PWMU.CO– Ternak bebek peking menjadi usaha baru Majelis Ekonomi PCM Lakarsantri Surabaya Barat. Usaha ini cukup menjanjikan karena permintaan daging bebek cukup tinggi di pasaran.
Kandang bebek memanfaatkan lahan di kebun belakang MI Muhammadiyah 28 Jl. Raya Bangkingan Surabaya yang belum dibangun ruang kelas. Kandang sederhana berupa pagar rendah berkeliling di tempatkan di pojok kebun.
Syarat kandang bebek harus ada kolam dan tempat berteduh. Kandang seukuran ini cukup untuk memelihara seratus ekor bebek peking. Bisnis ini sudah berjalan empat bulan sejak Desember 2020 lalu. Juga sudah panen hasilnya dua kali.
Ketua Majelis Ekonomi PCM Lakarsantri Syaiful Anang mengatakan, usaha bebek peking sudah dilakukan dua kali. Tahapnya baru uji coba. ”Hasilnya bagus. Sangat prospektif untuk diteruskan dengan modal besar,” ujar Anang, Kamis (11/3/2021).
Dia menjelaskan, kebun belakang ini cukup luas lebih dari 400 meter persegi. Bisa untuk ternak bebek peking 5.000 ekor kalau mau. Dari dua kali uji coba ini dia menawarkan kepada warga Muhammadiyah Lakarsantri untuk ikut investasi bisnis bebek ini.
”Saya pilih bebek peking karena badannya lebih besar dibandingkan bebek lokal, pertumbuhannya cepat hanya 45 hari sudah bisa dijual, harganya lebih mahal, mudah perawatannya karena tahan penyakit,” tuturnya.
Hitungan Bisnis Bebek Peking
Anang menerangkan hitungan dan prospek bisnis bebek peking yang menjanjikan ini. Dia mengatakan, diperlukan modal Rp2 juta per 100 ekor. Modal sebesar itu untuk membeli anakan bebek (meri) satu dos berisi 100 ekor sebesar Rp900 ribu. Sisanya Rp1,100 juta untuk biaya pakan dan pemeliharaan.
Pakan bebek peking harga satu zak Rp300 ribu. Untuk 45 hari itu butuh tiga zak. Masih ada tambahan makanan bergizi lainnya seperti dedak dan karbohidrat.
Dalam waktu 45 hari, anakan bebek ini membesar hingga rata-rata berbobot 1,3 kg. ”Ini sudah layak jual. Pasar ada yang meminta bebek potong, ada yang minta bebek hidup,” kata Anang. ”Kalau dipotong bersih bulu dan ususnya dibuang beratnya 1kg.”
Harga bebek potong berat 1 kg itu Rp 40 ribu per ekor. Kalau harga jual bebek hidup Rp35 ribu per ekor. ”Jadi misalnya semua bebek terjual harga Rp40 ribu, maka dalam dalam waktu 45 hari itu mendapatkan hasil Rp4 juta,” ujar Anang.
Namun dia juga menjelaskan faktor risiko seperti kematian bebek dan fluktuasi harga beli dan harga jual. ”Kematian bebek 10 persen bisnis tetap untung. Praktiknya kematian hanya tiga ekor atau 3 persen saja. Itu karena dimakan tikus,” katanya. Karena itu diusahakan kandang bisa aman dari predator ini.
Naik turunnya harga anakan bebek bisa terjadi ketika pemintaan meningkat. Misalnya, akhir tahun 2020 lalu harga satu dos anakan bebek 100 ekor Rp800 ribu. Awal tahun ini naik jadi Rp900 ribu. Sementara harga jual tetap.
Kini Anang sedang menyiapkan petak-petak kandang masing-masing berisi 100 ekor. Tiap investor boleh investasi satu atau dua kandang. Sistem bagi hasil 60:40. Angka 60 persen untuk Majelis Ekonomi dan investor 40 persen. ”60 persen itu untuk biaya sewa lahan PCM Lakarsantri dan pemeliharaan,” jelasnya. (*)
Penulis Mike Miftachoddin Editor Sugeng Purwanto