Capres 2024: Idealis vs Realistis oleh Sirikit Syah, pakar komunikasi dan jurnalis.
PWMU.CO-Sebetulnya Pilpres 2024 masih jauh. Tiga tahun lagi. Namun berbagai persiapan sudah terjadi. Termasuk huru-hara kehebohannya. Tanda paling utama betapa pentingnya 2024 disiapkan sejak saat ini adalah perebutan Partai Demokrat oleh Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.
Meskipun dibantah dalam beberapa kali jumpa pers, kudeta itu dilakukan juga. Untuk apa? Menyiapkan kendaraan menuju capres-cawapres 2024. Tragisnya, sang majikan tidak menegur atau memecat anak buah yang berulah seperti itu.
Sebagai emak-emak yang hidup sehari-hari di lingkungan masyarakat kelas menengah, dan rajin mengikuti berita sosial politik di media massa maupun media sosial, saya memiliki pandangan tentang pasangan ideal dan pasangan realistis untuk capres 2024.
Pasangan ideal tentulah yang terbaik menurut saya. Namun memiliki kendala untuk menang. Pasangan realistis adalah yang mungkin akan jadi, meskipun bukan pilihan saya.
Pasangan Anies Baswedan dan Gatot Nurmantyo sangat ideal karena beberapa alasan. Anies peringkat tertinggi pilihan kalangan milenial (menurut survei), Anies memiliki semua persyaratan sebagai pemimpin, dan dia mewakili kalangan sipil.
Pendampingnya, Gatot Nurmantyo, dari kalangan militer yang disukai oleh sebagian rakyat, memiliki rekam jejak yang baik di kalangan TNI dan sipil, dekat dengan kalangan muslim. Pasangan sipil-militer ini kelihatan ideal, bukan?
Kelemahan pasangan ini adalah tidak punya partai politik. Namun partai yang tidak egois, yang memikirkan masa depan bangsa, sadar tak punya kader di dalam partainya yang berkelas pemimpin negara, bisa melamarnya, bukan?
Harapan banyak orang tentu dia dilamar oleh partai-partai oposisi. Tapi yang akan mengejutkan adalah kalau Anies Baswedan dilamar dan diusung oleh partai penguasa, PDIP. Karena bisa saja PDIP tak cukup percaya diri mengusung Puan Maharani tanpa pasangan yang punya elektabilitas tinggi, seperti Anies Baswedan.
Anies – Puan
Pasangan Anies Baswedan dan Puan Maharani (AB-PM) tentu akan mengejutkan banyak pihak, hingga akan membuat para pemilih ragu. Namun bisa juga ini menjadi jalan damai bangsa. Kompromi kelompok muslim-nasionalis. Dua kekuatan besar di negeri yang selalu bertarung di pentas politik.
Suka tak suka, PM punya massa terbesar dan partai terkuat. Pertanyaannya: apakah PDIP rela mengusung AB, dan apakah AB bersedia maju sebagai petugas partai?
PDIP tak kekurangan calon yang bisa dilamar. Tito Karnavian adalah salah satu yang sangat seksi untuk dilamar. Tito figur yang sangat kuat. Pejabat yang setia dengan Megawati. Seperti Anies, dia memiliki semua persyaratan menjadi pemimpin bangsa.
Rekam jejaknya spektakuler, jaringannya sangat luas, dan sebagai Mendagri sudah ”menaruh” orang-orangnya, mantan anak buah di polisi sebagai kepala daerah di banyak wilayah. Namun Tito butuh kendaraan partai. Bisa jadi dia dicapreskan berpasangn dengan PM oleh PDIP. Pasangan ini akan menjadi pilihan realistis dan berpotensi memenangkan pertarungan.
Kelemahan Tito tak disukai kelompok muslim akibat rekam jejak sebagai kepala BNPT dengan isu terorisme, sebagai Kapolri yang condong ke Ahok saat kasus pelecehan Quran, dan tak netral dalam Pilpres 2019.
