikasi efektif dengan anak panti, dari rata-rata awal pelatihan 38% memahami menjadi 57% memahami tentang materi yang telah di berikan narasumber.
“Ada dua modul telah tersusun yaitu Modul Mengasuh dan Tangguh isinya tentang tahapan perkembangan anak dan modul Bagaimana Berkomunikasi dengan Efektif, sedangkan modul Pelatihan Umpan Balik masih proses penyusunan dan akan menjadi rencana tindak lanjut dari program ini,” ujar Widyastuti MPsi Ketua Tim Abdimas Umsida.
Kendala-kendala
Ada sejumlah kendala selama program yang dilaksanakan, di antaranya perbedaan pandangan antar pengasuh dalam memahami perkembangan anak, komunikasi efektif, kemampuan merespons materi.
Ditemukan juga antusiasme anak laki-laki lebih rendah di banding anak-anak perempuan dan tanggungjawab anak-anak akan kebutuhan konseling, kedekatan (Attacment ), persepsi yang sama antara pengelola dengan anak belum terbangun.
Dari sisi kelembagaan, ditemukan kurangnya SDM khususnya pengasuh yang bisa mendampingi anak-anak selama 24 Jam.
Sekretaris PWA Jatim Nur Ainy berharap, kolaborasi antara MKS PWA Jatim dengan Umsida tidak berakhir sampai disini.
Berharap Program Tidak berakhir
“Mari melihat panti seperti rumah kita sendiri. Agar kondisi anak-anak panti tercukupi secara fisik dan yang tidak kalah penting perlu diperhatikan sentuhan emosionalnya,” kaatanya.
Menurutnya, sangat dibutuhkan pendampingan yang intens sebagai tanggungjawab bersama untuk anak-anak panti agar bisa tumbuh dan berkembang dengan sebenarnya.
Tim Psikologi Umsida masih akan terlibat dalam kegiatan pendampingan terkait dengan keberlanjutan program di panti dengan menginventarisir permasalahan-permasalahan yang tidak bisa diatasi.
Budiyati mengatakan, ketika anak-anak sudah melakukan hal yang positif maka pihak panti sudah semestinya untuk mengimbangi, merespons, dan bagaimana mengkomunikasikannya.
“Sehingga ada umpan balik yang positif. PWA dan PDA juga diharapkan mendampingi serta mengawal program ini tetap berkelanjutan dalam pengelolaan dan pengembangan panti asuhan Aisyiyah ke depan,” harapnya.
Sementara Dra Nur Haidah berharap, situasi dan kondisi anak-anak di panti perlu menjadi perhatian serius.
“Marilah kita berbuat lebih baik dari sebelumnya. Melayani dan mengasihi anak-anak yatim harus mempunyai persepsi yang sama, anak-anak di ajari kemandirian supaya mempunyai bekal hidup setelah keluar dari panti asuhan Aisyiyah,” tandasnya. (*)
Kontributor Nurul Fajriyah Editor Nely Izzatul