Derajat Manusia Tertinggi, Khutbah Jumat Pilihan, oleh Bahrul Ulum.
الحمد لله الذي أصلحَ الضمائرَ، ونقّى السرائرَ، فهدى القلبَ الحائرَ إلى طريقِ أولي البصائرِ، وأشهدُ أَنْ لا إلهَ إلا اللهُ وحدَه لا شريكَ له، وأشهدُ أن سيِّدَنا ونبينا محمداً عبدُ اللهِ ورسولُه، أنقى العالمينَ سريرةً وأزكاهم سيرةً، وعلى آله وصحبِه ومَنْ سارَ على هديهِ إلى يومِ الدينِ.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيد يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Jamaah sidang Jumat rahimakumullah
Jadikanlah diri kita untuk senantiasa mengisi hidup ini dengan ibadah kepada Allah Ta’ala. Senantiasa mencari cinta dan ridha-Nya dengan ucapan dan perbuatan kita baik lahir maupun yang batin.
Karena barang siapa yang senantiasa mengisi hidupnya dengan ibadah kepada Allah Ta’ala dan mencari cinta serta ridha-Nya, maka hal itu akan menjadi perisai bagi dirinya dari kemurkaan dan siksa Allah Ta’ala.
Ketika kita setiap saat mengisi hidup ini untuk ibadah kepada Allah Ta’ala maka kita akan termasuk golongan al-Muttaqin, yaitu yang memiliki sifat ketakwaan yang baginya Jannah yang luasnya seluas langit dan bumi. Hal inilah yang dijanjikan pada mereka. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (al-Baqarah: 21)
Ayat ini adalah seruan pertama di dalam al-Quran. Yaitu seruan yang ditujukan kepada seluruh manusia agar mereka senantiasa beribadah kepada Allah Ta’ala. Mereka mengabdikan dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya. Tentu untuk ibadahlah manusia diciptakan oleh Allah Ta’ala, dan Allah cukupkan kebutuhan manusia di dunia. Allah berfirman.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (adz-Dzariyat: 56)
Jamaah sidang Jumat rahimakumullah.
Ketika Allah menyebut jumlah manusia yang istimewa, yaitu yang ia pilih sebagai rasul dan nabi-Nya, serta manusia yang sifat baik mereka disebutkan dalam al-Quran, maka Allah sebut mereka dengan hambanya. Demikian yang Allah sampaikan dalam firman-Nya.
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا
“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (al-Quran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya.” (al-Kahfi: 1)
Demikian oleh Allah Ta’ala disebut sebagai rasul-Nya. Ketika Allah muliakan dengan al-Quran Allah sebut predikatnya sebagai yang paling mulia, yaitu sebagai hamba Allah Ta’ala. Demikian juga yang tertulis dalam al-Quran Surat al Isra ayat 1.
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari al-Masjidil Haram ke al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (al-Isra: 1)
Dalam ayat tersebut terdapat kata ‘yang kami berkahi sekelilingnya, yaitu bermakna bahwa tempat sekelilingnya Masjidil Aqsa yang paling dekat adalah Baitul Maqdis, tempat tersebut diberkahi karena sepanjang sejarah digunakan untuk ibadah kepada Allah Ta’ala. Demikianlah jika ibadah hadir di suatu tempat maka tempat itu akan mulia penuh dengan keberkahan dan kemuliaan.
Sebaliknya, jika tempat tersebut diisi dengan maksiat, maka tempat itu menjadi hilang kemuliaannya. Sebagaimana sabda Rasul Shallallahu alaihi wa sallam bahwa tempat terburuk di muka bumi adalah pasar dan sebaliknya tempat terbaik di muka bumi adalah masjid.
Hal ini dikarenakan masjid digunakan untuk beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sementara pasar adalah tempat yang paling banyak dilakukan maksiat pada-Nya.
Oleh sebab itu Rasulullah mengajarkan kepada umatnya agar tempat yang mereka tinggali senantiasa diisi dengan ibadah kepada Allah Ta’ala, baik shalat, membaca al-Quran, zikir dan ibadah-ibadah lainnya sehingga tempat tersebut tidak menjadi seperti kuburan.
Jamaah sidang Jumat rahimakumullah
Demikianlah ketika Allah memuliakan seorang hamba-Nya, maka Allah memberikan taufik kepada dia sehingga ia dapat meningkatkan ibadahnya kepada Allah Ta’ala. Nabi SAW memberikan pelajaran kepada kita dalam doa-doa istimewa.
Doa-doa di tempat terbaik agar kita tidak lupa meminta kepada Allah Ta’ala agar dapat membantu kita menguatkan dan meneguhkan kita, selalu memberi taufik kepada kita untuk beribadah dengan ibadah yang terbaik kepada-Nya. Demikian yang dinasihatkan oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam kepada Mu’adz Bin Jabal radhiallahu anhu.
Beliau bersabda: Ya Muadz. Sesungguhnya aku menyayangimu. Oleh karena itu janganlah engkau tinggalkan setelah shalat untuk membaca:
اللهم أعني على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك
“Ya Allah berilah pertolongan kepadaku untuk bisa selalu berzikir kepada Engkau, bisa selalu bersyukur kepada Engkau dan bisa selalu beribadah dengan baik kepada Engkau.” (HR Bukhari dan Muslim)
Demikian juga yang kita minta setelah shalat subuh satu doa yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.
اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
“Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang manfaat, rezeki yang baik dan amal yang diterima.” (HR. Ibnu As-Sunni dan Ibnu Majah)
Salah satu doa terbaik yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada kita adalah minta tolong kepada Allah agar kita dibantu untuk diteguhkan dalam melaksanakan ibadah terbaik untuk Allah subhanahu wa Ta’ala.
Hal ini dikarenakan kemuliaan manusia yang ditentukan dari penghambaannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Oleh sebab itu kita sebagai orang yang beriman diperintahkan untuk memberikan kesaksian kepada manusia terbaik di muka bumi yaitu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwa beliau adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Demikianlah yang senantiasa kita baca saat duduk tasyahud terakhir dalam shalat kita.
Tentu kita mengetahui bahwa kemuliaan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam itu juga ditentukan pada ibadahnya kepada Allah Ta’ala. Maka dapat kita lihat dalam riwayat yang shahih Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam shalat malam hingga bengkak kakinya.
Lalu istrinya, Aisyah radhiallahu anha merasa iba kepada beliau, lalu menyampaikan kepadanya, “Kenapa engkau masih melakukan semua ini, padahal dosa-dosamu yang lalu dan yang akan datang sudah diampuni?” Maka dijawablah oleh Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam:
أَفَلاَ أَكُوْنُ عَبْدًا شَكُوْرًا
“Apakah tidak boleh jika aku menjadi hamba yang bersyukur.” (HR al-Bukhari).
Begitulah Nabi orang yang terbaik di mata Allah. Sehingga pantaslah Allah Subhanahu wa Ta’ala muliakan beliau demikian juga para nabi dan para rasul serta orang-orang beriman lainnya. Allah sebutkan pada surat Al-Furqon ayat 63
وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (Al-Furqan: 63)
Jamaah sidang Jumat rahimakumullah
Itulah gambaran mereka yang senantiasa beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun sebaliknya, jika meninggalkan ibadah kepada Allah, maka itu akan mengakibatkan kehinaan dunia dan akhirat.
Hal itulah yang terjadi kepada iblis laknatullah alaihi ketika ia keluar dari penghambaan dan tidak mau taat lagi kepada Allah Ta’ala, maka Allah laknat dan usir dia dari Jannah hingga ia ditetapkan oleh Allah subhanahu wa Ta’ala sebagai penghuni neraka. Hal ini di firmankan oleh Allah subhanahu wa taala dalam al-Quran.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina’.” (Ghafir: 60)
Maka ketika ada seorang manusia dimuliakan dengan dikeluarkan dari wilayah penghambaan kepada Allah, diklaim sebagai anak Allah, serta diklaim memiliki sifat ketuhanan hingga kemudian ia disembah dan diibadahi sebagaimana Allah, maka ini bukanlah memuliakannya, tetapi ini menghinakannya. Oleh karena itu Allah sampaikan dalam surat Maryam ayat ke 88-93. Allah berfirman:
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا (٨٨) لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا (٨٩) تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الأرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا (٩٠) أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا (٩١) وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا (٩٢) إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ إِلا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا (٩٣)
“Dan mereka berkata, ‘Allah Yang Maha Pengasih mempunyai anak.’ Sungguh, kamu telah membawa sesuatu yang sangat mungkar. Hampir saja langit pecah dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, (karena ucapan itu). Karena mereka menganggap Allah Yang Maha Pengasih mempunyai anak. Dan tidak mungkin bagi Allah Yang Maha Pengasih mempunyai anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, melainkan akan datang kepada Allah Yang Maha Pengasih sebagai seorang hamba.” (QS. Maryam: 88-93)
Jamaah sidang Jumat rahimakumullah
Mengeluarkan manusia dari penghambaan yang kemudian diangkat derajatnya hingga derajat ketuhanan yang dianggap mewarisi sifat ketuhanan, karena sifat seorang anak itu akan mewarisi sifat dari bapaknya. Maka ketika orangtua mengharapkan punya anak berarti dia punya pengharapan kepada selainnya.
Oleh karena itu Maha Suci Allah dari sifat butuh kepada selain-Nya dan Maha Suci Allah dari sifat ketuhanan-Nya turun kepada selain-Nya.
Derajat Manusia Tertinggi, Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ, اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمِّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعاً مَرْحُوْماً، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقاً مَعْصُوْماً، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْماً
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَاناً صَادِقاً ذَاكِراً، وَقَلْباً خَاشِعاً مُنِيْباً، وَعَمَلاً صَالِحاً زَاكِياً، وَعِلْماً نَافِعاً رَافِعاً، وَإِيْمَاناً رَاسِخاً ثَابِتاً، وَيَقِيْناً صَادِقاً خَالِصاً، وَرِزْقاً حَلاَلاً طَيِّباً وَاسِعاً، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجمع كلمتهم عَلَى الحق، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظالمين، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعَبادك أجمعين
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ
عِبَادَ اللهِ
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
Naskah Derajat Manusia Tertinggi, Khutbah Jumat Pilihan ini pernah dimuat majalah Matan Edisi 164, Maret 2020.
Derajat Manusia Tertinggi, Editor Mohammad Nurfatoni