Capres Muda
Dua pasangan itu yang menurut saya paling kuat saat ini. Tapi dalam tiga tahun, peta politik kandidat capres bisa berubah. Bisa saja Anies Baswedan ditemukan kesalahannya, dipidana, masuk penjara, sehingga tidak bisa nyapres.
Atau amandemen UUD benar-benar terjadi, sehingga Jokowi bisa tiga periode. Atau presidential threshold lolos sehingga hanya partai besar yang boleh mengajukan capres.
Nama-nama yang berpotensi namun tak cukup kuat adalah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Sandiaga Uno. Mereka figur muda. Disukai kaum milenial. Secara realistis, para pemilih muda akan memilih mereka.
AHY makin moncer saat menghadapi Moeldoko. Sandiaga dulu capres yang digadang di Pilpres 2024. Sayang dia terburu kompromi menerima jadi menteri pariwisata. Namanya langsung nyungsep. Tapi karakter pemilih di Indonesia suka melupakan masa lalu. Semoga namanya bisa berkibar lagi.
Jago Tua
Ada yang berharap terjadi fenomena Donald Trump, Joe Biden, Mahathir Mohammad yang sudah uzur menang di pentas pertarungan politik.
Hanya, siapa figur seperti mereka di Indonesia? Amien Rais. Tokoh ini sangat populer. Penggerak reformasi. Tapi pemilihnya kecil. Kalah saat Pilpres 2004. Dibenci kelompok nasionalis. Partai Ummat yang baru didirikan mungkin hanya meraih suara separo dari pemilih PAN.
Jelas bukan Moeldoko juga. Moeldoko tak punya rekam jejak yang impresif. Malah mencatat keburukan di tahun ini. Moeldoko sudah tua, tidak dekat dengan sipil, kelompok muslim, bahkan tidak dengan kalangan TNI sendiri.
Ada jago tua yang saat ini bermain di belakang panggung. AM Hendro Priyono dan Budi Gunawan. Keduanya dekat dengan PDIP. Dalam situasi krisis sulit memilih capres 2024 bisa-bisa nama ini yang dipilih. Seperti terpilihnya KH Ma’ruf Amin jadi Wapres. Walau tokoh yang tak disukai tapi siapa pun yang dicalonkan PDIP berpeluang menang.
Jokowi-Prabowo
Lalu siapa lagi? Bisa jadi Prabowo lagi.
Sebetulnya sudah bosan melihat Prabowo nyapres. Tiga kali kalah terus. Menurut saya, masanya sudah lewat. Dia tidak akan laku di kalangan muda maupun tua. Apalagi menerima jabatan menteri pertahanan di Kabinet Jokowi.
Namun, belakangan ini surveyor M. Qodari mengusung pasangan Jokowi-Prabowo. Qodari menimbulkan kontroversi di berbagai media sosial karena gagasannya ini. Tapi Qodari orang yang realistis. Dia melihat Jokowi masih kuat, namun akan banyak penolakan kalau dia nyapres lagi. Maka, sebagai penawarnya adalah Prabowo.
Sebagaimana kemungkinan AB-PM, pasangan J-P bisa mempersatukan bangsa, menghapus keterbelahan. Masalahnya, apakah Jokowi bisa naik lagi? Mungkin bisa disiasati dengan menukar posisi: Prabowo-Jokowi. Meniru Pilwali Surabaya dulu: Risma-BDH.
Jadi, berbagai persiapan tahun ini hingga tiga tahun ke depan, akan di warnai nama-nama yang saya sebut di atas. Tentu ada nama-nama lain seperti Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo yang katanya lebih disukai orang Jawa, dan calon-calon partai lainnya.
Bagaimanapun, yang akan mengejutkan dan membuat rakyat berpikir agak panjang adalah bila Anies Baswedan diusung PDIP, Prabowo berpasangan dengan Jokowi. Yang tidak terlalu mengejutkan dan berpotensi sukses adalah pasangan Tito Karnavian dan Puan Maharani. Ini ramalan emak-emak. Kita buktikan hasilnya. (*)
Editor Sugeng Purwanto