PWMU.CO – Cak Jen, Pegiat Jalan Sunyi Itu Berpulang. Saya tak kuasa menahan air mata ini. Membendungnya juga percuma. Sudah terlanjur mengalir deras bak menganak-coban.
Kabar duka itu demikian mendadak. Terlalu cepat. Ahmad Jainuri tiba-tiba berpulang, Kamis (11/3/2021) pukul 01.30 WIB. Ia terkena serangan jantung dan wafat saat itu juga. Itu yang membuat saya banjir air mata.
Selama ini pria berdarah Madura itu memang memiliki riwayat sakit jantung. Bahkan sempat dipasang ring. Oleh karena itu kesehatannya terlihat kurang prima. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Sejak dipasang ring, geraknya tak selincah dulu. Lebih terbatas, lebih hati-hati. Pun berat badannya menurun.
Namun, Rabu (10/3/2021) malam, dia masih sempat mem-posting foto pertemuannya dengan Prof Nur Mandi ke WhatsAppa Group Family Gathering Aktifis Muhammadiyah Jawa Timur, pukul 19.30 WiB. Meski sebenarnya, kalau saya runut, foto itu hendak mengabarkan sahabatnya, Anwar Mansur.
Berarti semalam kondisinya masih sehat. Oleh karena itu kepergiannya yang mendadak itu membuat saya kaget, sedih tak terkira.
Menekuni Jalan Sunyi
Cak Jen, demikian para sahabatnya memanggil Ahmad Jainuri—yang punya nama sama (beda ejakan saja) dengan Wakil Ketua PWM Jatim Prof Achmad Jainuri—Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya.
Cak Jen yang dosen FISIP Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu tak pernah lelah menghidup-hidupkan Muhammadiyah, meskipun kadang tak terlihat karena berada di balik layar.
Dia suka menekuni dunia sunyi, yang tanpa riuh tepuk tangan. Misalnya menjadi anggota Dewan Masjid AR Fachrudin UMM, sebuah kegiatan yang nyaris tak terlihat. Bahkan bisa jadi para khatib yang tampil di mimbar tiap Jumat tak kenal dengan Cak Jen.
Dia juga setiap hari ‘sibuk’ mengurusi padepokan Hizbul Wathan. Cak Jen menjaga dan menghidupkan rumah kader peninggalan mertuanya itu dengan baik. Anak-anak aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Hizbul Wathan (HW), dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) pun setiap malam bisa berdiskusi di situ hingga Subuh.
Semua dilayani dan difasilitasi. “Cukup dibelikan gorengan dan dibuatkan kopi, anak-anak sudah bisa diskusi sampai Subuh,” ucapnya suatu hari tentang rumah kader itu.
Bahkan cak Jen dengan suka rela bersedia menjadi pembina HW UMM. Perhatiannya terhadap kader muda sungguh luar biasa. Dia selalu siap sedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan hartanya (kalau punya) untuk membina, membimbing, dan menyiapkan kader terbaik untuk Muhammadiyah.
Sediki ke belakang, semasa pemuda, Cak Jen aktif pada Pemuda Muhammadiyah tingkat daerah hingga wilayah. Di Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Jawa Timur ia seangkatan dengan Kuswiyanto (mantan anggota DPR-RI), Nadjib Hamid (Wakil Ketua PWM Jatim).
Juga Tamhid Masyhudi (Sekretaris PWM Jatim), Suyoto (mantan Bupati Bojonegoro), Ali Mukti (mantan anggota DPRD Jatim), Suli Daim (mantan anggota DPRD Jatim), Muhamamd Mirdasy (mantan anggota DPRD Jatim), dan Imam Sugiri (mantan Ketua Kadin Sidoarjo).
Aktivis Tulen
Tak ada hari tanpa berbagi. Tak ada bulan tanpa kegiatan. Itulah Cak Jen. Hidupnya sudah dipasrahkan untuk menghidup-hidupkan Muhammadiyah.
Sabtu, 27 Februari 2021, saat Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim menggelar Upgrading Pimpinan lewat akun Zoom SMA Muhammadiyah 2 Surabaya, banyak pengurus MPK Jatim hadir di situ. Termasuk Cak Jen.
Ia datang berenam bersama sahabat dekatnya yang juga pengurus MPK. Datang dari Malang hanya untuk menggiatkan dan menyemangati kegiatan MPK. Diskusi, makan, guyon, foto-foto, terus pulang lagi ke Malang. Selalu ceria. Tak ada rona rinai kesedihan. Tetap bahagia di mana saja.
Maka, tak dinyana hari ini dia berpulang ke rahmatullah. Meninggalkan keluarga, sahabat, santri, dan mahasiswanya. Orang yang menyayanginya melepaskan dengan air mata. Selamat jalan guru, sahaba,t dan senior. Selamat jalan Ramanda! (*)
Penulis Moh Ernam Editor Mohammad Nurfatoni