PWMU.CO– Israk Mikraj Nabi Muhammad saw diriwayatkan dalam kitab Sirah Ibnu Ishaq mengutip sumber dari sahabat Abdullah bin Mas’ud. Malam itu Rasulullah saw sedang tidur di Hajar Aswad. Tiba-tiba malaikat Jibril datang. Membangunkan dengan menggerak-gerakkan tubuh Nabi dengan kakinya. Nabi terbangun lalu duduk. Namun tidak melihat apa-apa. Lantas tidur lagi.
Jibril datang lagi. Membangunkan seperti tadi. Nabi bangun tapi tidak melihat siapa-siapa. Kembali tidur. Ketiga kalinya saat Nabi duduk, Jibril memegang pundak Nabi. Kemudian berdiri bersama.
Jibril pergi menuju pintu Masjidil Haram. Di sana terdapat hewan putih mirip baghal dan keledai. Di kedua paha hewan itu ada sayap. Hewan itu berjalan dengan mendorong kedua kakinya dengan sayapnya. Sekali langkah jauhnya di batas akhir pandangan mata.
Semula ketika Nabi mendekati untuk menaikinya, hewan itu menampakkan sikap tidak suka. Kemudian Jibril meletakkan tangannya di atas bulu lehernya. Jibril berkata, ”Kenapa kamu tidak malu atas apa yang kamu perbuat, wahai Buraq? Demi Allah, kamu tidak pernah dinaiki hamba Allah yang lebih mulia di sisi Allah selain Muhammad.”
Buraq malu. Setelah itu, dia bersikap jinak. Kemudian Rasulullah menaikinya. Terbang bersama Jibril hingga tiba di Baitul Maqdis. Di sana Rasulullah bertemu Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan Nabi Isa dalam kumpulan para nabi.
Kemudian Rasulullah mengimami ketika shalat berjamaah dengan mereka. Usai shalat, dua bejana didatangkan kepada Rasulullah. Satu bejana berisi khamr, satunya berisi susu. Rasulullah mengambil bejana berisi susu, lantas meminumnya.
Jibril berkata, ”Engkau diberi petunjuk kepada fitrah dan umatmu juga telah diberi petunjuk, wahai Muhammad, serta khamr diharamkan kepada kalian.” Setelah itu, Rasulullah balik lagi ke Makkah.
Esok harinya, Rasulullah menemui orang-orang Quraisy dan menceritakan pengalaman Israk Mikraj kepada mereka. Sebagian besar orang berkata,”Ini, demi Allah adalah sesuatu yang sangat aneh. Rombongan musafir yang jalannya cepat saja butuh waktu sebulan pergi dari Makkah ke Syam. Muhammad pergi ke sana dan pulang ke Makkah hanya dalam waktu semalam?”
Gelar Ash-Shiddiq
Beberapa orang muslim yang mendengar cerita itu menjadi murtad. Orang-orang Quraisy ada yang pergi kepada Abu Bakar.”Bagaimana pendapatmu tentang sahabatmu, wahai Abu Bakar? la mengaku pada malam ini pergi ke Baitul Maqdis dan shalat di sana, kemudian pulang lagi ke Makkah.”
Abu Bakar bertanya,”Apakah kalian tidak memercayai ceritanya?”
Mereka menjawab, ”Ya, betul. Itu dia di masjid sedang bercerita kepada orang-orang apa yang baru dialami tadi malam.”
Abu Bakar berkata,”Demi Allah, jika itu yang ia katakan, sesungguhnya ia berkata benar. Apa yang aneh bagi kalian? Demi Allah, sesungguhnya ia berkata kepadaku bahwa ceritanya itu datang kepadanya dari langit ke bumi hanya dalam waktu sesaat pada waktu malam atau sesaat pada waktu siang dan aku memercayainya. Inilah puncak keheranan kalian.”
Usai berkata itu, Abu Bakar berjalan menuju tempat Rasulullah. Abu Bakar bertanya, ”Wahai Nabi Allah, benarkah engkau telah bercerita kepada manusia, bahwa pada malam ini engkau pergi ke Baitul Maqdis?”
Rasulullah menjawab, ”Ya, betul.”
Abu Bakar berkata, ”Wahai Nabi Allah, ceritakan kepadaku ciri-ciri Baitul Maqdis, karena aku pernah pergi ke sana.”
Rasulullah menjelaskan ciri-ciri Baitul Maqdis kepada Abu Bakar. Setiap Nabi menjelaskan detail per bagian, Abu Bakar selalu berkata, ”Engkau berkata benar. Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah.”
Rasulullah lalu berkata,”Engkau wahai Abu Bakar adalah ash-Shiddiq (orang yang membenarkan).” Sejak saat itulah, Abu Bakar dinamakan ash-Shiddiq. Karena langsung percaya dengan pengalaman Israk Mikraj Nabi Muhammad.
Setelah itu Allah menurunkan ayat tentang orang-orang Islam yang murtad karena peristiwa Israk.
Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan pohon kayu yang terkutuk dalam al-Quran dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka. (Al-Isra’: 60).
Penulis/Editor Sugeng Purwanto