PWMU.CO – Mahasiswa UMM edukasi pembukuan UMKM kopi bubuk. Hal itu dilakukan di Desa Bendo Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar, Sabtu (13/3/2021).
Koordinator Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Kelompok 39 Gelombang 2 Rachmat Aji Kunto menyampaikan pada pelaksanaan kegiatan hari ke-17 pihaknya melakukan edukasi pencatatan keuangan sederhana. Kelompok ini didampingi oleh Dosen Pembibing Lapang yaitu Sholahuddin Al-Fatih SH MH.
“Kegiatan edukasi ini bertujuan untuk membuat pelaku home industry lebih mudah mengontrol jumlah pesanan. Selain itu untuk memudahkan perhitungan stok kopi bubuk yang siap dijual,” ujarnya.
Mayoritas Tanpa Pencatatan Keuangan
Menurutnya PMM Kelompok 39 memilih kegiatan edukasi pencatatan keuangan karena mayoritas pelaku home industry di Desa Bendo tidak menggunakan pencatatan keuangan yang jelas. Sehingga para pelaku home industry ini tidak bisa memisahkan uang hasil usaha dengan uang pribadi.
“Sasaran edukasi kami adalah Ibu Mesiyem. Dia salah satu pelaku home industry di Desa Bendo yang sebelumnya juga tidak menggunakan pencatatan keuangan. Edukasi yang dilakukan kepada Mesiyem berupa penjelasan pencatatan orderan masuk serta pencatatan uang masuk dan keluar,” paparnya.
Catat Uang Keluar Masuk
Sementara itu Novia Kalifa dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis memberikan penjelasan tahap pertama kepada Mesiyem. Novia menjelaskan tentang pencatatan uang yang diterima dan uang yang dikeluarkan.
“Uang yang masuk tersebut merupakan hasil dari penjualan kopi bubuk. Uang yang keluar merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan yang digunakan untuk membuat kopi bubuk,” ungkapnya.
“Pencatatan keuangan ini menggunakan media buku sebagai media yang paling sederhana. Uang masuk keluar ini memiliki fungsi yaitu dapat mengetahui berapa laba yang dihasilkan dalam penjualan kopi bubuk,” tambahnya.
Pencatatan Stok Barang
Pada tahap kedua Rifky Yusuf Pratama dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis menjelaskan tentang penghitungan stok yang masih sisa untuk dijual.
“Penghitungan stok ini memiliki fungsi untuk memperkirakan kapan harus membuat kembali kopi bubuk. Penghitungan stok ini dilakukan dengan mencocokan pencatatan keuangan dengan stok riil yang masih tersisa,” jelasnya.
Kendala yang dialami dalam edukasi ini, lanjutnya, yaitu faktor usia Mesiyem yang sudah cukup tua. Hal ini membuat Mesiyem sulit untuk memahami penjelasan yang diberikan oleh PMM kelompok 39.
“Sehingga edukasi ini dilakukan secara perlahan serta menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah untuk dipahami oleh Ibu Mesiyem,” jelasnya.
Menurut Mesiyem pencatatan ini awalnya memang sulit untuk dipahami karena usianya yang sudah tua. Tetapi setelah dilakukan secara perlahan Mesiyem mengetahui berapa laba yang didapatkan dari hasil penjualan kopi bubuk. (*)
Penulis Rifky Yusuf Pratama. Editor Sugiran.