PWMU.CO – Orang yang paling bahagia adalah orang yang paling banyak mendapat masalah. Pernyataan menggelitik itu disampaikan Bupati Bojonegoro Suyoto pada Kajian Ahad Pagi Pimpian Cabang Muhammadiyah Duduksampeyan, di Masjid Taqwa Duduksampeyan, Gresik, Ahad (13/11) lalu.
Menurut Kang Yoto, panggilan akrabnya, hidup itu hakekatnya adalah rangkaian masalah, serta bagaimanan cara meresponnya. “Orang yang berani hidup, harus berani menerima masalah. Dan orang yang tidak menemukan masalah adalah orang yang tidak menemukan bahagia dalam hidupnya,” tutur dia.
(Baca: Awang Surya: Ada Masalah, Bersyukurlah!)
Mengutip hadis Nabi saw, Bupati Bojonegoro dua periode ini menjelaskan bahwa orang yang terbaik adalah yang paling banyak memberi manfaat kepada orang lain. Dengan kata lain, lanjutnya, orang terbaik adalah orang yang paling banyak membantu memecahkan masalah orang lain.
Bagi Kang Yoto, orang yang sukses atau bahagia adalah orang yang paling banyak cari masalah. Dia memberi contoh bagaimana masalah dalam hubungan antarkeluarga. “Suami-istri yang menggelar pesta (syukuran), sejatinya sedang syukuran mendapat masalah. Suami adalah masalah bagi istri dan istri adalah masalah bagi suami. Anak-anakpun adalah masalah bagi suami istri,” jelas mantan Rektor Unmuh Gresik itu.
(Baca juga: Kiat Sukses Kang Yoto Bangun Kepercayaan Masyarakat Bojonegoro)
“Demikian juga, seorang anggota dewan atau bupati yang menggelar syukuran atas terpilihnya menjadi dewan atau bupati, sesungguhnya sedang syukuran mendapat masalah yang dihadapi rakyatnya,” ucapnya.
Menurut Kang Yoto, dalam menghadapi masalah, ada orang yang merasa bahagia, namun tidak sedikit yang menderita. “Ajaran Islam sesungguhnya adalah imunisasi sebelum orang stress menghadapi masalah,” tuturnya.
Kang Yoto memberi contoh dengan adzan yang dikumandangkan setiap menjelang shalat sebenarnya mengajak orang untuk berbahagia. “Hayya ‘alas shalah … hayya ‘alal falah, mari shalat, mari berbahagia. Kalau kita ingin bahagia, kita perlu Allah. Orang yang berpaling, tidak lagi sambung dengan Allah, maka hidupnya akan gundah gulana,” ujarnya. (Kemas S. Rizal)