Tangisanku Dijawab Editor dengan Ini, pengalaman Tri Eko Sulistiowati—kontributor dari Pimpinan Cabang Aisyiyah Bulak, Surabaya—begabung dengan PWMU.CO
PWMU.CO – Masih hangat di ingatanku ketika kali pertama bergabung sebagai kontributor PWMU.CO dengan hanya bermodal ‘bisa menulis status di Facebook‘. Aku tak punya ilmu jurnalis secara khusus karena tak mengambil jurusan tulis menulis saat kuliah dulu. Aku ‘dipaksa’ bisa jadi penulis dengan gemblengan keras dari para editor.
Di PWMU.CO aku merasakan sekolah jurnalis yang sesungguhnya ketika beritaku antre di meja redaksi untuk ditelaah, dikritisi, dan kemudian direvisi agar menjadi lebih baik dan enak dibaca, serta sarat pengetahuan yang menjadikan pembaca terhipnotis dan terinspirasi. Dan aku pun ketagihan untuk menulis, menulis, dan menulis.
Meliput Acara dengan Protokol Kepresidenan
Tantangan menulis di lokasi acara pernah aku rasakan saat meliput kegiatan Tanwir Aisyiyah di Universitas Muhammadiyah Surabaya. Waktu itu hadir Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. Dengan protokoler kepresidenan yang ketat, membuatku harus berada dalam satu momen dengan pemburu berita dari media nasional.
ID Card yang menunjukkan sebagai wartawan PWMU.CO menjadi kartu sakti yang membuatku bangga memakainya. Karena sejatinya untuk memperoleh kartu tersebut ada konsekuensi yang harus kita lakukan dengan menjawab tantangan-tantangan yang bisa meningkatkan kualitas tulisan kita.
Tak hanya itu, ketika perayaan milad PWMU.CO para kontributor dibuat terpacu semangatnya ketika ada pengumuman kontributor yang berhasil meraih tiket untuk mengkuti rihlah dakwah ke luar negeri karena keaktifannya mengirim berita dan layak dipublish.
Begitu pun dengan hadiah-hadiah lainnya yang membuat ikatan batin kita makin erat satu dengan lainnya, seperti hadiah buku karya tulis editor. Padahal kami dari berbagai daerah—yang sebelumnya tak saling kenal secara pribadi—bisa disatukan di dunia maya dalam WhatsApp Group “Kontributor PWMU.CO”. Itu semua berhasil memacuku menjadi jurnalis.
Editor Jawab Tangisanku
Menulis di PWMU.CO tak sekadar menulis lalu pergi—yang dimuat atau dikembalikan tanpa komunikasi. Dalam proses umpan balik itulah kadang aku meraskan kepedihan.
Tak jarang aku menangis dan patah semangat ketika harus merevisi berita yang kukirim ke meja redaksi. Sedih rasanya. Namun di balik itu, tangisanku dijawab editor dengan bimbingan, penguatan, dan pencerahan, yang membuatku makin teruji sebagai wartawan.
Seiring berjalannya waktu, PWMU.CO terus berbenah menata diri menjadi media berkualitas—yang tak hanya untuk warga Muhammadiyah namun juga untuk seluruh lapisan masyarakat Indonesia yang haus berita akurat, tajam, dan terpercaya.
Begitupun dengan kami, setidaknya aku, yang terus berusaha meningkatkan kualitas tulisan dengan selalu menulis di manapun dan kapanpun. Bisa dibilang setiap apa yang aku lihat dan rasakan, kupayakan menjadi berita di media sosial yang aku kelola sendiri.
Terimakasih PWMU.CO. Bersamamu kutemukan passion diriku sebagai jurnalis warga yang sangat bermanfaat bagi diri sendiri dan utamanya bagi lingkungan sekitar, sesuai dengan tagline PWMU.CO: Dakwah Berkemajuan: Dari Jawa Timur Menginspirasi Indonesia”
Happy Milad Ke-5 PWMU.CO! (*)
Editor Mohammad Nurfatoni